Agretarion : Extra Chapter 6

1.2K 138 43
                                    

Makam.

Pagi pagi sekali, Gwenael sudah bersiap untuk pergi ke makam kedua orang tuanya. Ia menyiapkan bunga juga membawa digital voice recorder nya seperti biasa.

Ia menuruni tangga, kemudian berjalan menuju meja makan. Disana nenek dan adiknya sedang menunggunya untuk sarapan.

"Mau kemana bang, rapi banget" tanya Dea.

"Mau ke makam, nek" Kiara yang mendengar itu seketika ingin pergi ke pemakaman juga. Tapi, jika ia meminta ikut, Gwenael akan marah.

"Hati hati dijalan ya ganteng" Gwenael mengangguk kemudian mulai memakan nasi goreng nya.

Kiara mengintip di kaca saat Gwenael mengeluarkan mobil. Kiara ingin ikut, ia ingin berziarah bersama kakaknya. Tapi Kiara tak cukup berani untuk mengatakan bahwa ia ingin diajak.

Kiara memutuskan untuk pergi ke pemakaman setelah Gwenael saja. Ia juga sudah sebulan belum ke makam.

"Ara kenapa bengong disitu nak?" Dea menghampiri Kiara yang masih mengintip.

"Ah nenek, ga apa apa nek."

"Ara pengen ziarah juga?"

"Iya tapi nanti aja kalau abang udah pulang"

Dea cukup mengerti kenapa Kiara tidak mengatakan pada Gwenael bahwa gadis itu ingin ikut. Gwenael tak pernah membiarkan orang lain ikut bersamanya ketika ke pemakaman, bahkan Dea sekalipun.

"Yaudah nanti bareng nenek aja ya, nenek juga mau ziarah." Kiara mengangguk.

"Ara siap siap sana, dandan yang cantik, kan mau ketemu mama papa" Kiara tersenyum kemudian berlari kecil menuju kamarnya.

Di pemakaman, Gwenael menangis tersedu sedu. Ia menatap batu nisan Greta dan Rion bergantian.

"Papa, dulu papa janji mau ajak abang ke wahana bermain. Abang pengen nagih janji itu tapi kita udah beda dunia"

"Mama, tiap hari abang selalu denger ini" Gwenael menunjukkan digital voice recorder.

"Maafin abang ma, abang belum bisa nepatin janji. Abang ingkar janji sama mama. Abang juga ga nurutin apa kata mama. Maaf ma, abang belum bisa, tolong kasih abang waktu lebih lama" Gwenael semakin menangis.

Lebih banyak waktu? Bahkan setelah tiga belas tahun lamanya, Gwenael masih belum bisa menepati janji. Lantas, berapa tahun lagi Gwenael akan menepati janjinya?

Gwenael pulang dengan mata sembab, tetapi tertutupi dengan kacamata hitam yang dipakainya.

"Assalamualaikum" ucap Gwenael ketika memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam, abang jagain rumah ya, nenek sama Ara mau pergi" ucap Dea.

Gwenael mengangguk saja, kemudian berjalan menuju kamarnya. Ia berpapasan dengan Kiara. Gadis itu baru saja selesai berdandan. Kiara tampak sangat cantik dan Gwenael akui itu.

Kiara menunduk ketika melewati Gwenael. Ia tidak berani menatap kakaknya itu.

"Ayo Ra, keburu panas ini" Kiara berlari kecil, tangannya segera menggenggam tangan Dea.
Gwenael menatap punggung kecil Kiara, maafin abang, ra. Batinnya.

Kiara menatap makam kedua orang tuanya lama. Dirinya jadi merasa bersalah mengapa terlahir ke dunia ini. Jika ia tak ada, mungkin kedua orang tuanya pasti masih hidup, kakaknya pun pasti akan bahagia.

"Maafin Ara ma, pa" lirihnya sambil menabur bunga.

Dea mengelus pundak Kiara pelan. Sungguh kasihan gadis manis ini. Kiara belum pernah melihat secara langsung wajah kedua orang tuanya. Gwenael juga membencinya. Rasanya Dea ingin menangis saja melihat betapa menderitanya hidup Kiara.

AGRETARION (END) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora