Extra part 3 (akhir dari segalanya)

3.6K 163 14
                                    

Hy aku Up:)
Mungkin sebagian dari kalian ada yang suka sama ending dari cerita ini. Dan ada yang enggak suka sama ending cerita ini.

Tapi inilah pada akhirnya, ceritanya selesai dengan ending yang sudah ditentukan.

Terima kasih banyak buat kalian yang sudah setia membaca hingga sampai tahap akhir ini:)

Selamat membaca cerita extra part akhir dari segalanya dari cerita QUEEN:)

Salam manis dari author yang mencintai pembacanya:)

Lidya Pratiwi

Gadis periang yang sangat menyukai kesendirian.
Gadis periang yang sangat suka berhalusinasi.
Dan gadis periang yang selalu menangis disetiap malamnya:)

Alex tersenyum sinis saat melihat tubuh Mutiara yang terbaring lemah di atas ranjang. Tubuhnya penuh luka, terdapat banyak goresan luka di bagian tangan, kaki, dan wajahnya. Mulutnya yang robek sudah dijahit dengan kasar oleh Alex.

Mutiara meringis kesakitan. Saat ini Alex sedang menatapnya, namun sedikitpun tidak ada rasa kasihan yang diberikan oleh Alex kepada Mutiara.

Air mata Mutiara menetes, tubuhnya terasa sangat perih, bahkan untuk terisak saja dia terasa sangat sulit karena mulutnya yang robek. Dia menyesal, namun tidak ada gunanya. Semuanya sudah terjadi. Dia sudah menyakiti Mama Alex dan juga Queen. Jadi wajar jika Alex sangat marah jika mengetahui semua kebusukannya.

Tapi... Alex sudah memperlakukan Mutiara dengan kelewatan batas. Dia tidak hanya menyiksa, tapi juga hampir membunuh.

Mutiara dipermalukan di dunia, karena berita yang tersebar tentang dia yang bermain dengan laki-laki hidung belang, dan sekarang dia merasakan sakit karena goresan luka dari Alex.

Srekk....

Mutiara ingin berteriak kuat saat pisau tajam itu menggores tulang keringnya. Dia ingin menjerit sambil menangis, tapi dia tidak bisa. Robekan luka yang baru saja dijahit oleh Alex dengan sangat kasar masih terasa sakit di mulutnya.

Srekk...

Pisau itu menggores paha Mutiara, mengeluarkan banyak darah segar. Ini gila. Sungguh sangat gila. Alex berubah menjadi seorang psikopat yang sangat tidak memiliki hati.

Dia berulang kali menggoreskan pisaunya pada luka yang sudah dibuatnya. Tidak hanya itu, dia bahkan menuliskan nama Queen tepat dibahu Mutiara.

Alex tertawa sinis, dia menatap pisaunya yang kini sudah dipenuhi oleh darah. "Darah ini, enggak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit yang udah Queen terima karena tipu muslihat dari Lo," ucap Alex dengan sinis. Setelahnya, dia beralih menatap ke arah Mutiara yang sedang menangis.

"Kenapa diam Mutiara? Enggak bisa ngomong karena luka yang dimulut Lo? Atau Lo mau luka di mulut Lo gue tambah?"

Mendengar ucapan Alex membuat Mutiara menggeleng dengan cepat.

"Gue kasihan ngelihat Lo yang penuh luka kayak gini, tapi Gue lebih kasihan lagi sama Queen yang berulang kali merasakan sakit karena drama palsu yang Lo mainkan," Alex berjalan, menuju sebuah lemari kayu kecil yang berada didekat pintu kamar. Dia membuka lemari itu dan mengeluarkan beberapa botol alkohol dari dalam lemari itu.

Alex kembali berjalan mendekat ke tempat Mutiara, setelahnya dia membuka botol-botol alkohol itu lalu menuangkannya secara kasar ke arah luka-luka Mutiara yang masih basah.

Perih. Itu yang Mutiara rasakan. Luka-lukanya yang basah disirami alkohol oleh Alex tanpa ada jeda.

Dia ingin berteriak, namun sulit. Dia ingin berteriak meminta tolong namun tidak bisa karena luka dimulutnya. Yang hanya bisa Mutiara lakukan hanya menangis dan menangis. Mutiara tidak tahu kapan siang dan kapan malam, dia juga tidak tahu ini hari apa, tanggal berapa dan jam berapa. Kamarnya tidak memiliki jendela, hanya ada pintu dan lampu kamar yang dapat menerangi pencahayaannya.

Kamar yang ditempatinya bernuansa gelap. Semuanya serba hitam. Bahkan Mutiara sendiri tidak tahu, apakah kamar ini kedap suara atau tidak.

Alkohol yang disiram Alex terasa dingin jika mengenai bagian tubuhnya yang tidak terluka, namun terasa sangat perih jika mengenai bagian tubuhnya yang terluka.

Kedua tangan dan kaki Mutiara diikat pada bagian tiang tempat tidur. Dia tidak bisa apa-apa bahkan untuk mengelap air matanya saja tidak bisa.

"Lo tahu Mutiara apa yang paling gue sesali dalam hidup gue?"

Tidak ada sahutan dari Mutiara. Dia hanya diam dengan air mata yang membasahi pipinya.

Melihat Mutiara yang hanya diam membuat Alex tertawa kecil. "Yang paling gue sesali dari hidup gue adalah gue menyakiti Queen hingga pada akhirnya gue kehilangan sosok yang pernah benar-benar tulus mencintai gue, tapi sekarang sosok itu sudah pergi dan berpaling kepada sosok orang yang lebih baik dari gue. Setidaknya ada rasa perih dan bahagia yang gue dapatkan. Gue bahagia karena Queen mendapatkan sosok yang bisa membuat dia tersenyum, dan gue merasakan perih karena gue pernah menyakiti dia hanya karena drama yang Lo mainkan,"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Alex menjatuhkan botol alkohol yang berada ditangannya, lalu mengarahkan pisaunya tepat didepan dada Mutiara. Dia menggenggam pisau itu dengan sangat erat lalu dengan sangat kasar dia menusuk dada Mutiara dengan pisau itu.

Mutiara tersentak kaget, dia menatap pisau yang saat ini menancap didadanya. Napasnya tersengal, mungkin inilah akhirnya. Akhir dari segala penyiksaannya.

Srekk...

Dengan sangat kasar Alex menarik pisau yang tertancap didada Mutiara, membuat tubuh Mutiara semakin lemas. Mutiara menatap ke arah Alex lalu tersenyum kecil, inilah akhir dari segalanya, inilah waktunya untuk dia pergi, meskipun dia pergi dengan tidak layak setidaknya dia tidak merasakan sakit lagi karena penyiksaan yang diberikan oleh Alex.

Alex membalas senyuman Mutiara, tidak bukan dengan senyuman sinis, melainkan dengan senyumannya yang manis. Alex meneteskan air matanya, lalu mengarahkan pisau yang berada ditangannya tepat didepan didadanya.

Beberapa detik kemudian, dia menusukan pisau itu kepadanya sendiri. Rasanya sakit sungguh sakit. Tubuh Alex perlahan melemah, kakinya tidak sanggup lagi untuk menopang berat badannya. Alex terjatuh dan tergeletak tepat di samping Mutiara. Dia tersenyum kecil menatap Mutiara, lalu tangannya beralih menggenggam tangan Mutiara yang terikat. "Maaf...," Ucapnya dengan lemah kepada Mutiara. Beberapa detik kemudian keduanya sama-sama menutup mata.

Inilah akhir dari segalanya. Yang tersakiti akan bahagia, sedangkan yang menyakiti akan merasakan luka.

Alex dan Mutiara pergi untuk selamanya. Kata 'maaf' yang diucapkan oleh Alex adalah kata terakhir yang keluar dari mulutnya. Dia meminta maaf karena telah membunuh Mutiara, bukan karena menyesal telah menyiksa Mutiara. Jika ada yang bertanya mengapa Alex membunuh Mutiara, maka jawabannya karena Alex takut, dia takut disaat dia membunuh diri dan Mutiara masih hidup maka Mutiara akan kembali menyakiti Queen. Dia takut jika Mutiara kembali membuat Queen menangis. Dan dia juga takut jika Mutiara kembali merebut kebahagiaan Queen.

Menyakiti seseorang memang sangat mudah. Tapi percayalah selalu ada penyesalan disetiap luka yang telah kita beri pada orang yang telah kita sakiti.

Selesai.

Dah.. cukop extra part-nya:)
Alex sama Mutiara dah nyesal dah...

Author mau pamit dan mau ngucapin terima kasih banyak buat kalian yang udah baca cerita ini sampai tamat:)

Jangan lupa vote dan Komen karena vote dan komen itu gratis guys, cuma bermodalkan kuota doang. Dan kuota itu belinya pakai uang mhwhehwhw.

Jangan lupa follow akun wattpad aku Lidya_prati

Dan akun Instagram aku @lidyaprati dan @coretan_lidya

QUEEN (Telah Terbit)Where stories live. Discover now