Agretarion : Extra Chapter 3

2K 179 46
                                    

Sudah tiga belas tahun sejak Rion dan Greta pergi ke surga, sejak saat itu Gwenael menjadi pribadi yang dingin dan tidak tersentuh. Dan selama itu pula Gwenael tak pernah ingin menatap wajah adiknya, Kiara.

Mungkin hanya sekali ia pernah menatap wajah Kiara, saat ia memberi adiknya itu nama. Sebenarnya Gwenael tak ingin, hanya saja itu pesan dari almarhumah ibunya. Gwenael masih membenci adiknya.

Adiknya, Kiara Ariana Adrean. Gwenael memberi adiknya nama Ariana karena pernah suatu hari ia dan ibunya menonton film dan disana ada karakter bernama Ariana yang berperan sebagai pembunuh bayaran. Gwenael menganggap Kiara pembunuh, jadi ia menamai adiknya seperti itu. Sementara nama Kiara sendiri adalah nama yang diberikan ibu nya lewat surat terakhirnya.

Anggota keluarga tak ada yang tahu mengapa Gwenael memberi nama adiknya Ariana. Melihat Gwenael yang mau memegang adiknya saja mereka sudah bersyukur.

Gwenael sendiri pun merasa menjadi orang jahat karena berbuat seperti itu pada adik kandungnya sendiri. Adik yang selama dikandungan ibunya ia sayangi dan cintai. Tapi Gwenael masih tidak terima dengan kepergian kedua orang tuanya dihari yang sama dengan kelahiran adiknya.

Gwenael kini sedang duduk sambil membaca komik di halaman belakang rumah kakek neneknya. Semenjak kepergian Rion dan Greta, Gwenael dan Kiara tinggal bersama Dea dan Belvan. Rumah yang dulu ditempatinya bersama kedua orang tuanya masih terawat hingga kini. Biasanya Gwenael akan menginap disana ketika ia sedang rindu ataupun sedang depresi.

Suara langkah kaki mulai terdengar. "Abang, ayo mak--" perkataan Kiara terpotong karena Gwenael yang tiba-tiba beranjak dan meninggalkannya tanpa melihat wajahnya.

Kiara menunduk, matanya berair. Ia mengusap  matanya yang akan segera mengeluarkan air. Ia harus sabar, mau bagaimanapun, Gwenael tetap kakaknya. Meskipun sikap Gwenael selalu dingin terhadap Kiara, Gwenael tak pernah menyakiti gadis itu secara fisik. Tapi, hati kiara yang selalu tersakiti.

Dea yang sedari tadi memperhatikan dari kejauhan, merasa sangat kasihan pada gadis yang tak berdosa itu. Dea menghampiri Kiara yang masih menunduk. Ia memeluk cucunya erat.

"Neneeek" Dea mengelus kepala Kiara.

"Gapapa sayang, suatu hari abang pasti mau liat muka cantiknya Ara." Kiara mengangguk dipelukan neneknya. Benar, Kiara harus sabar.

🍃🍃🍃

"Ra, kamu mau kemana?" tanya Afika, sahabat Kiara.

"Ara mau ke belakang gor"

"Kamu ngapain sih kesana terus setiap hari? Mau liatin abang kamu lagi?" Kiara mengangguk sembari tersenyum.

Sekolah SMP Kiara dan SMA Gwenael memang bersebelahan. Pemiliknya pun orang yang sama. Sekolah mereka hanya dibatasi oleh gelanggang olahraga, atau biasa kita sebut 'gor'

"Kamu gak capek apa? Tiap jam istirahat kesana terus, ga pernah ke kantin. Kamu disana juga kan cuma diem aja ngeliatin dia lagi baca komik. Meningan ikut aku yuk, makan batagor di kantin enak loh" bujuk Afika. Ia kasihan pada Kiara yang tak pernah merasakan kasih sayang kedua orang tuanya bahkan kakak kandungnya sendiri membencinya.

Kiara menggeleng, "Engga ah Fik, Ara mau liat abang aja" tolak Kiara. Afika mendesah pelan.

"Yaudah deh, kamu hati-hati dijalannya awas jatoh lagi. Kamu kan hobi banget jatoh" Kuara tersenyum.

"Iya makasih Afika udah perhatian sama Ara. Ara pergi dulu ya dah"

"Jangan lari-lari Ara"

AGRETARION (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang