Lora bikin kesel

124K 18.1K 1.3K
                                    

Lora mengajak teman-temannya untuk main kerumahnya, termasuk tiga babunya itu.

Mereka awalnya menolak tapi Lora memaksa dan tida ada bantahan.

"Ini mobil kan gak kecil ya, jadi muatlah buat kita berenam," ujar Lora.

"Tapi kayaknya gak deh Ra, ini mobil kursinya cuma ada empat." Lora mendengus mendengar balasan Asya.

"Muat, kek badan Lo gede aja. Muat kan?!" tanya Lora pada Aziz.

Aziz dengan terpaksa mengangguk.

"Ayo masuk," ajak Lora sudah seperti pemilik mobil itu.

"Ini sebenernya yang punya mobil siapa sih?" tanya Aziz.

"Udahlah Bos, ikut aja. Dari pada kena tonjok," sahut Bagus.

Mereka pun masuk kedalam mobil.

"Sini, nah kan muat." Mereka semua menghela nafas berat.

Muat dari mana? Yang ada di muat-muatin, lihat saja bagaimana posisi mereka sekarang.

Aziz duduk di kursi kemudi, Bagus dan Toni duduk disebelahnya, dengan posisi yang begitu terlihat jika itu sempit.

Lora dan dua temannya duduk bertiga di bangku belakang, dengan sempit-sempitan. Karena memang kursi itu untuk dua orang, bukan tiga orang.

"Buruan Ziz, sakit nih tangan gue." Aziz mengehela nafas jengah.

Aziz melajukan mobilnya menuju rumah Lora.

Sekitar empat puluh menit mereka tiba di rumah Lora yang begitu besar, luar dan mewah.

"Akhirnya, badan gue gak kejepit lagi." Lora terkekeh mendengar penuturan Bagus.

"Yuk masuk," ajak Lora.

Mereka mengangguk dan mengikuti langkah Lora, beberapa penjaga menyapa mereka.

"Kaya banget dia ternyata," celetuk Toni.

Mereka masuk kedalam rumah dan saat sudah tiba didalam mereka mendengar tawa di ruang tamu.

Lora tersenyum smirk, dia akan melancarkan rencananya.

"Ayo guys, masuk. Anggap aja rumah sendiri, Mami Papi gue kayak didalam, yuk."

Semua yang ada di ruang tamu menoleh pada Lora dan teman-temannya dengan raut terkejut.

Mereka terkejut, bagaimana bisa Lora berani membawa orang lain datang kerumah ini? Biasanya yang datang hanya Nina atau Asya, selebihnya tidak pernah.

Darren berdiri dari duduknya.

"Ngapain Lo bawa orang asing kerumah ini?" tanya Darren.

"Siapa yang Lo bilang orang asing? Mereka? Mereka temen-temen gue kali," jawab Lora.

Ketiga babu Lora tersenyum sinis, sedangkan Asya menatap takut pada Arya.

"Gimana bisa Lo temenan sama anak berandalan kayak mereka Lora?" Lora menoleh pada laki-laki yang tadi menamparnya.

"Kok Lo kepo ya?" tanya Lora, laki-laki mendengus.

"Kak Lora, gabung sama kita aja yuk." Lora memutar matanya jengah.

"Gak level!" ketus Lora.

"Lo!"

"Ada apa ini ribut-ribut, loh anak Mami udah pulang ternyata."

Lora tersenyum manis dan langsung menghampiri Maminya.

"Loh ada Asya juga, sini sayang. Mami kangen tahu, Asya kok jarang kesini sih?" tanya Audrin.

Asya dengan semangat empat lima langsung memeluk Audrin.

"Asya juga kangen Mami," ujarnya.

"Nina, gak mau peluk Mami?" Nina tersenyum dan langsung memeluk Audrin.

Mereka memang dekat dengan Audrin dari lama. Dan Audrin sendiri sudah menganggap mereka seperti anaknya sendiri.

"Mi, kita bawa temen, itu mereka."

Ketiganya tersenyum ramah.

Sedangkan Darren dan yang lain menatap tak Suak pada Mereka.

Audrin berjalan mendekati Aziz dan yang lain.

"Wah ganteng banget, mirip sama Ari Irham." Audrin memuji Toni.

"Mami kenal sama Ari Irham?"

Pertanyaan itu muncul dari mulut Serly, sudah tentu di abaikan oleh Audrin.

Lora tersenyum sinis pada Serly.

"Mami gue gaul kan? Ari Irham aja dia kenal," celetuk Lora membuat para babunya dan dua sahabatnya tertawa.

"Ah, kamu bisa aja."

Mereka terkekeh minus Darren dan teman-temannya.

"Eh kita ke taman belakang aja yuk, sekalian ngobrol-ngobrol. Lora ganti dulu ya sayang, ajak Nina sama Asyanya." Lora mengangguk.

"Mi, kok mereka di perlakukan dengan baik, tapi kenapa temen-temen Darren gak?" Mereka semua menoleh pada Darren.

Audrin tersenyum pada putranya.

"Tentu Mami akan bersikap baik dengan teman-teman Lora, karena mereka dekat dengan Lora. Sedangkan kalian?"

"Tidak pantas untuk diperlakukan secara baik-baik."

Ketiga babu Lora sontak terkejut, mereka tidak tahu menahu persoalan keluarga ini.

"Kalian sama dengan iblis! Saat Lora jatuh dari lantai dua kalian dimana? bukannya membantu. Kalian malah membiarkan, apa masih pantas Mami memperlakukan kalian dengan layak?"

"Mami rasa tidak."

"Ayo," ajak Audrin pada ketiga babu Lora.

Sedangkan Darren dan yang lain, terdiam. Benar apa yang di katakan oleh Audrin, mereka iblis.

Audrin mengajak ketiga babu Lora ke taman sedangkan Lora dan kedua sahabatnya masih di sana.

"Wah enak ya di anaktirikan," ujar Lora.

"Kasian, makanya jadi orang gak usah jahat-jahat. Kan karmanya lebih sakit dari apa yang kalian lakukan," tambahnya.

"Lo!!"

"Aduh sorry ya, anak kesayangan Mami mau masuk dulu. Bye Abang-abangan gue," ujar Lora.

Lora menarik kedua sahabatnya untuk masuk kedalam rumah, sedangkan Darren dan yang lain menahan marah dan juga kecewa.

Darren tak menyangka jika adiknya benar-benar sudah berubah.

Serly menggeram ditempatnya.

Jiwa yang Tersesat (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang