Mendapat Hukuman

26 9 2
                                    

Di samping Pai adalah seorang murid nakal dengan kelihaian dalam hal bolos sekolah maupun bolos kelas. Namanya Askal, lebih enak dipanggil kal. Dia dan Pai mempunyai sifat yang bertolak belakang. Pai sangat pendiam dan tertutup, dia lebih suka berdiam diri di perpustakaan dan membaca semua komiknya. Askal lebih suka bergaul dan keluyuran di luar kelas dan selalu mencari masalah di sekolah. Sekarang mereka bersatu karena satu persamaan, sama-sama tidak menyukai pelajaran apapun.

Akhirnya Bu Li berjalan ke meja mereka. Zara terus memanggil Pai dan Askal dengan pelan. Pai mengangkat kepalanya dan memandang Zara yang ada disampingnya, saat itu juga dia mendapati Bu Li yang sedang berjalan ke mejanya. Pai langsung merampas komik yang masih digenggam Askal dengan sebelah tangan, setelah itu dia menyembunyikan komik itu. Askal ikut terkejut saat Pai merampas komik dari tangannya, dan akhirnya dia juga tahu, kalau Bu Li sudah memergoki mereka.

Bu Li langsung membanting penggaris panjangnya ke meja Pai dan Askal. Mata Bu Li melotot tajam ke arah mereka berdua.

"Keluarkan apa yang sudah kalian sembunyikan!" Bu Li membentak.

Sebenarnya Bu Li tidak tahu benda apa yang tadi selalu di perhatikan Pai dan Askal. Pai sangat cekatan ketika menyembunyikan komik itu di dalam baju Askal. Sebenarnya dia ingin menyembunyikan komik itu di bajunya, tapi sayangnya dia memasukkan baju ke dalam celana dengan rapi. Kemudian dia melihat Askal tidak memasukkan baju ke dalam celana, refleks saja dia memasukkannya ke sana dan Askal langsung menerimanya.

"Cepat keluarkan," Bu Li mengatakan satu persatu kata dengan jelas.

Pai dan Askal hanya diam menunduk, tidak mau berbicara. Melihat itu Bu Li semakin marah, dan terlihat akan memeriksa sendiri.

"Ahhh." Seorang murid perempuan berteriak. Dia duduk di barisan ketiga, meja kedua di depan Zara, yang berarti di belakangnya juga ada Bintang.

"Ada apa." Bu Li terkejut dan langsung melihat murid yang berteriak, karena itu Bu Li membelakangi Pai dan Askal.

"Ada tikus Bu," murid perempuan itu berkata dengan ekspresi takut. Tikus yang dia maksud adalah tikus mainan yang dilemparkan Eki, murid laki-laki yang agak jauh dari meja Askal.

Saat itu juga Askal mengeluarkan komik itu dari bajunya dan langsung melemparnya pada Eki. Eki dengan dengan lincah menangkap komik itu, namun saat dia akan meraih komik itu, suara meja berderit terdengar.

Bu Li langsung berbalik dan menatap mereka. Wajahnya terlihat semakin marah dan matanya melotot. Mungkin dia sudah tahu kalau murid-murid telah mempermainkannya. Dia segera bergegas ke meja Eki, semua murid saling memandang, penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Buu!" Zara tiba-tiba memanggil dengan suara agak tinggi.

Bu Li terkejut dan refleks memandang Zara.

"Apa lagi," suaranya semakin meninggi saat berbicara.

"Tikusnya masuk ke lubang itu." Zara menunjuk lubang kecil di dinding belakang dengan panik.

Bu Li sedikit percaya dengan ekspresi Zara. Dia kembali ke belakang dan segera melihat lubang yang dikatakan Zara. Memang benar di sana ada lubang, tapi lubang itu tembus ke kelas sebelah. Yang membuat lubang itu adalah Askal dan teman-temannya.Mereka melakukan itu agar lebih mudah berkomunikasi dengan temannya dari kelas sebelah ketika tidak ada guru.

Saat Bu Li memperhatikan lubang itu, Eki langsung mengoper komik itu pada Zara. Tapi karena dia sedikit ketakutan, lemparannya melenceng ke arah Bintang. Karena Bintang hanya diam tanpa menangkap operan dari Eki, jadi komik itu mendarat bebas di mejanya. Hal itu menimbulkan suara yang sangat jelas dibandingkan dengan meja yang berderit.

Bu Li kembali berbalik ke depan dan melihat apa yang terjadi. Saat itu juga Bintang mengambil komik itu dan menyimpannya di laci. Bu Li berdiri di samping Bintang, dia memandang murid satu persatu. Tatapannya begitu tajam dan penuh kemarahan.

"Saya akan menghukum kalian semua," Bu Li berteriak keras. Dia merasa dipermainkan seluruh murid di kelas.

"Bu." Seorang murid perempuan dari barisan depan mengangkat tangan.

"Komiknya ada di laci Bintang," dia melanjutkan dengan suara kecil, dan terlihat bersalah dan menyesal. Dia adalah murid dengan peringkat pertama di kelas. Namanya Olivia, begitu terkenal di sekolah, dan disenangi banyak guru.

Mendengar pengakuan murid kesayangannya, kemarahan Bu Li sedikit mereda. Dia memandang Bintang yang duduk dengan kepala menunduk. Tangannya memasuki laci Bintang, dan ditemukanlah sebuah komik.

Bu Li menatap Bintang, ingin meminta penjelasan, namun pihak lain hanya menunduk, tidak mengatakan apapun.

"Bintang." Bu Li terlihat tidak sabar melihat Bintang hanya diam.

"Apa ini punya kamu?" Sekarang Bu Li tahu kalau komik ini yang membuat Pai dan Askal tidak memperhatikan pelajarannya. Komik ini juga yang membuat murid-murid berbohong tentang tikus. Yang dia tidak tahu, mengapa komik ini berada pada Bintang. Jika komik ini bukan miliknya, mengapa dia mau membantu murid-murid nakal ini? Padahal dia hanya murid baru.

"Bintang!" Bu Li kembali marah.

"Apa komik ini punya kamu?" Suara ibu Li meninggi.

Bintang tetap tidak menjawab. Dia bingung bagaimana menjawab Bu Li. Kalau dia mengakuinya, namanya akan buruk sebagai murid baru. Jika dia tidak mengakuinya, Bu Li akan menanyakan siapa pemilik komik itu. Dan jika dia mengatakan yang sebenarnya, dia akan dibenci teman sekelasnya.

"Saya tidak tahu Bu," Bintang berkata dengan pelan.

Zara di bangkunya terlihat mengerutkan bibirnya, melirik Pai dan Askal yang tidak mau mengakuinya.  Dia merasa kasihan pada Bintang. Zara berkali-kali melirik Pai dan Askal dengan tajam, tapi mereka berdua tetap duduk tenang di bangku masing-masing.

"Kamu tidak tahu?" Bu Li mengulangi dengan marah.

"Lalu kenapa komik ini bisa ada di lacimu?"

Olivia berbalik ke belakang dan menatap Bu Li, dia terlihat ingin mengadukan semuanya, namun sebelum itu.

"Itu komik saya," Zara mengatakannya dengan santai dan tanpa beban.

Bu Li memandang Zara dalam kemarahan, tanpa mengatakan apapun. Dia kemudian maju ke depan dan berhenti di belakang mejanya. Dia menatap Zara dari depan.

"Bu." Pai mengangkat kepalanya.

"Sebenarnya itu komik saya," Pai berkata dengan perlahan dan suaranya gemetaran.

Bu Li tidak menanggapi perkataannya, sekarang dia terlihat lebih tenang.

Beberapa saat kemudian Bu Li berkata, " Zara, Pai, Askal, Eki, Bintang, Ana. Ibu tunggu kalian di kantor setelah sekolah selesai!"

Ana adalah murid perempuan yang tadi berteriak karena melihat tikus. Selain Bintang, dia juga salah satu korban karena kesalahan Pai dan Askal.

"Baiklah, semuanya kembali perhatikan ke papan tulis."

"Jika ada yang tidak suka pelajaran saya, lebih baik keluar."

Love In FriendshipWhere stories live. Discover now