Ada mata-mata

Mulai dari awal
                                    

"Aduh, punya mulut kok kek bencong sih. Nih ya gue kasih tau sama Lo, gak usah banyak ngomong kalo cuma bisa menyebar energi negatif." Darren hanya diam melihat semuanya.

"Kakak kok gak sopan sih?" tanya Serly.

"Em gimana gue mau sopan, kalo mereka aja gak ngajarin sopan santun sana gue." Nina dan Asya terkekeh sinis.

"Asya ikut gue. Gue mau bicara sama Lo!" tegas Arya.

Asya melirik sekilas.

"Sorry, gue dilarang sama Bunda gue buat ngomong sama orang yang gak penting!" Arya merasa sakit dihatinya saat mendengar kata 'gak penting' keluar dari mulut Asya.

"Udahlah guys, buang-buang waktu ngeladenin sampah kayak mereka." Asya langsung menarik kedua sahabatnya menjauh dari mereka.

Dalam diam Devan tersenyum tipis, sedangkan yang lain hanya diam membeku melihat perubahan mereka.

"Mereka bener-bener berubah."

____

Ketiga remaja itu saat ini tengah duduk di bangku taman, menikmati Snack yang tadi mereka beli dikantin.

"Nina udah gak mau jomblo lagi!" tegas Nina.

"Terus?" tanya Asya.

"Nina mu cari pacar," ujar Nina dengan entengnya.

"Emang ada yang mau sama Lo?" tanya Lora membuat Nina mendengus sebal.

"Is! Lora mah, bantu makanya." Asya hanya terkekeh.

"Hai," sapa seorang cowok pada mereka.

Nina langsung tersenyum manis membuat Lora dan Asya tahu arti senyum itu memilih untuk diam.

"Hai juga," balas Nina.

"Em gue masih ini buat kalian, acara prom night malam Selasa. Kalo bisa kalian dateng ya," ujar pemuda itu sembari menyerahkan selembar brosur pada mereka.

"Ah, pasti kita datang. Iya kan guys?" tanya Nina dan dibalas deheman dari Asya.

"Pasti kita datang, disediain makanan gak nih?" tanya Lora.

"Iya, pasti disediain kok." Lora dan Nina mengangguk semangat.

"Boleh tau nama Lo gak?" tanya Nina.

"Gue Nino," ujar pemuda yang memiliki nama Nino itu.

"Wah nama kita mirip, gue Nina!" pekik Nina.

"Wah iya, jangan-jangan kita–

"Jodoh!" pekik Nina senang.

Asya dan Lora tertawa sedangkan Nino hanya tersenyum.

"Aamiin." Nina tersenyum malu-malu saat Nino mengatakan aamiin.

"Kalo gitu gue duluan ya," pamit Nino.

"Iya No," sahut Nina.

Nino tersenyum dan pergi dari sana. Setelah Nino menghilang dibalik gedung Nina langsung memekik bahagia.

"Pokoknya Nina harus dapetin Nino!" tegas Nina.

Asya dan Lora hanya menggelengkan kepala mereka.

"Awas nanti kena ghosting." Nina mendengus sebal mendengar penuturan Asya.

"Kekelas yuk," ajak Lora.

Mereka semua mengangguk dan bangkit dari sana.

"Eh itukan Aziz." Mereka langsung menoleh pada pemuda yang tengah berdiri bersama seorang gadis.

"Ngomong sama siapa dia?" tanya Asya.

"Gak tau. Samperin aja yuk," ajak Nina.

Mereka pun segera berjalan menuju Aziz.

"Mau ya jadi pacar gue."

Ketiga gadis itu langsung menghentikan langkah mereka, lalu menahan tawa.

"Gak mau ah, Lo kan udah punya cewek." Aziz langsung menggeleng kuat.

"Gak kok, gue jomblo."

Gadis itu nampak ragu-ragu lalu mengangguk Aziz langsung tersenyum senang.

"Waaahh!! Aziz udah kagak jomblo nih yee."

"Cie cie cie, pajak jadian dong Om."

"Azeek babu gue dan punya pacar."

Aziz dan gadis yang berstatus sebagai pacarnya itu begitu terkejut saat Lora dan kedua sahabatnya datang secara tiba-tiba.

"Kalian sejak kapan disini?" tanya Aziz.

"Sejak Lo nembak dia," jawab Lora.

"Ziz, aku duluan." Gadis itu langsung pergi begitu saja.

"Yah dia kabur, belum juga sempet kenalan." Aziz mendengus.

"Ganggu ae Lo pada!" ketus Aziz lalu meninggalkan ketiganya begitu saja.

"Dasar!"

Lora terkekeh namun tiba-tiba matanya menyipit saat melihat seseorang mengintip dari balik pohon besar itu.

"Siapa tuh?" tanya Lora dengan sangat pelan.

Saat Lora menajamkan penglihatannya tiba-tiba saja orang itu langsung pergi.

"Siapa dia? Ada yang gak beres," gumamnya.

"Kenapa Ra?" tanya Asya.

"Kayak ada yang mata-matain kita deh," ujar Lora.

"Siapa?" tanya Nina.

"Gak tau, dia pakek topi hitam, jaket hitam sama celana abu-abu."

"Celana Abu-abu seragam sekolah?" tanya Asya, Lora mengangguk.

"Apa ada yang niat jahat sama kita?"

Jiwa yang Tersesat (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang