"Jangan, Gis! Lempar ke gue aja! Lo sahabat gue, kan, Gis! Ayo cepetan, Gis! Ayo! Buruan!"

Cewek dengan rambut yang dikepang dua itu heboh sendiri. Membuat Gista yang asyik memainkan bola di tangannya itu mendengus kasar. Akan tetapi, Gista tetap menuruti permintaan cewek itu. Dia berjalan ke arahnya sambil mendrible bola.

Ketika akan melempar bola ke arah Anara. Mata Gista menangkap pemandangan yang dibencinya. Pemandangan yang seketika menyulut emosinya.

Matanya menajam. Membidik tepat pada dua kakak seniornya yang merupakan mantan anak OSIS tahun lalu.

Keduanya berada di koridor menuju kamar mandi yang kebetulan tak jauh dari tempatnya berdiri. Mereka tengah mencegat seorang gadis cantik berkuncir dua dengan pita warna warni. Cewek itu mengenakan kemeja putih dan rok hitam. Dia pasti anak baru. Calon kelas sepuluh yang masih menjalani masa MPLS.

Mata Gista makin menajam ketika melihat salah satu di antara mereka mencolek dagu si gadis itu.

Sayup-sayup telingannya mendengar godaan yang mereka lontarkan.

"Adek cantik mau kemana? Abang anterin yuk?"

"Aduh! Cantik banget sih. Abang jadi nggak kuat ngelihatnya."

"Mulus banget sih kulitnya jadi pengen ngelus-elus deh."

"Eh, mau dielus apa yang ngelusin nih?"

"Atau mau dua-duanya?"

Gista mengumpat dalam hati. Mereka si senior mesum yang dulu pernah mengerjainya dan kena bogem mentah saat menjadi panitia MPLS-nya, kini berulah lagi.

Padahal, yang Gista tahu keduanya tidak menjadi panitia di tahun ini. Walau ada beberapa anak kelas dua belas yang menjadi panitia. Akan tetapi, dua senior itu tidak termasuk di dalamnya.

Pihak sekolah tidak mau kejadian tahun lalu terulang lagi. Di mana mereka yang sok senior melakukan pelecehan verbal pada Gista yang notabene adalah anak baru. Alhasil, keduanya kena bogem mentah Gista
Bukannya bertobat dan menjadikan peristiwa tahun lalu itu sebagai pelajaran. Kini mereka malah kembali   berbuat yang sama pada anak baru yang masih polos dan takut-takutnya pada senior.

"Gis! Ayo, lempar, Gis!" teriak Anara yang siap menerima bola.

Gista tersenyum miring. Dia mendrible bola beberapa kali. Lalu, melemparkannya. Tetapi, bukan ke arah Anara. Melainkan ke arah dua kakak seniornya yang berada di ujung koridor sebelah kiri.

Bruk!

Good! Gista bersorak dalam hati.

Bola itu tepat menganai sasarannya. Kepala Danar si kakak kelas mesum yang telah mencoba menarik lengan gadis itu.

Penonton di atas tribun yang melihatnya langsung tercekat.

"Woy! Siapa yang udah lempar nih bola?" teriak si korban sambil mengambil bola yang tadi sempat mengenainya.

Seisi lapangan membisu. Tidak berani menjawab. Mereka tahu siapa itu Gistara Arabhita. Si perempuan galak yang tidak menyukai laki-laki. Terumata laki-laki mesum. Sekali mengganggu ketenangan cewek itu, maka siap-siap saja jika diberi dua pilihan. Yaitu puskemsas dan rumah sakit.

Gista itu terkenal sebagai cewek yang anti terhadap cowok. Pasalnya dia selalu bersikap judes dan galak pada semua cowok yang ditemuinya.

Bahkan, jika saat pembagian kelompok yang hanya beranggotakan dua orang. Gista selalu meminta agar dia satu kelompok saja dengan temannya yang cewek. Dia tidak pernah mau satu kelompok hanya berdua saja dengan cowok.

GISTARA (END) Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum