24. Percaya🌱

217 43 15
                                    

Kangen Mas Davier? Nah, di sini udah ketebak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kangen Mas Davier? Nah, di sini udah ketebak. Sama siapa Davier nikah🐣

Selamat Membaca

Gabriel membawakan makan malam untuk adiknya. Malam ini gadis itu tidak turun dan ikut makan bersama. Suasana mencengkam terjadi di meja makan. Gebra makan tanpa berbicara apa pun. Tanpa menghabiskan makanannya, pria itu langsung naik ke kamar. Ada sesuatu terjadi di antara Gebra dan Aira. Gebra pasti sudah menghukum Aira. Ya, terlihat jelas sekali kekecewaan dan rasa bersalah di wajah Gebra.

Berkali-kali Gabriel mengetuk pintu. Namun tak ada sahutan dari sang pemilik kamar. Pelan-pelan dia membuka knop pintu. Melihat adiknya sedang meringkuk di atas kasur. Kedua kakinya terlipat, memeluk lutut erat. Keningnya di tempelkan di lutut membuat rambut panjang gadis itu menutup penuh wajahnya. Tubuh Aira bergetar. Menangis sesenggukan di sana.

Melihat adiknya menangis membuat dadanya sesak. Diletakkan piring dan gelas di atas meja belajar lalu duduk di sebelah adiknya. Tangannya terangkat, mengusap lembut kepala Aira. Dia tidak tega sekali melihat adiknya menangis. Cukup lama gadis itu menangis. Entah apa yang diperbuat Gebra sampai-sampai Aira menangis separah ini.

“Ai,” panggil Gabriel.

Tidak ada sahutan. Aira menangis, dan terus menangis. Isak tangisnya semakin menyayat hati Gabriel. Sakit ....

Gabriel memeluk dari samping tubuh ringkih Aira. Menepuk pelan dadanya. Takut-takut gadis itu mendongkak, menatap sendu Gabriel. Wajahnya bengkak, matanya memerah dengan buliran air mata masih terus berlinang di pipi gadis itu. Dalam satu tarikan, Gabriel memeluknya dengan benar. Tangisan gadis itu semakin pecah ketika dia memeluknya.

“Kak, Kak Gebra berubah. Ka-Kak Gebra monster. Ai, Ai takut Kak. Ka-Kak Gabriel gak berubah juga kan?” Aira bertanya dengan suara bergetar. Pelukannya semakin mengerat. Berkali-kali Aira mengusap air matanya.

Dugaannya benar. Sesuatu telah terjadi, dan Gebra yang melakukannya. Kejadian ini cukup ganjil dan sejujurnya Gabriel tidak mempercayai kasus Aira.

Shtt, Kakak gak berubah Ai. Dan Kakak gak akan pernah berubah. Walau Kakak sering jailin kamu, sering buat kamu marah, tapi Kakak sayang sama kamu Ai. Begitu juga dengan Kak Gebra yang sayang sama kamu. Dia marah karena dia gak mau adiknya jadi orang jahat,” tutur Gabriel. Tangannya tidak berhenti menepuk pelan punggung adiknya.

“Aira takut ... Aira takut, Kak. Aira takut.” Racaunya.

“Ada Kakak. Kamu tenang ya, ada Kakak di sini. Kakak temenin kamu.”

Tidak lama tangisan Aira terhenti. Nafasnya mulai teratur. Nyaman berada di pelukan Gabriel. Bahu yang semula tegang kini merosot. Gadis itu melepaskan pelukannya. Menghapus sisa-sisa air mata. Gabriel menatap mata berair Aira. Lekat dan cermat dia memandanginya. Di dalam mata gadis itu, dia tidak melihat kebohongan. Pilihannya sudah tepat, entah itu benar atau salah, dia tetap akan mendukung adiknya. Di matanya, Aira tidak bersalah.

Hello, Friend?Where stories live. Discover now