30. Triple Punishment🌱

229 46 22
                                    

Huft, nanganin Angigit emang harus sabar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Huft, nanganin Angigit emang harus sabar. Sabarnya sabar banget. Aira aja sabar kok kalian enggak sabar?

Happy Reading

Hari-hari Aira berjalan lancar. Hubungan persahabatan Aira dan Farel juga semakin dekat. Farel mengantar dan menjemput Aira setiap hari. Kehidupan Aira juga lancar tanpa gangguan sedikit pun. Menghindari Anggita, menjadi obat sekaligus kesakitan untuk Aira. Sampai beberapa hari ke depan Aira masih tidak boleh dekat dengan Anggita. Menjauh lebih baik. Mengobrol seperti biasa tanpa terlibat terlalu jauh. Terlihat tak acuh, tapi pada dasarnya Aira tidak bisa terus berjauhan seperti ini.

Ada tiga alasan mengapa Aira harus menjauhi Anggita sementara waktu. Pertama, perintah dari Gebra; kedua, Aira tidak ingin terlibat masalah sampai beberapa waktu; dan ketiga, dia tidak ingin mengganggu hubungan Anggita dan Novalen. Aira berniat menjauhi Anggita, tapi Novalen juga ikut dijauhinya. Aira tidak ada masalah apapun dengan Novalen. Berbicara secukupnya dan lebih menghindari cowok itu. Bukan tanpa alasan, Aira hanya tidak ingin terlalu dalam mencintai Novalen. Entahlah, Aira tidak lagi memedulikan cinta lagi.

“Paling b*ngsat itu ketika lo udah nyaman sama kelas lo yang dulu, terus seenak jidatnya malah mindahin.” Suara makian seorang gadis menggelegar membuat heboh satu kelas utama. Aira menutup telinganya rapat-rapat, enggan mendengarkan makian itu.

Ishana Putri, sepupu Aira sekaligus teman sekelas. Akibat nilainya cukup untuk masuk ke kelas utama, Shana dipindahkan ke kelas utama. Jika murid lain naik pangkat ke kelas yang lebih tinggi dari kelas sebelumnya seperti berjalan di red carpet dengan sambutan meriah. Beda dengan gadis yang satu ini, bukannya senang Shana malah menangis kencang. Ini sudah hari ke berapa Shana masih tidak terima masuk ke kelas utama. Sampai Shana berkali-kali pindah, dan berkali-kali juga dipaksa masuk ke kelas utama. Julukan murid teraneh jatuh pada Ishana Putri.

“Ini kelas atau tempat alien? Kaku banget!” Lagi, Shana berkoar. Menendang kursi kosong miliknya. Kebetulan tempat Shana dan Aira dekat. Aira di depan dan di belakangnya Shana. “Kalaupun muka orang-orang kek kanebo, lo jangan dong Ai. Lo alasan satu-satunya kenapa gue masih betah tinggal di planet ini.”

Aira memasang wajah datar. Ada baiknya juga Shana masuk ke kelas ini, dia jadi ada teman mengobrol.

“Tolong Ai, lo kalau ada masalah bilang dong. Jangan dipendem gitu, nanti kalau mati gimana? Gue enggak ada temen buat ngobrol kalau lo sampe mati,” Shana masih berusaha membangkitkan mood Aira.

“Lo lupa Na, gue belum lama ini kena kasus. Wajar gue kayak gini.”

“Ya elah, udah lama. Santai aja, dibawa santai. Apa jangan-jangan lo jadi kayak kanebo kering karena si Davean? Si Dave marahin lo? Bilang aja sama gue, gue bakal masukin cacing ke tas kerjanya,” tebak Shana. Dave adalah kakak sepupu yang selalu menjadi tersangka utama. Apapun masalahnya, dia akan menyalahkan Dave.

Hello, Friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang