Part 41

74.5K 6.7K 1.1K
                                    

Masih dalam suasana menegangkan! Jangan lupa misuh2 karena aku suka liatnya🤙🏻

Playlist : Fire On Fire - Sam Smith

***

"Udah sayang, El cuma lagi emosi aja. Kamu jangan terus-terusan nangis dong, kasihan dede bayinya." ucap Zea menenangkan putrinya. Saat mendengar kabar bahwa Ara masuk rumah sakit, ia dan suaminya segera meninggalkan kerjaan mereka untuk melihat keadaan putrinya. Karena sesibuk apapun, anak tetap no 1 untuk mereka.

Ara menghentikan isakannya dan memandang Maminya bingung.

"Bayi?" lirih Ara.

Zea mengangguk semangat. Tangannya beralih mengelus perut rata putrinya dan tersenyum ke Ara yang menatapnya bingung. "Disini ada calon cucu Mami. Anak kamu sama Erlan." seru Zea bahagia.

Bukan senyuman atau tatapan haru yang ia lihat. Justru Ara malah semakin mengeraskan tangisannya membuat Zea kelimpungan.

"Lho, kok makin kejer nangisnya." Zea panik dan segera memanggil suami dan putranya yang sedang berbincang di luar. Azka dan Xavier segera menghampiri kedua wanita berbeda usia itu.

Azka memandang sendu adiknya, ia tidak tega melihat Ara seperti ini. Kondisi gadis itu terlihat jauh dari kata baik, ditambah lagi kondisi Ara yang sedang hamil membuatnya semakin waspada.

Azka berjalan mendekat dan membawa Ara kedalam pelukannya. Ara mencengkram kemeja putih Azka, menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang kakak.

"Ara salah, Ara gamau dengerin ucapan abang sama kakek. Ara nyesel, bang."

Azka diam tidak menanggapi. Tangannya mengelus punggung Ara menenangkan. Kedua orang tuanya memandang sendu ke arah Ara. Putri kecil mereka terlihat rapuh, dan untuk pertama kalinya mereka melihat Ara seperti ini.

"Papi harus bicara sama Erlan." Xavier berucap tegas.

"Ajak Papa." sahut Zea yang diangguki suaminya.

"Aku pergi dulu, kamu sama Azka jagain Ara. Kalau ada apa-apa kabarin aku." Xavier mengecup kening istrinya setelah itu berjalan mendekati Ara. Diusapnya pelan perban yang melingkari kepala putrinya.

"Papi keluar sebentar, Ara jangan gini lagi, kita semua gak suka liatnya. Ara harus bangkit, ini hanya kesalahpahaman. Kita cari jalan keluarnya sama-sama ya. Hapus air mata kamu, udah bengkak ini sayang. Kasihan cucu Papi nanti ikutan sedih. Jangan nangis lagi, ditemenin sama abang dan Mami dulu ya, Papi ada keperluan sebentar." Xavier tersenyum, setelah itu mengecup pipi anaknya kemudian berlalu pergi setelah mendapat anggukan dari putrinya.

***

Dilain sisi, Erlan melajukan mobil dengan kencang. Tidak peduli dengan suara klakson mobil yang saling bersahutan karena ulahnya. Pikirannya kacau, setelah mendapat bermacam cercaan ia memutuskan meninggalkan rumah sakit untuk menenangkan diri.

Sebrengseknya Erlan, ia masih mengingat tugasnya menjadi suami. Erlan mengutus 10 bodyguard paling hebat untuk menjaga di sekitar rumah sakit dan 5 orang bodygurd berjaga di depan ruangan rawat Ara. Bagaimanapun keselamatan Ara paling penting ditambah di dalam tubuh istrinya tumbuh calon penerusnya.

Ponsel Erlan berdering terdapat nama Alan disana. Dengan ogah-ogahan laki-laki itu mengangkat ponselnya.

"Sialan lo El, liat apa yang lo perintahin buat gue kayak gembel banget."

ELARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang