Danar menghentikan langkhanya tepat satu jengkal di depan Gista. Lantas, tersenyum miring.
"Kayaknya lo emang harus gue kasih pelajaran deh biar nggak ngelawan sama yang lebih tua."
Danar mendekatkan wajahnya pada Gista yang mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya.
"Gue tau lo punya masa lalu kelam. Makanya lo benci laki-laki," ungkap Danar.
"Menganggap semua cowok itu sama, tiga B. Bejat, Belang, dan berengsek."
Dada Gista bergemuruh. Tatapannya makin menajam.
"Dan sekarang gue mau nunjukin ke lo betapa berengseknya cowok itu."
Detik itu juga jantung Gista seperti mau lepas dari tempatnya. Wajahnya pias. Tetapi, sebisa mungkin ia menutupinya.
"Gimana? Lo mau pake cara kasar apa halus? Pemanasan dulu atau mau langsung?"
Gista melangkah mundur. Rubuh sudah kekuatan yang ia siapkan untuk melawan Danar. Kini semua berganti menjadi ketakutan. Kejadian yang menimpa Kanaya yang pada akhirnya menghancurkan semuanya berputar bagai kaset rusak di kepalanya. Tangan Gista mulai basah oleh keringat. Dia mengingat Kanaya. Tangis perempuan itu. Juga tatapan matanya yang sayu dan juga misterius.
"Pergi!" Gista berteriak. Dia terus melangkah mundur. Sikap Danar membuat ia semakin membenci cowok. Dan kini ucapannya membuat Gista ketakutan. Dia tidak mau kejadian serupa yang dialami oleh Kanaya terulang padanya.
Bukannya melangkah mundur. Cowok berhidung mancung itu justru mendekat. Melonggarkan dasinya. Cowok itu mengisyaratkan pada temannya melalui tangannya yang terangkat.
Gista mengeram marah. Ketika ketiga cowok itu mengerubunginya. Dengan waspada dia mengedarkan pandangan. Memasang kuda-kuda dan bersiap menyerang. Baru saja dia mau memukul hidung mancung cowok di hadapannya. Tubuhnya langsung oleng dan kepalanya berdenyut nyeri karena sebuah pukulan yang dilayangkan seseorang dari belakang.
Sial. Kepalanya dipukul oleh balok kayu.
Dasar pecundang!
Bukan hanya main keroyokan, tapi juga bawa senjata dan menyerang dari belakang.
Dengan satu isyarat tangan Danar. Mereka langsung mencekal lengan Gista. Cewek itu tidak bisa berkutik. Apalagi kepalanya berdenyut nyeri.
Danar makin mendekat. Dia menyeringai. Melepas jas almamaternya yang berwarna navy. Membuangnya asal ke lantai. Melepas dasinya lalu ia gunakan untuk mengikat kedua tangan Gista ke belakang tubuh cewek itu. Kedua temannya ia perintahkan untuk menjaga pintu. Sean yang bertugas memegangi tubuh Gista yang terus berontak.
"Sekarang gue bakalan nunjukin ke lo sesuai pemikiran lo tentang cowok itu kayak apa."
Gista hampir menangis. Namun, ditahannya. Dia tidak boleh lemah. Wanita lemah akan terus ditindas.
"Jangan sentuh gue! Anjing! "
Gista memekik ketika Danar menyentuh pahanya yang tertutup oleh rok pendek berwarna cream.
Danar justru terkekeh. Semakin tertantang dengan cewek di hadapannya ini.
"Kenapa? Katanya semua cowok itu bejat, belang, dan berbahaya. Makanya gue mau nunjukin semua itu ke lo."
Tangan Danar kini beralih pada pipi mulus Gista, membelainya pelan. Kalau saja tangannya tidak diikat dan tubuhnya tidak ditahan oleh Sean. Sudah Gista patahkan tangan cowok itu agar tidak bisa menyentuh apapun lagi.
"Bangsat! Udah gue bilang jangan sentuh gue!"
Tangan Danar kini turun pada kerah baju Gista. Dengan lancangnya ia membuka kancing bagian atas cewek itu.
YOU ARE READING
GISTARA (END)
Teen FictionKejadian yang menimpa kakaknya membuat Gistara Arabhita membenci cowok. Dia menganggap semua cowok itu sama, yakni tiga B yang berarti belang, bejat, dan berbahaya. Akan tetapi, Gista yang membenci cowok terpaksa harus terus berurusan dengan Mangga...
Bab 4
Start from the beginning
