15. Kesempatan Kedua🌱

227 33 11
                                    

 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

 

Testpack? Novel dewasa? Kamu kena kasus?” tanya seseorang membuat Aira dan Shana terkejut. Dave, orang itu datang tiba-tiba seperti hantu. Pria itu berdiri, tidak jauh dari tempat Aira dan Shana berdiri. Raut wajah memperlihatkan keseriusan. Meminta penjelasan lebih dari apa yang barusan didengarnya.

Aira menatap Shana, bertanya lewat tatapan mata. Hal yang dia sembunyikan bahkan keluarganya ikut menyembunyikan soal ini dari siapa pun, sekarang semuanya terbongkar. Semua masalahnya itu dianggap aib yang pantas dan harus disembunyikan dari siapa pun. Lantas bagaimana sekarang? Dave sudah mendengarnya, tidak lama lagi pria itu akan memberi tahu seluruh keluarga besarnya.

Tidak ingin ketahuan, Aira berlari memeluk Dave. Berharap dengan dia memohon di pelukan Dave, pria itu akan luluh dan tidak memberitahu semuanya. Kasus kali ini tidak biasa. Menimbulkan kesalahpahaman yang berujung fitnah. Ke sekolah dia ketahuan membawa testpack, siapa yang tidak berpikir negatif tentangnya? Teman sekelasnya pun membicarakannya di belakang, mereka tidak akan berani membicarakannya langsung di depan. Di tambah buku novel dewasa yang di dalamnya ada adegan erotis. Dave akan berpikir kalau pergaulan Aira sudah bebas.

Dengan kasar, Dave melepaskan pelukannya. “Ini masalah serius. Kita perlu bicara soal ini, pribadi.”

“Kak, ini bukan salah Aira. Aira gak sengaja. Soal buku itu, Aira enggak tahu kalau buku itu buku dewasa,” bela Shana. Bukan keinginannya kasus Aira terbongkar. Selama ini dia ingin Aira berubah, sebelum semua kelakuan gadis itu di sekolah tidak sampai ke telinga keluarga besar. Sekarang Dave sudah tahu, dia hanya bisa membela.

“Diam kamu Shana! Kamu juga baru tahu, tapi sekarang kamu jadi sok tahu? Kamu berani bohong sama Kakak? Jelas sekali, di semua buku dewasa pasti ada peringatan. Memangnya Aira gak bisa baca?” Marah Dave menunjuk Aira penuh emosi. Aira diam, menundukkan kepalanya sama seperti Shana. Gadis itu, Shana, takut dan merasa sangat bersalah. Dave memijat pelipisnya, meredakan sedikit emosinya. “Ikut Kakak sekarang, Aira.”

“A-Aira, maaf Kak.”

“Ikut Kakak!” perintah Dave, mengambil tangan Aira kemudian digenggamnya kuat-kuat, membuat Aira meringis kesakitan.

“Shana ikut Kak!”

“Enggak, diem di sini aja. Kamu tukang bohong, Kakak gak kuat denger kebohongan dari mulut kamu. “ Setelah mengatakan itu, Dave menarik Aira menuju rooftop.

Dave sangat marah.

Namun melihat kemarahan Dave sudah biasa. Tidak seperti Gebra. Sekali Gebra marah, air matanya langsung meleber. Berbeda dengan Dave, dia akan tegar di marahi oleh Dave. Aira pasrah ditarik oleh Dave. Pria itu membawanya ke rooftop. Langkah kaki yang terlalu lebar, membuat Aira kesusahan menyeimbangkan langkah kakinya dengan langkah kaki Dave.

Sesampainya di rooftop, cekalan tangannya dilepas. Dave duduk di kursi kayu bercat putih. Amarah yang tadi melonjak kini menurun. Gampang sekali ditebak. Kapan amarah melonjak dan kapan pula amarah turun. Ragu-ragu Aira duduk, berhadapan dengan Dave.

Hello, Friend?Where stories live. Discover now