"Gak ngaku lagi, trus itu apa tadi senyum cekikikan natap ponsel udah kaya orang gila."

"Hush, sembarangan!"

Azka menyengir lebar, "Sensian banget bumil. Eh, ngomong-ngomong anak kamu kira-kira cewek atau cowok ya?" tanya Azka penasaran.

"Kok nanya Ara? Ara bukan Tuhan yang tau jenis kelamin dia di dalam."

"Kan bisa USG, cantik." Geram Azka berusaha sabar menghadapi ibu hamil di sampingnya.

"Kan masih kecil janinnya, tapi Ara juga gamau tau jenis kelamin dia. Biar nanti pas lahir jadi surprise deh," balas Ara singkat. Azka hanya manggut-manggut tanda mengerti.

"Kira-kira mirip siapa ya, Ra?" Azka kembali bertanya, kali ini ia memposisikan diri menghadap adiknya yang tengah memakan buah strawberry kesukaan Ara.

"Mirip Ara sama Kak El lah, masa mirip abang," ucap Ara disela mengunyah.

Azka mendelik tak suka. "Ara kan mirip sama abang. Otomatis dia juga mirip abang dong." balas Azka tak terima.

Memang semenjak Ara mengabarkan kalau dia tengah berbadan dua, Azka tak henti mengganggu sang adik. Kejailan calon uncle ini semakin bertambah. Azka akui ia sangat suka melihat raut kesal adiknya yang sangat menggemaskan.

"Emang bisa gitu ya?" tanya Ara polos menatap abangnya. Sontak Azka tergelak mendengan penuturan adiknya.

"Gatau juga, abang tadi becanda doang. Tapi kalo beneran mirip gapapa dong,"

"ENGGAK!"

Azka tersentak hingga menjatuhkan toples berisi kripik kentangnya yang masi sisa setengah.

"Jatuh ihh," Azka memandang kripik yang berhamburan di atas karpet.

"Abang sih,"

Azka menoleh cepat, "Apa? Abang terus yang salah." Azka memandang sinis Ara.

Tiba-tiba Ara menangis kencang dan berlari menuju meja makan. Rupanya Erlan sudah datang dengan menenteng buah dan susu hamil untuk Ara.

"Jangan lari, sayang." Tegur Erlan. "Kok nangis?" Erlan panik, ia segera mendekap tubuh istrinya yang sesegukan.

"Siapa yang bikin kamu nangis? Bilang sama aku." Erlan menangkup wajah sembab istrinya.

"Itu," Ara menunjuk kearah Azka yang tengah memungut kripik kentangnya yang jatuh.

"AZKA!!"

Azka mendengus, drama Ara telah dimulai. Memang gadis itu sejak hamil semakin licik, rupanya tak hanya ia yang senang menjahili Ara namun gadis itu juga senang membuatnya menderita. Seperti sekarang ini, berpura-pura menangis agar tak disalahkan. Simbiosis mutualisme sekali bukan?

"Hah?"

"Lo apain istri gue," Erlan membantu Ara duduk di atas kursi. Tangisan Ara sudah mereda, bahkan sekarang wanita itu tengah memakan buah strawberrynya kembali. Memang sejak hamil ada saja kelakuan aneh Ara. Seperti menangis tanpa sebab membuat panik seluruh penghuni rumah.

ELARA (TERBIT)Where stories live. Discover now