Part 6

152K 12.8K 1.1K
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!🕊
Happy reading

***

Ara terdiam di depan pintu ruang kerja Erlan. Entah kenapa jantungnya berdetak kencang, apa yang akan dibicarakan oleh Erlan? Sepertinya terlihat penting sampai mereka harus membicarakan di sini.

Setelah lama berdiam diri bergelut dengan pikirannya, Ara akhirnya memutuskan untuk masuk.

Ceklek

Suara pintu yang terbuka membuat Erlan yang tadinya fokus dengan laptopnya kini beralih menatap orang yang baru saja masuk itu.

"Kemarilah." Suara berat Erlan terdengar menyapu telinga Ara.

"I-Iya kak." jawab Ara gugup.

Ara berjalan menghampiri Erlan yang duduk di sofa ruangan itu. Melihat Ara yang menunduk, Erlan segera menarik tangan gadis itu agar duduk disebelahnya.

"Lusa kamu sudah bisa bersekolah kembali." ucap Erlan menatap Ara yang masih menunduk.

Pria itu mengangkat dagu Ara, gadis yang sudah menjadi istrinya.

Ara menghela nafas pelan. "Iyaa, nanti Ara siapin keperluan sekolahnya."

Erlan mengangguk. "Istirahatlah, ini sudah malam. Tak baik untuk tidur terlalu malam."

"Kakak juga istirahat, jangan begadang ya."

Tanpa menunggu jawaban dari Erlan, Ara pun bangkit dari sofa dan berjalan keluar memasuki kamarnya dan Erlan. Melihat Ara yang sudah hilang dari pandangannya Erlan menyandarkan punggung di sofa.

Apakah Ara nanti akan bahagia dengannya?

Apakah ia bisa mencintai gadis itu?

Dan apa dia juga mencintainya?

Berbagai pertanyaan muncul di otaknya. Erlan segera menepis itu dan mulai bangkit berjalan ke kamar untuk menyusul sang istri.

***

Di dalam kamar, Ara melamun memikirkan sesuatu. Apa yang akan terjadi nanti? Bisakah ia bertahan bersama Erlan? Pria itu bahkan terlalu kaku untuknya.

Ara menghembuskan nafas pelan, dia harus bisa. Saat dia sudah menerima perjodohan ini, saat itulah dia harus menerima segala koesekuensinya.

Ceklek

Pintu kamar dibuka oleh Erlan, pria itu berjalan ke arah Ara yang sedang menyandar di kepala ranjang. Erlan duduk di pinggir ranjang dan menatap Ara dalam.

"Besok bersiap-siaplah karena kita akan ke rumah Mommy. Oma saya ingin bertemu kamu, beliau saat pernikahan kita tidak bisa datang." Erlan berucap datar.

Ara mengangguk. "Tadi Mommy udah ngabarin Ara."

"Bisa gak ngomongnya gausah kaku-kaku banget?" Lanjut Ara menatap mata Erlan.

Erlan tertegun mendengar apa yang baru saja di lontarkan Ara. Ia sadar dari awal-awal dia memang terlalu kaku. Ucapan Ara benar, namun ia masih terlihat ragu.

Cup

Ara terdiam, ia masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Erlan menciumnya?

Cup

Dua kali dicium sudah membuat Ara kalang kabut. Oh tidak, Ara harus bagaimana Tuhan?

"Aku coba." Dua kata yang mampu membuat Ara tersenyum lega. Ara membalikkan badan memunggungi Erlan dan menutup seluruh badannya dengan selimut. Ia memejamkan mata karena kantuk yang tak bisa ia tahan.

ELARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang