Bagian 15

4 2 0
                                    

Para siswa masih menyimak penjelasan mr. Ozan, tapi perempuan baju tosca itu menatap kearah jendela seraya bertopang dagu dengan headset ditelinga. Entahlah, tapi hari ini mood-nya sedang tidak ingin berkerja sama. Di ambang pintu ada seorang perempuan hampir akhir kepala dua yang terengah-engah karena berlari dari parkiran menuju kelas itu, dia menuju mr. Ozan yang berdiri di depan papan tulis dan berbincang sebentar setelah itu menuju perempuan berbaju tosca itu. 

Aleta tersentak karena ada yang menepuk bahunya ditambah siapa yang melakukannya membuatnya sempurna berdiri. Dia ditarik keluar menuju parkiran tanpa penjelasan tapi wajah pucat pasi itu cukup membuatnya khawatir. Ketika lampu merah Aleta baru diberi penjelasan, semalam Althea terpaksa 'minum' karena memenuhi undangan klien dan diluar batas normalnya alhasil pagi ini dia meracau memanggil Aleta, bahkan masih memakai pakaian tidur.

Aleta langsung menuju kamar Althea, Leo, bi Nina, mang Didi, dan tiga anak buah lainnya menunggu di ambang pintu. Dia mendekati kakaknya yang duduk menghadap balkon dengan mengapit kedua kakinya, satu sentuhan membuat Althea berbalik lalu memeluknya sangat erat. Orang-orang di luar menatap heran, padahal sudah dua jam lebih mereka membujuk tapi hasilnya nihil, makanya Nadia, sekertaris Althea, secepat mungkin menuju ponpes karena hanya Aleta yang bisa membujuk bosnya itu. 

Sehabis sarapan dan minum obat serta vitaminnya Althea mandi lalu istirahat sebentar, terpaksa Nadia reschedule jadwal pagi ini. Menjelang makan siang Althea bangun, terkejut mendapati Aleta masih di sini, dengan hati-hati dia bangkit dan bersiap lalu membangunkan adiknya. Setelah makan siang Althea, Leo, dan Nadia mengantar Aleta ke ponpes, sebab saat ke rumah tadi Aleta dan Nadia naik ojek. Dengan disupir Leo mereka meluncur ke ponpes, satu jam kemudian mereka sampai, Althea mengantar adiknya masuk sementara Leo dan Nadia di mobil.

"Maaf buat kamu khawatir dan repot, dear." Ujar Althea memegang bahu Aleta.

"No problem, gak boleh sering-sering tapi!" balas Aleta dengan wajah garang, Althea hormat kemudian memeluk dan mengacak-acak rambutnya lalu pamit. 

Sepasang bola mata menangkap keakraban dua orang yang berbeda usia itu, sedangkan di dalam mobil yang sedang berjalan pria itu masih merutuki dirinya sendiri.

####

Berselang seminggu dari kejadian Althea, para siswa yang diamanahkan di HAKIM WAROENG mulai mempersiapkan sektor masing-masing untuk launching di gedung serbaguna lusa. Aleta juga mengosongkan jadwalnya agar fokus dengan acara, tapi jika mendesak terpaksa dia pergi. Saat ini Aleta dan ustaz Guntur sedang rapat dengan ketua sektor untuk beberapa hal yang belum terselesaikan, sebab besok mereka fokus dekor. Dalam acara launching  bukan hanya para siswa dan guru tapi juga kolega penting dari berbagai perusahaan. 

Setelah diperiksa ulang ada beberapa barang yang kurang untuk dekor jadi Aleta dan teman-temannya pergi membelinya sekaligus makan malam di luar sekali-sekali. Untuk keperluan dekor sudah dibeli, sekarang mereka menuju ke tempat makan yang tidak terlalu jauh dari tempat membeli keperluan dekor. Aleta menurunkan teman-temannya lebih dulu kemudian mencari tempat parkir, beberapa langkah dari tempat parkir tidak sengaja dia menabrak seseorang.

"Maaf saya yang ceroboh." Sesal Aleta kemudian membantu orang di depannya mengutip barang-barang yang terjatuh.

"Anda tunangan Althea?" tanya pria itu, yang umurnya sepantaran Althea tapi terlihat sedikit lebih tua, mungkin. Aleta mengangguk seraya tersenyum. "Maaf, saya yang mengajaknya ke klub seminggu lalu sehingga dia tidak sadar, saya tidak tahu dia anti dengan semacam itu."

"Tidak apa-apa, lagi pula Althea baik-baik saja."

"Padahal dia hanya meminum setengah gelas kecil, kenapa sampai tidak sadar? Kalau begitu saya duluan, sekali lagi maaf." Pria itu berlalu dan Aleta hanya tersenyum membalasnya.

ALETA {ON GOING}Where stories live. Discover now