☔. sekelebat kenangan kelam

Start from the beginning
                                    

"Mau kemana?" Tanya Monica.

Gadis itu menghentikan langkahnya sejenak, "Ke kamar mandi." jawab Lana sekenanya.

"Ikut dong!" Monica menghampiri Lana dengan cengiran khasnya.















☔☔☔













Suara nyaring yang ditunggu-tunggu oleh siswa telah berbunyi, menandakan pelajaran hari ini telah usai. Halaman dan pagar sekolah yang awalnya sepi kini mulai terisi oleh para siswa yang berhamburan keluar dari kelas mereka. Tak terkecuali dengan Lana dan juga Monica. 

Mereka berdua berjalan beriringan, namun bedanya Monica berjalan seraya menuntun motornya ke halte bus yang mana akan menjadi kendaraan yang mengantarkan Lana pulang kerumahnya.

"Tumben lu akhir-akhir ini naik bus terus?" Tanya Monica yang merasa heran, biasanya Lana itu paling malas berdesakan atau berada ditempat umum seperti halnya didalam pengapnya aroma keringat bercampur dari para penumpang bus.

"Mau gimana lagi, sepeda gue lagi di bengkel." jawab Lana dengan mencebik kesal saat teringat bagaimana sepeda kesayangannya bisa berakhir ditempat itu.

Monica mengangkat sebelah alisnya penasaran. "Lah begimana ceritanya?"

"Panjang ceritanya, intinya pelaku utama yang bikin sepeda gue jadi bobrok ya si Arsen."

Monica tertawa renyah sebelum menyudahi pembicaraan antara mereka berdua, ia pamit terlebih dahulu lalu menyalakan mesin motornya dan melenggang pergi ke jalanan yang penuh akan kendaraan yang sibuk berlalu-lalang.

Sedangkan kini Lana duduk tenang di bangku halte yang telah disediakan. Serambi menunggu busnya tiba, Lana memilih menyumpali telinganya dengan earphone dan memutar lagu yang akhir-akhir ini selalu menjadi temannya kala sedang merasa sepi.

Namun secara tak sengaja netra nya menangkap sebuah objek familiar yang membuat ia terpaksa menyipitkan matanya agar kelihatan lebih jelas. Ia lepaskan earphone yang menyumpal telinga nya lantas mendekat, seketika pandangannya terpaku kearah gelang usang yang tergeletak dibawah pohon lebat yang menaungi halte. Tangan nya terulur untuk mengambil gelang itu dan menelitinya lebih detail.

"Ris, kira-kira dia suka gak ya sama hadiah yang gue kasih?"

"Lu liat kan tadi?! Dia juga suka sama gue!"

"Murahan ew, liat deh dia ngejilat ludahnya sendiri."

"Ris, mending lu pergi aja deh dari hadapan gue, atau gak sekalian aja menghilang dari bumi. Gue muak liat muka lu."

Plakk!

Lana menampar pipinya sendiri hingga memanas. Ia kepalkan tangannya kuat-kuat, "sadar, Na! Kejadian itu udah jadi bagian dari masa lalu, sekarang bukan saatnya mikirin hal kayak gitu! Camkan itu!" monolognya dari dalam hati.

Dia terperangah sesaat ketika seseorang menepuk bahunya pelan, jantungnya berdegup kencang, perasaan kalut mulai meliputi seluruh hatinya. Gadis itu takut, takut jikalau yang menepuk bahunya adalah pemilik dari gelang yang saat ini ia pegang.

Lana menelan ludahnya dengan susah payah lantas menoleh kesamping. Ia bernapas lega saat mendapati sosok yang ia kenali itu ikut berjongkok disampingnya.

"Arlana kan?" Lana yang mendengar namanya disebutkan segera menganggukkan kepalanya pelan.

Pemuda itu bangkit, kemudian disusul juga dengan Lana. "Tadi lo ngeliatin apa? Serius amat." tanyanya sekali lagi dengan diiringi kekehan kecil.

shade umbrella [END]Where stories live. Discover now