4. Novel Dewasa🌱

310 45 3
                                    

"Bodoh itu ketika kamu baik pada orang, dan orang itu malah memanfaatkannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bodoh itu ketika kamu baik pada orang, dan orang itu malah memanfaatkannya. Keduanya sama-sama bodoh, kamu bodoh karena tidak sadar telah dimanfaatkan dan dia bodoh karena sudah meremehkan kebaikanmu."

***

Melody, adik satu-satunya Anggita dibawa ke rumah sakit. Daya tahan tubuh gadis kecil itu lemah, hingga tidak heran kalau gadis itu sering sakit-sakitan. Kadang demam, tifus, maag, mimisan dan vertigo. Umurnya baru menginjak sembilan tahun, dia kelas tiga sekolah dasar. Sedari tadi Anggita bergerak gelisah, satu yang ditakutkan oleh Anggita yaitu apa pun yang berhubungan dengan adiknya. Anggita takut kehilangan adiknya, apa pun bisa dia korbankan untuk adiknya. Melody adalah satu-satunya, hal berharga di hidup Anggita.

Novalen memakaikan jaket ke tubuh Anggita, merasa tidak tega melihat Anggita kedinginan. Anggita tersenyum tipis, mengucapkan terima kasih padanya. Dia menarik lengan Anggita, menyuruhnya untuk duduk. Kepalanya pening melihat Anggita bulak-balik seperti setrikaan. Tidak lama pintu ruangan terbuka, menampilkan seorang wanita cantik dengan stetoskop terkalung di lehernya.

“Bagaimana keadaan adik saya, Dok?” tanya Novalen cepat, mendahului Angitta. Baru saja Anggita ingin bertanya itu, tapi Novalen sudah mendahuinya. Tentu saja Anggita kesal, memangnya siapa Novalen?

“Melody baik-baik saja, hanya sedikit kelelahan. Apa akhir-akhir ini dia mengerjakan pekerjaan berat? Kalau iya, biarkan dia istirahat. Satu lagi, jangan biarkan dia berpikir keras, cukup istirahat dan biarkan kondisinya stabil kembali.” Dokter itu memberikan selembar kertas resep pada Novalen. “Ini, kamu tebus obatnya di apotek ya. Hari ini juga adik kamu sudah bisa pulang, kalau begitu saya permisi.”

“Terima kasih, Dok,” ucap Novalen, dokter itu tersenyum lantas pergi meninggalkannya dan Anggita. Dia menatap Anggita, menepuk pelan bahunya. “Melody baik-baik aja. Lo gak usah khawatir lagi, kita pulang sekarang?”

“Makasih ya, Len udah nganter adek gue ke sini.”

“Santai aja Nggit. Lo itu temen gue, kapan pun lo butuh bantuan, sebisa mungkin gue bantu. Bukannya teman saling membantu?” Novalen memeluk Anggita dari samping. Wajah gadis itu murung dan pucat, dia yakin sekali Gadis itu belum makan. “Ayo masuk, temuin Melody. Nanti beli makanan di jalan buat lo sama Melody. Pasti Lo belum makan 'kan?”

Anggita mengangguk kikuk, lalu masuk ke dalam ruangan Melody. Dia pikir, Novalen hanya baik dan perhatian pada Aira tapi ternyata kepada dirinya juga. Apa Novelen mencintai Aira juga? Kalau saja tidak, dia senang. Itu artinya Aira akan sakit karena cinta. Semoga saja Novalen mencintai orang lain, atau ... dirinya?

***

“Ai, Kakak mau bicara sama kamu. Serius.”

Gebra datang ke kamar Aira, membawakan segelas susu rasa stroberi kesukaannya. Lelaki itu meletakan gelasnya di atas nakas, kemudian duduk di pinggir kasur tepat di samping adik perempuannya. Wajah tenang Aira saat ini bukanlah yang sebenarnya. Saat ini jantungnya sedang melompat-lompat, berdegup dengan sangat kencang. Tipe orang seperti Gebra pasti akan bicara to the point, entah itu soal kasusnya atau hukuman yang akan dia dapatkan nanti. Masalah tadi tentu belum selesai dan mungkin akan berlanjut sampai seminggu ke depan. Di lihat dari kasus yang sudah dia alami.

Hello, Friend?Where stories live. Discover now