LH 23: SWEETIES

Începe de la început
                                    

Tak lagi membuang-buang waktu, Aldi langsung menekan ikon kamera. Lalu mulai mengarahkan handphone Anca di hadapannya.

Dia berpose dengan kedua jari di samping wajahnya, lalu tersenyum ragu.

Lagi-lagi Anca dibuat bengong oleh kelakuan Aldi. Ini Aldi kenapa sih? Gak kesurupan, kan?

Cekrek!

Pose kedua mulai Aldi lakukan, tangannya ia taruh di belakang leher. Lalu mengatupkan bibirnya.

Cekrek!

Tidak hanya dua kali, tapi Aldi melakukannya beberapa kali. Sampai Anca rasa ada sekitar tiga puluh lebih foto Aldi di handphonenya.

Aldi tampak mengotak-atik handphone Anca sambil sesekali mengernyitkan dahinya, ternyata memilih foto jauh lebih sulit daripada memecahkan rumus fisika.

"Ganti cast hp sama hiasan di tas lo pake ini, ini, ini, ini sama ini," ujar Aldi sambil menunjuk beberapa foto dirinya yang sedang berpose.

Dan itu membuat Anca bengong, dan mengangakan mulutnya tanpa sadar.

Aldi terkekeh, dia menepuk lembut rambut Anca beberapa kali. Lalu masuk ke dalam kelasnya setelah tersenyum manis.

Ini Aldi gak kesurupan, kan?

Kok tiba-tiba sweet gini? Kan, Anca jadi melting.

***

Seorang perempuan tampak membenahi bajunya ke dalam mobil, bibirnya tanpa henti-hentinya menebarkan senyum anggun. Wajahnya yang dipoles senatural mungkin tampak membuatnya lebih elegan.

Tubuh ramping itu maju beberapa senti guna memudahkannya memasukan koper ke dalam mobil yang akan Ia tumpangi nanti.

"Lemper tu mulut senyum terus, kenapa si?" tanya seorang perempuan yang sedari tadi menemaninya.

"Gue cuma seneng aja Sel, akhirnya bisa ketemu dia lagi." Orang dipanggil Sel itu hanya membalas dengan senyum menggoda, tentu saja Sel tahu dia yang dimaksud oleh temannya itu siapa. Walaupun Sel sama sekali belum pernah melihatnya.

Tapi mendadak senyum Sel luntur kala melihat teman di depannya ini murung. "Dia masih nerima gue gak, ya?" tanyanya lirih.

"Lo ngomong apa sih Ge, kalo emang dia cinta sama lo, dia bakal nerima lo lah. Lagian lo nggak sepenuhnya salah," ujar Sel menenangkan sambil mengusap punggung Sel.

Orang yang dipanggil Ge itu kembali mengumbar senyumnya. Kata-kata dari Sel sangat memotivasi dan membuatnya tenang.

"Udah?" Suara dingin itu membuat kedua orang yang tengah bercengkerama tadi mengalihkan tatapan mereka.

Ge tampak memundurkan langkahnya, berlindung di belakang Sel yang berada di depannya. Dia masih takut pada Papahnya itu.

"Udah om." Sel menjawab setenang mungkin kendati tangannya saat ini sudah berkeringat dingin.

"Gea Nakayna, saya nanya." Sel yang bernama lengkap Selina Ernesta itu meneguk ludahnya kasar.

Gea maju ke depan sambil menunduk, lalu menjawab. "Udah Pah."

"Ingat Ge, Papah masih tidak suka kamu mengambil keputusan tanpa meminta izin dulu dari Papah," ujar Papahnya dingin.

Gea mengangguk sebagai jawaban, kepalanya masih menunduk dengan kaki gemetar. Enggan menatap lelaki paruh baya di depannya.

Tanpa menoleh sedikitpun, Papahnya berlalu masuk ke dalam mobil. Diikuti oleh beberapa orang yang membukakan pintu mobil untuknya.

"Lo gak papa?" tanya Selina membuat Gea menganggukan kepalanya sekali.

Logic & Heart Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum