(18)

121 22 33
                                    

Disinilah mereka, restoran Cafedey.

Bukan Satya dan Jihan saja, ada tamu yang sangat ingin menemui Satya.

Satya juga begitu, dan Jihan hanyalah saksi nyamuk diantara mereka berdua.

"Bagaimana sekolahmu?"tanya bapak itu.

Bapak itulah yang menelpon Satya tadi dan ingin mengajaknya bertemu.

Satya tersenyum tipis, "Alhamdulillah, baik pak."

Bapak itu terkekeh pelan, dia pun meminum kopinya lalu menaruhnya kembali diatas meja.

"Bapak ingin sekali bertemu denganmu, sudah lama kita tidak bertemu. Kira-kira berapa tahun yah?"kira-kira bapak itu.

Satya nampak berpikir, "Mungkin dua tahun menuju tiga tahun, pak."jawabnya.

Bapak itu mengangguk pelan, pandangannya pun beralih kearah Jihan yang hanya menatap mereka yang saling melempar obrolan.

"Dia pacarmu?"tanya bapak itu.

Buru-buru keduanya mendadahkan tangannya menandakan 'tidak/bukan'.

"Oh teman?"

Keduanya pun mengangguk lega, cukup mengejutkan kalo mereka dianggap pacaran atau dikira pacaran.

"Kamu ga tau siapa bapak?"tanya bapak itu kearah Jihan.

Jihan menatap wajah bapak itu dengan seksama lalu menggeleng kaku.

"Nama bapak Zafran, saya ini dulu guru sekaligus pelatih figure skating nya Satya dulu."jawab bapak itu yang bernama Zafran.

Jihan melongo sambil menutup mulutnya.

"Wah."

Hanya bisa mengucapkan kata itu, dia sedikit takjub.

Matanya pun beralih kearah Satya yang menatapnya heran.

Dia kini berpikir kalo tujuan Zafran bertemu dengan Satya kemungkinan besar ingin mengajak Satya menjadi figure skating lagi?

Jihan menginginkan hal itu terjadi, dia ingin melihatnya secara langsung.

"Ohiya Satya, tujuan bapak ajak kamu ketemu karena ada yang mau bapak sampaikan ke kamu dan ini cukup penting."ucap Zafran dalam keadaan serius.

Jihan dan Satya mendengar tuturan Zafran dengan seksama.

Jihan mengharapkan harapannya itu beneran terjadi.

"Bapak ingin,, kamu jadi figure skating lagi."

Keduanya lantas melotot terkejut.

Ini lebih mengarah ke Satya, dia disuruh menjadi atlet skate lagi?

Kalo seperti ini mungkin sangat padat keputusannya.

Antara mau dan tidak mau.

Jihan menatap Satya dengan tangannya yang menutup mulutnya yang sedang menganga.

"Bagaimana nak?"tanya Zafran meyakinkannya.

Satya masih menganga, dia masih belum kepikiran dengan keputusan itu.

----

Diperjalanan pulang, keduanya saling diam-diam.

Bukan berarti mereka tidak saling melempar percakapan.

Mereka sudah saling bertanya latihan apa yang akan mereka lakukan kedepannya lagi dan apa yang perlu mereka perbaiki dalam gerakan taekwondonya.

Ice Prince | EndWhere stories live. Discover now