Happy birthday Riyana

Start from the beginning
                                    

"Ga-Gata, dia kejang-kejang," setelah mengatakan itu Firman dapat melihat bulir air mata jatuh di pipi Riyana.

Firman mendekap tubuh Riyana untuk menenangkannya, dia tahu perasaan Riyana saat ini karena Firman juga merasakan hal yang sama, dia sangat cemas dengan kondisi Gatara karena dia sudah menganggap Gatara seperti anaknya sendiri.

Tidak lama dokter yang menangani Gatara keluar, tentu Firman dan Riyana langsung berdiri untuk menanyakan keadaan Gatara.

"Saya harap keluarga pasien bisa menemukan donor darah secepatnya, karena kalau tidak pasien tidak akan selamat," setelah mengatakan itu dokter dan suster pergi dari sana.

Riyana sudah menangis lagi di sana sedangkan Firman hanya menjambak rambutnya kesal, dia merogoh ponselnya untuk menghubungi bawahannya di kantor dia akan memberikan imbalan pada siapa saja yang mau mendonorkan darahnya untuk Gatara.

Berbagai notifikasi masuk ke ponselnya dan beberapa pesan dari bawahannya.

Saya punya saudara yang darahnya AB'- tapi dia udah pindah ke Kalimantan.

Firman kesal tentunya, mengapa disaat seperti ini orang-orang yang dibutuhkan seakan menjauh dari hidupnya.

Firman menghampiri Riyana yang masih terisak di sana, mata Riyana sudah sembab karena lama menangis. Firman mengusap punggung Riyana untuk menenangkannya, tidak lama sekretaris Firman datang dengan membawa sekantong plastik makanan.

"Bapak sama Riyana makan dulu ya, percaya sama Gatara kalau dia akan melewati masa kritisnya, Gatara kuat kok pasti dia bisa melewatinya," ujar sekretaris Firman mencoba menenangkan Firman dan Riyana.

Firman diam ketika mendengar perkataan sekretarisnya barusan, dia benar, Gatara adalah anak yang kuat dia pasti akan bertahan. Firman memberikan Riyana sebuah roti namun dia menolaknya.

"Makan ya, bareng sama daddy, kalau Gata tahu kamu kayak gini dia bakalan sedih," ujar Firman yang membuat Riyana mendongak menatap Firman, setelah beberapa lama diam Riyana pun mengangguk menyetujui ucapan Firman.

-----

Nugraha kembali ke rumah sakit pukul 2 dini hari, dia melangkah dengan sangat gontai rasanya dunia sedang berhenti berputar di kehidupan Nugraha. Bimo sedari tadi tidak melepaskan pegangannya di tubuh Nugraha, dia takut jika tiba-tiba saja bos besarnya ini ambruk.

Kedatangan Nugraha tentu mendapat antusias dari Firman yang masih setia terjaga, untuk kali ini Riyana juga ikut berjaga menemani Firman.

"Gimana? Mana Mamahnya Gatara?" tanya Firman sambil melihat ke belakang tahu saja sosok mamahnya Gatara ada di belakang.

Tapi Firman menyadari satu hal yaitu raut wajah Nugraha yang tidak senang bahkan raut wajahnya terlihat sangat pasrah.

"Sisil pergi keluar negeri," lirih Nugraha yang membuat Firman langsung tercekat ketika mendengar penuturan Nugraha barusan.

"Kondisi Gatara semakin melemah, dia harus mendapat donor darah secepatnya," ujar Riyana yang membuat Nugraha dan Firman menundukkan kepalanya sambil memejamkan matanya.

Sedangkan di lobby rumah sakit Tariana sudah berjalan tertatih karena mengingat dirinya harus berjalan dari rumah Bima menuju rumah sakit yang memang jaraknya sangat jauh, jam yang menunjukkan waktu dini hari tentu dia kesulitan menemukan kendaraan umum yang masih beroperasi.

About Time (End) Where stories live. Discover now