Tapi setelah mendengar suaranya, rasa khawatir itu hilang diganti dengan rasa bersalah. Mungkin ia akan membawa beberapa kue kesukaan sang adik.



...


"Bi kalo kakak nelfon bangunin dong," rengek Seokjin.

Demi apapun siapa yang akan tega membangunkan orang yang sedang tertidur lelap karena sakit?

Bibi itu cukup terkejut melihat pergerakan Jin yang langsung bangkit dan memgambil handuk digantungan baju.

"Aden mau berangkat les?."

Jin mengangguk dan langsung pergi kekamar mandi. Bukan apa-apa tapi ia tida ingin menjawab pertanyaam yang nanti dilontarkan sang asisten mengenai dirinya. Karena seorang Seokjin akan berbohong.




...


Walaupun ia dalam keadaan tidak baik namun selagi masih bisa ditahan Jin akan berusaha terlihat sehat.

Kedua kakak beradik ini memiliki pribadi dan kemampuan yang berbeda. Jin yang hebat dalam bidang akademis sedangkan Yoongi hebat dalan non akademis dibidang olahraga.

Seperti sekarang ia tidak masuk sekolah dan mau tidak mau harus menambah jam lesnya agar tidak tertinggal banyak. Beberapa minggu lagi ia akan mengikuti OSN yang diselenggarakan setahun sekali. Setelah itu baru ia akan melaksanakan ujian nasional tingkat SMP.

Beberapa jam berlalu. Hari mulai gelap. Beberapa orang sudah meninggalkan ruangan, hanya tertinggal Jin dan teman satu timnya. Sebentar lagi jam mereka habis. Lalu Jin dan temannya membereskan buku dan pamit keluar untuk pulang.

Disana ia melihat mobil yang tidak asing. Dengan cepat Jin langsung menghampiri mobil itu.

"Kakak!!."

Jin tersenyum kala kaca mobik itu terbuka menampilkan wajah sang kakak yang sangat tampan. Lalu ia membuka pintu dan keluar menemui Seokjin dengan satu keresek kotak bolu khusus untuk sang adik.

Sungguh hal ini membuat hati Jin menghangat. Ia mengambil bungkusan itu dan berucap terimakasih.

"Gue mau kasih pesen kalo minggu depan gue bakal turnamen. Mungkin seminggu ini gue ga bakal balik. Lo gapapa kan?."

Rasanya bingkisan kue manis ini tidak akan cukup untuk menutupi kesedihannya selama seminggu tanpa sang kakak. Mau tidak mau Jin mengangguk. Tidak mungkin ia mencegah Yoongi, ia tidak mau jika nanti Yoongi meninggalkannya dan berakhir ia sendirian.

Tak apa jika hanya seminggu. Ia bisa menahannya. Daripada harus melarang Yoongi, nanti ia akan ditinggalkan. Walau dia belum pernah berkata demikian tapi rasanya itu akan terjadi.








...








Hari berlalu kini Yoongi sedang mempersiapkan untuk turnamennya lusa nanti. Di hari minggu ini ia tetap latihan bersama tim namun tanpa pelatih karena ini jadwalnya libur. Yoongi saja yang kerajinan tetap latihan.

Yoongi menepati perkataannya. Ia tidak pulang hampir lima hari. Bahkan ia tidak pernah menelfon Jin, tapi jika sang adik menelfon ia akan menelfon balik walau hanya sesempatnya.

Beberapa rekan timnya sudah istirahat hanya tinggal Yoongi dan Eunwoo yang masih latihan. Saat sedang fokus mengarahkan bola ke ring, seseorang menghampirinya.

"Hp lo bunyi terus nih. Adek lo berisik banget heran gue sama bocah SMP."

Yoongi menghela nafasnya kasar. Langsung ia mengambil ponselnya dan mengangkat cepat panggilam dari sang adik.

"Apasih Dek? Lo tuh biasanya juga gue telfon lagi kalo udah beres."

Nada suara Yoongi mulai terdengar kesal.

'Kakak bi-bisa p-pulang dulu gak?.'

Suara Seokjin terdengar gugup. Tapi Yoongi tidak peduli. Bagaimana ia bisa pulang kalau lusa sudah mulai tanding? Ini turnamen besar yang dihadiri petinggi negara. Bagaimana bisa ia meninggalkan masa latigan emas ini?.

"Anjir dek lo tuh mau apa sih? Lo tuh jangan kaya bocah deh! Tar gue balik kalo udah beres. Lo jangan rewel dulu napa!!?."

Tanpa babibu ia langsung mematikan ponselnya dan kembali dengan latihannya. Latihan dengan keras karena mood yang sedang buruk akibat Jin.









...









Dirumah. Jin sendirian. Ia terus saja keluar masuk kamar mandi hanya untuk memuaskan hasrat ingi muntahnya.

Tidak ada siapa-siapa dirumah. Asistennya setelah masak langsung pergi karena ia pun punya anak yang harus mendapat kasih sayang dari sang ibu. Jin tidak pernah mencegahnya malah ia yang menyuruhnya pergi. Ia tau betul hidup tanpa kasih sayang seorang ibu. Ia tidak ingin orang lain merasakan hal yang sama.

Jin berjalan gontai keatas kasur. Namun rasa mual masih terasa bahkan lebih hebat. Ia menutup mulutnya karena sudah tidak ada tenaga untuk kekamar mandi.

"Hoeekkk... uh."

Jin mengusap mulutnya kasar. Ia bisa merasakan tangannya yang basah. Dengan cepat ia mengambil tissue, membersihkan cairan merah yang merembes diantara sela sela jari kecilnya.

Jin meringis memegang perutnya sakit. Sambil menangis.

Tidak tahan lagi, ia menelfon sang kakak terus menerus karena hanya itu harapannya. Ia berbohong, ternyata waktu seminggu adalah waktu yang lama ia tempuh. Ia tidak bisa hidup dengan baik tanpa Yoongi, tapi sayangnya Yoongi selalu baik-baik saja tanpa Jin.

Setelah panggilan sekian kali. Baru ia dapat mendengar suara sang kakak. Walau kini ia diselimuti rasa sakit tali mendengar seseorang yang ia harapkan bicara, rasanya sedikit lega.

Entah apa yang dikatakan Yoongi via telfon, otak cerdasnya tidak bisa mencerna dengan baik. Ia hanya bisa berusaha untuk mengatakan sesuatu yang penting. Dengan sisa tenaga ia membuka mulutnya.

"Kakak bi-bisa p-pulang dulu gak?."

Namun bukan jawaban yang Jin harapkan. Ia justru mendapat umpatan kasar dari sang kakak.

'Anjir dek lo tuh mau apa sih? Lo tuh jangan kaya bocah deh! Tar gue balik kalo udah beres. Lo jangan rewel dulu napa!!?.'

Setelah mendengar bunyi tut tanda telfonnya dimatikan, Jin langsung melemas. Tangannya memegang ponsel, meletakkan di dadanya yang terlihat naik turun tidak teratur.

Lagi... Jin menutup mulutnya. Membiarkan caira merah hitam itu keluar lagi untuk yang kedua kalinya.

Setelah itu ia menyerah

Membiarkan semua sakit menyerang seluruh tubuhnya saat itu juga


"Adek kuat kan ya?." Ucapnya seraya mata yang tertutup rapat dan nafas yang mulai mereda. Ia pingsan.












TBC





Besok gak up keknya soalnya mau main:*

Can U See Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang