37. Aira Mau Dipeluk Mama🌱

373 50 19
                                    

Duh-duh, telat awkwkwk

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Duh-duh, telat awkwkwk. Akibat lambung bermasalah, kemarin enggak bisa ngapa-ngapain selain ngeluh. Wattpad emang error guys?

Okelah, Happy Reading

Dua hari terakhir Gabriel gelisah. Hendak melakukan aktivitas apapun dia selalu teringat ke Aira. Nomornya di blokir oleh Gebra, memakai nomor lain pun percuma karena nomor Gebra private. Tiba saja suara klakson mobil membuyarkan lamunannya. Manik matanya tertuju pada sebuah mobil BMW berwarna putih. Dari plat nomornya dia hafal mobil siapa itu. Tanpa berpikir panjang dia langsung berlari menuju mobil putih itu.

Benar saja, Gebra keluar dari mobil. Berlari memutar membukakan pintu mobil untuk seseorang. Tidak lain dan tidak bukan adalah Aira. Gabriel menatap gerak-gerik Gebra waswas sebelum matanya beralih menatap seorang gadis berjaket tebal kebesaran. Lehernya menggunakan syal.

Itu Aira? Kenapa kulitnya sangat pucat? Aira sakit? Apa Gebra melakukan sesuatu ke adiknya? Banyak pertanyaan berputar di otak Gebra. Lebih khawatir lagi dia melihat Aira ketakutan tatkala Gebra menggenggam tangan kecilnya.

“A-Aira? Aira kamu enggak papa?” Gabriel menarik lengan Aira, masuk ke dalam dekapannya. Gadis itu diam saja dipeluk Gabriel. Tidak seperti biasanya yang akan langsung memukul ketika dia memeluk gadis itu secara tiba-tiba. Namun, sesuatu membuat Gabriel membeku. Dia melihat bekas cekikikan di celah syal yang Aira pakai.

Gebra mencekik Aira?

Tidak! Gebra tidak mungkin melakukan itu.

Dapat Gabriel rasakan getaran di tubuh Aira.

“Gabriel, biarin adik kamu istirahat,” titah Gebra. Lantas pelukan Gabriel mengendur lalu terlepas. “Kamu masuk ke kamar ya terus istirahat.”

Gerak-gerik Aira begitu kaku. Gadis itu berbalik kemudian melangkah ke dalam rumah. Setelah Gabriel melihat Aira sudah tidak ada lagi di matanya, dia menatap Gebra sinis. Kedua tangannya mengepal kuat. Sikap Aira berbeda, penyebabnya hanya satu; ya, Gebra, siapa lagi? Atau mungkin penyebab lainnya adalah Anggita.

“Kakak apain Aira?” tanya Gabriel berusaha tenang.

“Kakak hukum Aira.”

Sudah diduga.

“Kakak cekik Aira?”

“Ya.”

“Apa Kakak enggak punya otak? Kalau Aira mati gimana?”

“Bahkan Kakak tampar dia, Kakak banting dia dan Kakak kurung di kamar mand—”

Bugh!

Untuk pertama kalinya Gabriel memukul Gebra. Tepat di wajah Gebra bogeman mendarat mulus. Gebra mengusap-usap pipinya. Tidak habis pikir, Gebra sangat tenang mengatakan semua itu. Pantas saja Aira mirip seperti tawanan rumah sakit jiwa ternyata perbuatan Gebra.

Hello, Friend?Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz