Bagian 13

4 2 0
                                    

Pihak rumah sakit memberitahu kalau jam sembilan nanti hasilnya keluar, mereka semua sudah menunggu dari setengah jam sebelumnya. Pintu laboraturium terbuka, Zafran, Dilaraa, Ratna, dan Aleta mendekati dokter dengan harapan tinggi.

"Untuk bu Ratna maaf, golongan darahnya berbeda, tapi untuk golongan darah Radin dan dokter Aleta sama." Terang dokter dengan name tag 'dr.D. Satrio.M'.

"Jika ingin menjenguk satu per satu, jangan diajak bicara dulu, dokter Aleta bisa ikut saya." Aleta mengangguk kemudian mengikuti Satrio ke lab.

Sebelum megambil darah Aleta, Calvin memintanya menelpon Radin agar dia ke mari sekarang. Dua menit kemudian Radin datang lalu Calvin mengambil sampel darah mereka berdua dan di tranfusi ke Syamaa. Setelah dilakukan pemantahuan, akhirnya Calvin mengambil darah Radin sebanyak tiga kantong dan darah Aleta tidak diambil sama sekali.

Pikirannya masih berputar-putar diantara penjelasan Calvin dan Satrio tadi, logikanya belum masuk sebab ada bagian yang harus ditemukan sebelum menyimpulkan. Selesai membeli makanan Aleta mampir ke kamar Syamaa untuk melihat kondisinya pasca tranfusi, betapa terkejutnya dia melihat Radin yang sudah duduk rapih di samping Ratna sementara Satrio bilang kondisinya masih butuh istirahat.

"Kok udah jalan-jalan, ayo makan dulu." Aleta menarik lengan sahabatnya itu bangkit dari sofa.

"Tahu sendiri, aku gak suka telur sama susu putih." Ujar Radin berbisik.

"Makanya aku beli makan." Aleta menunjukkan kresek berukuran sedang, di rumah sakit ini jika selesai melakukan tranfusi darah akan diberikan segelas susu dan telur, sementara Radin sangat bertentangan dengan kedua hal itu.

Akhirnya mereka keluar dari kamar Syamaa dan dikagetkan dengan Natalie yang sudah berbaring santai di ranjang Radin, ternyata dia juga membawa makanan alhasil mereka memakan makanan yang cukup banyak itu.

Gerakan tangan Radin terhenti saat akan menyuap makanannya,setetes air mata lolos dari pelipisnya,Natalie menyentuh pundak Radin dan dia tersentak lalu menarik napas panjang.

"Zafran beruntung ya, mempunyai keluarga yang sempurna." Ungkapnya.

"We are family." Kata Aleta, kemudian mereka berpelukan seperti teletubbis.

"By the way, siapa sih pangeran kuda putihnya? Kepo atuh Nat." Bujuk Radin sambil menunjukkan muka memelasnya.

"Human." Balas Natalie singkat.

"Serius dong, kamu dari tadi cengar-cengir ntar kesambet." Sambung Aleta.

Natalie menghembuskan napasnya, menatap kedua sahabatnya,"Mr. Jaya."

Aleta dan Radin saling memandang mengkerutkan dahi.

"Jaya banyak kali di Jakarta ini." Keluh Radin.

"Dokter di sini." Ujar Natalie melihat Aleta begitu juga dengan Radin.

"Selama aku di sini enggak ada yang namanya dokter Jaya." Jelas Aleta.

"Tadi aku ketemu, tapi bisa aja udah punya gandengan." Kata Natalie.

"Positive thinking aja dulu." Aleta mengangguk, setuju dengan Radin."Selagi dia orang baik, kenapa enggak." Tambah Aleta menyemangati Natalie.

Keadaan Radin sudah membaik dan hari itu juga sudah boleh pulang, tapi dengan beberapa vitamin tambahan. Natalie dan Aleta mengantarkannya ke apartement agar bisa langsung istirahat lalu setelah itu natalie mengantar Aleta balik ke ponpes.

Makan malam yang biasanya pukul enam sedikit tergeser menjadi habis maghrib, selama Aleta di rumah sakit tadi teman-temannya pun sibuk dengan tugas mereka masing-masing dan alhasil harus menggeser waktu makan malam. Selesai membereskan meja makan mereka berempat duduk di ruang tamu sambil mengerjakan PR masing-masing, sekalian menunggu azan isya berkumandang.

ALETA {ON GOING}Where stories live. Discover now