(3)

227 29 9
                                    

"Kali ini papah yang antar jemput kalian."tegas Angga.

Kedua bola mata Jahya melotot penuh ekspresi khawatir sedangkan Satya hanya terlihat santai menikmati sarapan diatas meja makan keluarga. "Satya bisa kok kemudi mobil, papah gak perlu khawatir. Satya bukan anak tetangga yang suka balap-balapan."

"Bukannya papah khawatir sama kalian, yah emang khawatir sih tapi umur kamu itu masih dibawah umur untuk bisa mengemudi mobil apalagi kamu gak punya SIM, kamu masih pelajar."tegur Angga pada anak sulungnya.

"Banyak kok teman-teman Satya bahkan junior Satya kayak Jahya udah diizinin kemudi mobil."kata Satya yang masih melawan, gak enaklah diantar sama bokap.

"Kamu anak sulung gak usah banyak ngelawan deh, cuman seminggu aja papah antar jemput."

Jahya selaku anak bungsu langsung menyahut, "Mobil papah emangnya kenapa? Mogok?"

Angga tadinya menatap anak sulungnya kembali menatap bungsunya yang sedang bertanya padanya.
"Sehat walafiat, cuman papah khawatir kalo kalian kena tilang dipertigaan, kalian kan gak punya SIM."

"Nanti tabrak ayam, kucing, atau anjing ditengah jalan siapa yang mau tanggung jawab? Yah, papa lah."sambung Angga.

"Kak Satya naik mobil hati-hati kok pah, gak bakal kecelakaan. Kak Satya nabrak nyamuk diatas aspal aja gak kena tilang pah."kata si bungsu yang nadanya sedang bercanda, receh sekali Angga sampai-sampai tertawa renyah.

Merasa tak berkata-kata mendengar ucapan Jahya, kali ini Angga tidak mau banyak diam. "Kamu anak bungsu gak usah banyak Bobacot deh."

Bukannya diam malah ngelawan balik, "Kalo gak ngelawan papah bicara, papah bicaranya sama siapa coba? Sama mamah?"

Dark!

Kali ini Angga benar-benar skakmat sama bocil 10 SMA.

Satya yang tidak mau membuat papahnya berbelut dengan kediamannya lantas berucap, "Izinin Satya kendara mobil, pah."

Angga mengangguk pasrah mengiyakannya tapi gak mau anaknya malah kena tilang tanpa sengaja, "Yaudah, hati-hati. Kalo kena tilang ingat, kalian bukan anak papah lagi."

"Yaudah, kita anaknya mamah."sahut Jahya.

Tolong deh, Angga gak bisa berkicau lagi kalo udah omongin tentang mamahnya.

"Udah mau jam tujuh, kita duluan yah pah."pamit Satya langsung ke teras rumah memasang sepatu.

"Assalamualaikum."salam keduanya.

"Waalaikumussalam."balas Angga.

Kedua anaknya sudah meninggalkan rumah untuk pergi kesekolah, kini tersisa Angga sendiri dimeja makan sambil termenung mengingat almarhumah istrinya.

"Izinin papah terlihat tegar walau namamu masih disebut oleh orang lain."

----

"Jihan, besok olahraga jadi lo harus beli dan bayar baju olahraga besok."kata Jessica.

Mereka sudah lengkap dikelas kecuali sang KetKel, tersisa menunggu bel masuk dan menyambut kedatangan gurunya.

"Ohiya? Kalo gitu kasiin gua roster, gua mau catat."kata Jihan sambil mengambil dua lembar buku SIDU dibagian tengah.

Jessica memberi rosternya lewat handphonenya jadi Jihan menyatat roster itu sekarang juga.

Wony memangku dagunya dengan tangannya, "Gua kirain stok baju olahraga udah habis, soalnya dulu Bu Astrid bilang bajunya udah habis dan minggu depannya bakal ada lagi mana Jahya dulu telat ambil baju olahraga lagi."

Ice Prince | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang