5. Awal Pertemuan

Start from the beginning
                                    

"Halah, bilang aja minta bayaran mahal. Kamu minta berapa sih, buat layanin kita?" Hinanya penuh cibiran.

"Udah kagak usah jual mahal. Pakai sok-sok bawa mobil segala. Punya yang melihara kamu ya?" Tanya yang lain mengemplang body mobil milik Rosy.

"Bajingan!" Maki Rosy yang ternyata makin memprovokasi preman-preman itu untuk makin menganggunya.

"Perempuan kurang ajar! Diajak baik-baik malah ngelawan." Balas si rambut pirang.

Dua pria memegangi Rosy, membuatnya meronta sekuat yang dia bisa. Namun tubuh kecil dibandingkan dengan pria-pria itu menyebabkan Rosy tak berdaya. Hingga sampai pada seberang jalan, salah seorang melepaskan Rosy pada seorang yang lainnya. Kesempatan ini dimanfaatkan Rosy untuk melepaskan diri dengan cara mengayun kakinya ke belakang setelah dia menekuk lututnya paksa hingga mengenai kemaluan si lelaki.

Tak peduli pria sialan itu memaki dengan umpatan paling cabul dan kasar, Rosy berlari ke arah samping losmen untuk mencari persembunyian. Satu yang Rosy lupakan, bahwa dia memang berhasil lari dari preman-preman brengsek itu. Tapi tidak bisa lari dari makhluk-makhluk aneka rupa yang justru menatapnya dengan berbagai cara.

"Minggir! Aku tidak sedang menganggu siapapun di sini, aku hanya sedang lari dari penjahat itu!" Teriak Rosy ketakutan. Udara di sekitarnya terasa pengap dan mencekam.

Anehnya diantara makhluk ghaib itu, ada satu yang memiliki rupa lebih manusiawi. Walau dia hanya memiliki dua mata saja, tanpa dahi dan mulut. Eh, dia memakai masker ya? Pikir Rosy waspada.

"Kamu manusia? Ucap Rosy pada pria yang juga tengah bersembunyi di antara barang terbengkalai itu. Sebelum Steve, nama pria itu, menjawab, si gadis sudah berteriak histeris.

"Aaa!!"

Pria itu menarik Rosy segera, hendak membekap mulutnya agar tak berteriak dan membuat musuhnya menemukan persembunyiannya, tapi gadis itu malah memeluknya erat seperti tengah ketakutan melihat hantu. Steve yang unik itu justru terkekeh kesenangan. Dia pikir gadis itu hanya sedang mencari kesempatan padanya. Steve tahu kalau pesonanya memang tak pernah bisa tertutupi walau hanya kegelapan sekalipun seperti sekarang ini.

Padahal Rosy benar-benar melihat hantu perempuan dengan tangan yang menarik kuat tali di lehernya. Lidahnya menjulur membiru, tepat di belakang Steve. Sementara matanya melotot tanpa pupil ke arah Rosy, yang mana semua matanya berwarna putih. Rupanya wanita itu mati gantung diri.

Mamanya bilang, dirinya mulai punya teman khayalan sejak berumur tiga tahun. Mama dan papanya mulai curiga itu tidak hanya teman khayalan ketika Rosy memasuki usia enam. Menurut mama tak jarang Rosy bicara sendiri lalu cerita-cerita yang Rosy bicarakan semakin jelas dan nyata. Kemudian saat usianya sembilan tahun Rosy mulai kerasukan untuk pertama kalinya setelah bertemu seorang anak lelaki yang Rosy perkirakan usianya sedikit lebih tua dari Rosy.

Rosy merasakan pria dengan aroma cedar wood itu memeluknya makin erat. Rosy mendongak, bukan untuk memandang Steve tapi memandang ke balik punggung Steve.

'Hilang? Kemana hantu wanita gantung itu?' Rosy menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, suasana mencekik dan hawa yang dinginnya tak biasa itu tiba-tiba menghilang. Seperti tidak ada apa-apa, bahkan aroma busuk dan amis tadi tak ada sama sekali. Berganti kesibukan malam normal yang memperdengarkan suara desahan yang saling bersahutan dari penghuni kamar yang berada tepat di balik mereka berdiri.

Rosy yang terlalu larut dalam tanda tanya, tak ambil pusing ketika Steve menariknya menuju salah satu pintu yang tidak tertutup sempurna. Ini baru pertama kali terjadi, dunia yang semula berisik dengan suara makhluk dimensi lain itu tiba-tiba terasa membumi sekali.

Kesadaran baru memenuhi otak Rosy saat Steve mulai melancarkan aksinya. Menarik tengkuk Rosy lalu tangan yang lain menarik masker di wajah yang tak bisa Rosy lihat dengan jelas karena lampu kamar itu tidak dihidupkan. Hanya mata berkilat tertimpa cahaya milik Steve yang bisa Rosy tangkap. Itu berkat seberkas sinar yang melewati beberapa celah ventilasi kamar ini.

Steve mencecap bibir Rosy, menciumnya dengan ciuman basah yang membuat Rosy bergidik. Rosy melawan tentu saja, mengumpat marah meminta dilepaskan. Namun Steve terlanjur melihat wajah cantik Rosy, bonus kaki indah sebagai tipe wanita yang bisa jadi teman kencannya. Jadi bukannya melepaskan, Steve makin menarik gadis itu mendekat tubuhnya. Lumayan, bonus kejar-kejaran dengan cecunguk tadi, pikir Steve beruntung.

Pria itu mengangkat satu kaki Rosy untuk dikaitkan pada pinggangnya. Membuat Rosy merasakan desakan menonjol pada perutnya. Rosy bergidik, siapa sih pria nafsu gede tapi bisa mengusir hantu ini? Apa dia dukun cabul?

Tangan Steve memeluk pinggul ramping yang dibalut mini dress warna maroon, yang memamerkan lekuk sempurna body aduhai Rosy. Keseluruhan wanita dalam rengkuhannya ini sempurna. Tangan kurang ajar Steve juga meraba bokong sintal wanita yang siang tadi mendaftar spesialis saraf demi untuk menyembuhkan dirinya sendiri.

"Mhh," Rosy mengelak ketika Steve kembali ingin mengaitkan bibir mereka. Namun berkat alkohol, tubuhnya melemah dibandingkan kekuatan pria tinggi yang tengah merengkuhnya ini. Bibir pria itu memang tidak dapat menemukan bibir Rosy, tapi kini menemukan leher jenjang mulus yang dia stimulus dengan jejak panasnya yang basah. Parfum aroma vanila yang bereaksi dengan keringat Rosy membuat Steve menggila. Steve menarik dress Rosy ke atas sebatas perut.

"Lepaskan aku, sialan!" Rosy menggeliat kuat, mencengkram busananya agar tak dilepaskan oleh pria yang tidak Rosy ketahui namanya ini. Seperti doanya didengar Tuhan, mereka berdua dikagetkan sebuah tembakan yang menembus celah pintu. Itu seperti seseorang tengah membidik target.

Steve yang tahu dia adalah sasaran, segera menarik maskernya menutupi sebatas hidung. Topi hitam masih manis bertengger gagah di kepalanya,menutupi jati dirinya. Kemudian, dia mengaktifkan alat komunikasi di telinga lalu menyeret Rosy masuk ke kamar mandi.

Rosy pikir dia akan menjadi tawanan kegilaan penjahat ini, tapi tubuhnya justru didorong naik ke atas toilet lalu  dibantu Steve untuk menggapai celah blower kipas yang memang bolong sebagai jalan lari. Rosy linglung sejenak, kenapa dia musti ikutan kabur.

"Hey, tuan! Kenapa aku harus ikut denganmu, jelas sekali mereka mencari mu." Protes Rosy. Sepertinya pria ini tahu dengan baik losmen ini, bahkan sampai jalan tikus sekalipun.

"Tentu saja karena aku masih ingin menghabiskan malam ini denganmu." Katanya menampar bokong Rosy gemas, yang merangkak di depan Steve.

"Bedebah!"

***

Flashback bersambung guys 😆😆😂
Nananinanya kapan-kapan ya...
Emak puyeng, patah hati gegara Kala Pak Ken di NL masih sepi, kagak ada yang rame kek disini. Belum lagi nulis Bella-Zach yang sekarang jadi cinta segitiga sama Ryu. Belum lagi akun bank baru yang emak tautkan ditolak sama Paypal. Ah... Emak Sutris.

Boss Gangster dan Bu Dokter IndigoWhere stories live. Discover now