28. Turun Drastis🌱

244 44 19
                                    

*Happy Reading*

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

*Happy Reading*

Apa doa kalian hari ini?


Hasil ujian pergeseran sudah tertempel di depan kelas masing-masing. Semuanya berkumpul untuk melihat papan pengumuman itu. Aira berdesak-desakan dengan murid kelasnya. Berusaha mencapai paling depan. Terdorong ke sana dan ke sini seperti bola yang di oper-oper sampai terdorong lagi ke luar. Alhasil Aira duduk diam di kursi, menunggu semuanya masuk ke dalam kelas. Meski Aira yakin tidak akan tergeser ke kelas lain tapi tetap saja dia penasaran. Di hatinya tidak ada rasa ketakutan sedikit pun. Apapun hasilnya, dia akan menerima. Entah harus turun ke urutan terbawah, dia akan tetap menerimanya.

Novalen dan Anggita duduk di sebelah Aira. Ikut menyaksikan kerumunan itu dari jauh. Sekilas Aira menoleh ke kanan dan ke kiri, menatap Anggita dan Novalen secara bergantian lalu memberikan senyuman.

“Lo enggak liat papan pengumuman?” tanya Novalen pada Aira.

“Penuh.”

“Biasanya lo paling semangat, Git? Udah liat papan pengumuman?” Lanjut, Novalen bertanya pada Anggita.

“Gue si terserah aja mau turun atau naik. Asal enggak sampe turun ke kelas sebelah. Bisa-bisa beasiswa gue dicabut,” jawab Anggita santai. Menilik papan pengumuman itu dari jauh. Ucapan tidak sesuai dengan isi hatinya. Dia sangat penasaran melihat papan pengumuman itu. Semua perkataannya adalah kebohongannya. Dia tidak akan membiarkan siapapun menggeser posisinya.

“Gue punya firasat buruk nih,” duga Novalen. Sepatu bertali hitam itu terketuk-ketuk ke lantai.

“Maksudnya lo punya firasat buruk ke gue? Jangan bilang lo nyumpahin gue turun?” tuduh Anggita, bangkit dari duduknya. Berkacak pinggang.

Novalen mendongkak, berbeda dengan Aira yang tampak tidak memedulikan perdebatan mereka berdua.

“Bukan, gue punya firasat kalau gue bakal turun. Tapi gue sih enggak masalah, karena ini cuma pergeseran kelas. Ujian sebenarnya itu beberapa Minggu lagi. Asal enggak turun ke kelas lain aja sih. Gue enggak masalah,” tutur Novalen, “tuh udah sepi. Kita liat yuk!”

Aira beranjak dari duduknya, disusul oleh Novalen sedangkan Anggita sudah berlari melihat papan pengumuman. Sontak saja Aira membelalakkan matanya kaget. Begitu juga dengan Novalen dan Anggita. Novalen menggeleng-gelengkan kepalanya takjub. Cowok itu menepuk-nepuk bahu Aira yang masih tercengang karena penampakan mustahil di depannya.

“Gila! Keren lo Ai!” puji Novalen menunjuk nama Aira di kertas pengumuman. Urutan pertama, Airaeva Bhatia Tenza. Jari telunjuknya kemudian turun ke urutan ke bawah. “Gue kegeser, firasat gue bener hahaha.” Novalen tertawa renyah. Antara kesal dan bahagia.

Anggita juga sama kagetnya, tidak menduga ini akan terjadi. Ujian kemarin, sepertinya Aira frustrasi saat mengerjakannya. Berkali-kali gadis itu memijat-mijat pelipisnya tanda tak mengerti. Diluar dugaan, ternyata Aira mampu menggeser Novalen yang memang sangat susah menyaingi cowok itu. Hasil dari dia belajar mati-matian ternyata—

Hello, Friend?Onde histórias criam vida. Descubra agora