Chapter | 62

6.9K 434 12
                                    

Kayak nya Cleora bakal aku kasih open ending deh alias ending nya kalian yg nebak sendiri kayak gimana😄

Niat nya sih tanggal 12 juli udah harus publish epilog biar pas 6 bulan sejak aku mulai😆

Niat nya sih tanggal 12 juli udah harus publish epilog biar pas 6 bulan sejak aku mulai😆

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

𝕮𝖑𝖊𝖓𝖓𝖊𝖙𝖍

SETELAH menumbangkan ratusan anak buah Gilang, Kenneth memerintahkan pada seluruh nya untuk keluar gedung tua itu. Beberapa dari mereka-- baik anggota Predacious maupun SPACETURN-- ada yang terluka dan harus segera terobati.

Di halaman luar gedung ada seorang pria yang duduk di sebuah Lamborghini aventador hitam. Adam. Pria itu berdiri, membuang puntung rokok yang sebelum nya terselip di bibir kering nya.

"Cleora belum keluar?" tanya Kenneth. Adam mengedikkan bahu nya. Pria itu mengeluarkan sebuah kotak obat yang berukuran lumayan besar dari dalam lamborghini itu.

"Jane, lo tahu tentang Jane, Dam?" tanya Kenneth membuka suara ketika keheningan melanda kedua nya. Adam, pria itu tengah mengobati luka pada perut Kenneth yang masih beku sepenuh nya sembuh itu. Gerakan nya selalu cekatan sekolah sudah ahli dalam bidang ini.

Adam tidak menjawab pertanyaan nya. Kenneth meringis sedikit ketika cairan alkohol pada kapas mengenai luka nya. Tak berselang lama, perban panjang sudah terlilit sempurna melingkar perut nya.

"Bisa dibilang Jane adalah sisi tergelap Cleora. Saya masih ingat jelas bagaimana gadis psikopat kecil itu mengiris pergelangan tangan Cleora di saat hari pemakaman Bunda nya," ujar Adam. Pria itu sengaja menjeda ucapan nya dan Kenneth tahu itu, makanya dia diam dan menunggu agar Adma kembali melanjutkan perkataan nya.

"Dia muncul sangat jarang, selalu memunculkan diri ketika hasrat membunuh gadis itu lumayan tinggi. Contoh nya seperti saat ini," ujar Adam lagi.

"She really likes red color. What's more like enemy's blood on her knife." Kalimat terakhir Adam membuat Kenneth termangu.

Lamunan nya buyar ketika Mahesa dan Daffa memanggil nya untuk ikut berkumpul. Dengan langkah kaku akibat rasa nyeri di perut Kenneth melangkah kan kaki nya.

"Sebentar lagi kita masuk sekolah, terus ngehadapin banyak ujian, nggak lama dari itu lulus," ujar Razan. Liam tertunduk lesu.

"I feel so lucky to have all of you and have been a family all this time. Rasanya ya sakit sih bertarung gini, dimarahin bonyok tapi bukan solidaritas antara teman kalau nggak saling berjuang," sahut Liam.

"Yah sama gue juga..." celetuk Regan mengangguk pelan. Daffa memasang senyum tipis nya ketika lelaki itu setidak nya bersikap dewasa saat ini. Namun sedetik kemudian senyum nya luntur ketika bayi besar itu kembali menyahut.

CLEORA  - finWhere stories live. Discover now