Bagian 4

13 3 0
                                    

"Bagaimana setelah ujian semester?"

Perkataan itu benar-benar terjadi, pernikahan di langsungkan lima hari setelah pembagian rapor. Persiapan pernikahan hampir rampung. Baskoro menyewa perencana pernikahan terbaik agar persiapan cepat selesai dan pernikahan terlaksana segera. Dan akhirnya hari itu tiba. Sabtu, 1 Mei, sebuah private garden disulap menjadi venue pernikahan terlihat menawan. Perpaduan antara warna begie, abu-abu, dan emas menjadi tema seluruh acara.

"Saya terima nikahnya Aleta Basira Salsabilla binti Baskoro Achmad dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" ucap lelaki bertuxedo hitam itu dengan lantang sembari menggenggam tangan Baskoro, para hadirin yang datang serentak menjawab 'Sah!' dengan lantang juga.

Sedangkan di dalam ruangan yang tidak jauh dari meja ijab qabul, perempuan itu menatap pantulan dirinya dicermin full body, kebaya abu-abu panjang, kain songket, headpiece bunga yang dilekatkan pada jilbab warna senada, veil panjang sepinggang, dan heels putih. Seorang karyawan WO memberi tahu untuk segera ke luar. Langkahnya sulit, bukan grogi karena tatapan orang-orang berpusat padanya, melainkan sesuatu yang sejak awal keputusan ini diambil sudah menguap di benaknya. Genggamannya pada bunga putih itu menguat, keseluruhan dekorasi ditambah objek pandangnya adalah pria bertuxedo di depan papanya membuat kelopaknya menghangat. Kepalanya menggeleng pelan ketika hal yang tidak seharusnya terbesit, kenapa harus diawali dengan seperti ini? Ini tidak benar Aleta, bisiknya pada diri sendiri. Sesi pasang cincin, tanda tangan, dan foto sudah selesai. Aleta menghampiri meja bulat yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Keenam orang itu menyambutnya dengan seruan bahagia mereka.

"Hai mrs. Zafran!" ledek pria berjas coklat muda dengan senyum jahil.

"Lihat lo Leonard." Desis Aleta tajam.

"Wah benar-benar diseriusin kamu Aleta." Ujar mr.Ozan menyeruput juicenya.

"Langsung diaminkan malaikat doanya." Sambung Natalie. Aleta memutar bola matanya malas.

"You look so beautiful sistah." Kagum seorang perempuan di samping Natalie.

"Trims Yuri. Karya Emilly enggak pernah gagal. Eh iya Em mana?"

"Ada urusan di luar kota Ta, mendadak gitu." jawab Radin.

Kemudian Baskoro memanggil putrinya untuk acara sungkeman keluarga. Dimulai dari Ibnu, Baskoro, kyai Abdullah, dan Althea. Aleta tahu kyai Abdullah kurang krasan dengan pernikahan ini, tampak dari raut wajahnya yang hanya biasa-biasa saja apa lagi ketikaa di ruang make-up tadi dia sempat mendengar perdebatan kecil antar Ibnu dengan kyai Abdullah. Ada satu hal lain yang sejak tadi dia pikirkan, yaitu istrinya Ibnu, sejak dia mengenal Ibnu tidak pernah menyinggung perihal istrinya. Akhirnya dia bertanya pada Althea dan jawabannya membuat Aleta bungkam, istrinya Ibnu kecelakaan beberapa tahun lalu di London.

"Aleta ke sini sebentar." Panggil Ibnu, Aleta dan Althea mendekat ke sumber suara.

"Kenalkan ini adiknya Zafran, Syamaa, suaminya Adam, dan putri cantik Azura. Mereka baru tiba dari Malang."

Aleta tersenyum, lalu memeluk Syamaa dan mencubit kecil pipi chubby Azura yang sedang memakan roti, balita itu memajukan bibirnya, dia tidak suka pipinya menjadi bahan kegemasan orang-orang. Mereka yang melihatnya tergelak lucu.

Mobil memasuki halaman rumah bergaya minimalis menjelang malam, Aleta turun kemudian mengambil koper dari bagasi tapi Zafran menurunkannya lebih dulu. Kedatangan mereka disambut seorang perempuan paruh baya dengan senyum hangatnya.

"Selamat malam tuan dan nyonya,biar saya bantu bawa kopernya."

"Malam bi, tidak usah. Bi surti tidur saja sudah malam." Perempuan bernama Surti itu pun mengangguk dan mempersilakan dua orang itu masuk.

ALETA {ON GOING}Where stories live. Discover now