"it hurts when I make a promise"
Arabbel pikir ia sudah bebas, tapi ternyata tidak. Itu semakin parah.
Sesak dan kesakitan sudah menjadi makanan sehari-harinya. Bahkan darah terbuang sia-sia dari tubuhnya.
17 tahun adalah impiannya, dan baginya itu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❤️ ❤️ ❤️
"VARRO!" panggil Arabbel nyaring saat melihat kedatangan Alvarro.
"Yang itu Bel orangnya?" tanya Suster Ana sambil menunjuk Alvarro yang masih berjarak lumayan jauh.
Arabbel mengangguk semangat sebagai jawaban.
"Udah lama disini?" tanya Alvarro saat sudah sampai didepan Arabbel dan Suster Ana.
Arabbel menggeleng, "belum kok baru beberapa menit di sini sekalian jalan-jalan."
Ya, Arabbel dan suster Ana sudah berada di taman sekitar 10 menit yang lalu untuk menagih perkataan Alvarro yang katanya akan mengajak Arabbel bertemu dengan kakaknya-Alan yang sedang sakit jantung.
Kemarin Arabbel memang langsung memberi tahu Suster Ana saat sampai di kamar rawatnya tentang pertemuan dan pembicaraannya dengan Alvarro. Suster Ana juga setuju untuk membawa Arabbel ke taman ini lagi sesuai dengan yang Alvarro sampaikan pada Arabbel.
Yup! Dengan satu syarat pastinya. Arabbel harus tetap memakai kursi roda lagi, dan Arabbel langsung menyetujuinya.
"Alvarro, ya?"
"Iya, Sus," jawab Alvarro ramah.
"Jadi ini kita langsung ke kamar kakak kamu?" tanya suster itu lagi.
Alvarro tak heran mengapa suster itu bisa tau tujuannya dengan Arabbel. Ia yakin Arabbel pasti memberi tahu suster itu. Tentu saja, Arabbel harus izin bukan?
"Iya, Sus. Ayo kamarnya di blok melati nomor empat puluh lima," beri tahu Alvarro. Suster Ana dan Arabbel mengangguk.
Mereka bertiga berjalan beriringan dengan Suster Ana yang mendorong kursi roda Arabbel.
Sesampainya di depan kamar Alander Arabbel dan Alvarro pun masuk, Alvarro yang mendorong kursi roda Arabbel. Suster Ana tidak ikut masuk, ia memilih untuk menunggu di tempat resepsionis yang berada tak jauh dari kamar itu. Mungkin Ia memilih untuk mengobrol dengan teman susternya yang lain dari pada hanya menyaksikan interaksi anak-anak remaja itu.
Ceklek
Arabbel dan Alvarro masuk.
Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah Alander yang duduk bersandar di atas kasur dengan infus dan beberapa kabel lainnya yang terpasang ditubuhnya sambil menonton TV.
"Bang," panggil Alvarro.
Alander yang baru menyadari ada yang memanggilnya langsung menoleh, "hm?"
