45 : Try to Understand

1K 103 56
                                    

*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*

Tinggalin jejak kalian ya, komen dan vote pliiisss biar aku semangat nulisnya... Yang vote sama komen baik banget deh, suer....

Fun fact : membaca cerita wattpad akan lebih menyenangkan jika sambil diselingi untuk memberi komentar di paragraf-paragrafnya, dan memberi vote pada setiap part saya membaca juga menambah pahala dan sebagai tanda kalau kalian menghargai penulis🙂

💗
💗
💗

Allvaro yang tadinya sedang terlentang di atas kasurnya dengan kedua tangan sebagai bantal dan pandang yang lurus ke atas terpaksa harus menghentikan lamunannya saat Jevanno dengan tiba-tiba masuk ke kamarnya dan menaruh kunci mobilnya dengan kasar ke atas meja belajarnya yang terletak di dekat pintu masuk.

"Abbel mana?" tanya Jevanno yang masih setia berdiri di samping meja belajar.

Allvaro mengubah posisinya menjadi duduk di pinggiran kasurnya. "Jalan bareng Leon sama Ravvel."

"Kenapa diizinin? Dia lagi sakit 'kan?" tanya Jevanno dengan nada yang sedikit nyolot.

"Tadi sempat demam. Tapi sudah mendingan. Lo kenapa sih?" Alvarro bertanya balik.

Jevanno terkekeh, "gue ngerasa bego dan gak berguna banget di sini," ucap Jevanno menimbulkan kebingungan pada Allvaro.

Allvaro hendak bertanya. Tapi ia mengurungkan niatnya saat Jevanno kembali melempar sebuah kertas putih yang ia ambil dari saku belakang celananya ke atas meja.

"Jelasin maksud dari kertas itu," pinta Jevanno dengan tenang tapi tidak bersahabat.

Allvaro terdiam beberapa detik. Menatap Jevanno dan kertas itu bergantian. Ia lalu berdiri menghampiri Jevanno dan meja belajarnya untuk mengambil amplop itu.

Tubuhnya menegang saat ia membalik amplop itu dan membaca tulisan yang tertera. Tapi mungkin perasaannya tersembunyi di dalam pembawaannya yang memang selalu terlihat tenang di depan semua orang.

Allvaro merasa dirinya sangat bodoh karena meletakkan surat itu di atas dashboard mobilnya.

"Hasil pemeriksaan dari Rumah Sakit Hermita?" tanya Jevanno.

"Abang kasih pinjam mobil bukan berarti bisa bukain privasi Abang, Van," ucap Allvaro.

"Privasi? Itu privasi lo?" Jevanno menunjuk kertas yang dipegang Allvaro.

Goresan ARABBELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang