Ada mata-mata

111K 15.2K 698
                                    

"Anak Mami cantik banget," puji Audrin pada kedua putrinya.

Mereka saat ini sudah berada dirumah Lora bersama Bunda dan Mami.

"Iya dong Mi," jawab Lora.

"Mami kenapa nyuruh kita pulang cepet?" tanya Asya.

"Mami mau ngasih tau soal acara ulang tahun perusahaan kakek kalian itu diadakan malam kamis ini. Jadi Mami sama Bunda udah nyiapin gaun spesial buat kalian berdua," ujar Audrin.

"Mana?"

"Nanti aja kalian liatnya takutnya kalo Serly liat dia mau lagi itu gaunnya, sekarang kalian mandi dulu sana." Lora dan Asya mengangguk paham dengan ucapan dari Bundanya Asya.

Bisa berabe kalo Serly mau gaun yang sudah dikhususkan untuk Lora dan Asya.

____

Semua mata menatap kagum pada Lora dan kedua sahabatnya, ketiga gadis itu datang dengan penampilan yang begitu berbeda.

Aura kecantikan mereka begitu memancar, Bahkan ada yang terang-terangan memfoto mereka.

"Lo harus ikuti cara gue ngomong." Asya menoleh lalu mengangguk.

"Siap bos."

Mereka berjalan terus dan mengabaikan tatapan dari semua orang.

"Wah, wah. Ada yang udah berubah nih," ujar seorang gadis dengan penampilan yang bisa dikatakan cabe-cabean.

Asya hanya memutar matanya jengah dan Lora menatap acuh orang itu.

"Ngomong sama kita ya?" tanya Lora.

"Iyalah siapa lagi," ujarnya.

"Oh, kirain."

"Sorry banget ya. Waktu gue terlalu berharga untuk dihabiskan buat ngeladenin cabe modelan kek Lo ini," ujar Lora.

"Heh, gak usah banyak gaya Lo!" bentak teman gadis itu.

"Lo yang gak usah banyak gaya!" tegas Asya.

Semua terdiam saat mendengar penuturan Asya yang begitu tegas. Bahkan para saudaranya yang baru saja datang pun ikut terkejut.

"Asya."

Mereka semua menoleh kebelakang dan mendapati Arya dan yang lain, disebelah Arya ada Serly.

"Apa?" tanya Asya cuek.

Arya yang mendapatkan jawaban dari Asya yang sangat terkesan tidak suka menjadi terdiam.

"Kakak sekarang berubah ya, makin cantik." Nina terkekeh sinis.

Awalnya dia memang tidak ingin ikut berubah namun dia juga tidak mau terlihat lemah.

"Baru sadar ya?" tanya Nina.

"Maksud Lo ngomong gitu apa?" tanya Gavin tak suka pada Nina.

"Oh, gak ada maksud apa-apa kok. Jangan baperan dong," ujar Nina.

"Kalian kenapa bisa berubah gini?" tanya Devan.

"Kenapa gak?" tanya Lora.

"Cuma berubah penampilan doang, kelakuan masih aja sama." Lora melirik pada teman Gavin.

Andre, salah satu sahabat dari mereka.

"Oh ya? Masa?" tanya Lora menantang dia.

"Kalian persis kayak cabe-cabean." Asya langsung menoleh pada Sepupunya.

Dimas. Abang kedua Lora, dia saat ini sudah kelas dua belas. Sedangkan sih kembar masih kelas sebelas.

"Oh," sahut Asya singkat.

Jiwa yang Tersesat (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang