kantin

126K 19.6K 1.2K
                                    

“Buruan! Lama banget!!” bentak Lora pada ketiga laki-laki tadi.

Mereka mendengus sebal, gara-gara taruhan tadi selama sehari mereka harus menjadi babu Lora dan membayar semua apa yang Lora ingin beli.

“Apa Lo bilang? Gadis bodoh?” tanya Lora pada ketiga pemuda itu.

“Iya Lo gadis bodoh!” ketus mereka.

“Oh. Kalo gitu kita taruhan, kalo kalian menang kalian boleh minta apapun dari gue selama setahun! Dan kalo gue menang kalian harus jadi babu gue selama sehari. Dan harus bayar semua yang mau gue beli, mau?” tanya Lora.

Mereka nampak tertarik dengan penawaran Lora lun mengangguk.

“Setuju. Tapi taruhannya dalam hal apa?” tanya pemuda yang sepertinya adalah bos mereka.

“Adu jatos.”

Haahaha! lawak lo?”

Mereka menertawakan Lora, Lora tersenyum miring lalu dengan kecepatan kilat langsung menerjang wajah ketua mereka hingga membuatnya terjatuh.

Lora tersenyum sinis.

“Ayo, lawan gue.” Kedua anak buah pemuda itu maju, namun dengan mudah Lora buat tumbang.

“Alah segitu doang, lemah Lo pada. Gaya doang selangit, baru gue keluarin jurus dasar aja udah tumbang.” Mereka mengeram kesal.

“Gue menang. Dan kalian kalah, sesuai perjanjian. Kalian bertiga jadi babu gue, dan berhubungan kalian udah jadi babu gue. Gue mau tahu dong siapa nama kalian?” tanya Lora.

“Aziz.” Oh ternyata nama ketuanya adalah Aziz.

“Bagus.”

“Toni.”

“Ok.”

“Sekarang ikut gue. Gue mau jajan di kantin. Dan kalian yang harus bayar!”

“Makanya jangan sok keras!” sinis Lora.

Lora menyuruh ketiga laki-laki yang ia ketahui namanya tadi adalah, Aziz, Toni, dan Bagus.

Asya dan Nina baru saja tiba langsung menghampiri Lora yang duduk santai dengan ketiga babunya.

“Ra, Asya cari kemana-mana ternyata malah disini.”

Asya dan Nina langsung bergabung dengan mereka.

“Ra, kok mereka disini?” tanya Nina.

“Ya karena memang harus mereka disini,” jawab Lora.

Asya menatap takut pada mereka lalu mengajak Nina memesan makanan, karena ketiganya terkenal badboy di SMA ini.

Saat mereka tengah asik menyantap makanan tiba-tiba kantin menjadi ricuh, banyak pekikkan-pekikkan dari mulut gadis-gadis yang ada di kantin.

Lora melirik pada babunya, terlihat jelas wajah tak suka mereka saat mendengar pekikan itu.

Lora mengangkat bahunya tak acuh lalu melanjutkan makannya.

Namun tiba-tiba makannya terhenti karena sebuah tangan dengan sengaja menjatuhkan bakso di sendoknya.

Ketiga babu dan dua sahabat Lora terdiam sekaligus terkejut.

Lora yang mulutnya masih terbuka mengerjakan mata beberapa kali.

Lalu meletakkan sendoknya di mangkuk baksonya.

Lora melihat mereka semua yang menjadi sorot perhatian di kantin barusan.

Lora berdiri.

“Lo minta ditonjok ya?” tanya Lora.

Gadis itu dengan menunduk seperti korban.

“Ma-maaf kak, aku gak sengaja,” cicitnya.

“Otak Lo gak sengaja!!” bentak Lora.

“Lora! Dia udah minta, kenapa sih malah di besar-besarkan?” Lora menoleh pada lelaki jakung yang berada di samping gadis yang tak lain adalah Serly.

Lora menyerngit.

"Emang dulu pas ada yang ngemis maaf sama kalian, kalian kasih maaf?" tanya Lora jelas menyindir.

“Lagian Lo siapa? Gue gak ada urusan sama Lo!” ketus Lora.

“Lora dia bang Arya, abangnya Asya.” Lora menoleh pada Asya yang menunduk.

“Ooo! Jadi ini yang sering nampar Lo?!” tanya Lora dengan sengaja mengeraskan suaranya.

Membuat beberapa orang berbisik-bisik membicarakan mereka.

Ketiga babu Lora terkekeh sinis karena mereka suka saat para saingannya kalah telak.

“Denger ya, bahkan satu pentol bakso itu lebih berharga dari pada Lo!” ketus Lora menunjuk pada Serly.

“Lora cukup!!” bentak Darren.

“Liri cikip, bacot! Lo pikir gue takut sama Lo? Mimpi sana, denger ya Abang-abangan gue. Gue gak peduli siapa kalian, mungkin Lo memang Abang biologis gue. Tapi dalam hal Abang yang sesungguhnya, Lo bukan siapa-siapa gue. Gue gak  punya Abang!” tegas Lora.

Bukankah mereka bukan siapa-siapa Lora yang sekarang?

Dan hal itu mampu membuat ketiga abangnya terdiam, ada rasa sakit di hati mereka saat Lora tak menganggap mereka Abangnya.

“Sama kayak Lo Arya, Asya udah bukan adik Lo lagi!” Asya langsung menoleh pada Lora.

“Gak ada Abang yang tega nyakitin adiknya demi anak haram macam dia!”

Darren mengangkat tangannya hendak menampar Lora tapi dengan cepat di tahan oleh Toni yang berada dekat dengan posisinya saat ini.

“Jangan kasar sama cewek. Lo banci kalo berani nampar cewek,” ujarnya tenang.

Lora melirik lalu tersenyum.

"Ada gunanya juga Lo Ton," ujar Lora.

Toni mendengus.

“Seorang pelaku yang menyamar menjadi korban, suatu saat akan mendapatkan karmanya. Kehancuran menantimu cantik.”

Jiwa yang Tersesat (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang