33 : Not the Important Thing

931 92 32
                                    

*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*

Tinggalin jejak kalian ya, komen dan vote pliiisss biar aku semangat nulisnya... Yang vote sama komen baik banget deh, suer....

❤️
❤️
❤️

"Kadang kita juga butuh petualangan dalam hidup, bukan cuma kesempurnaan. Berjuang jauh lebih baik dari menunggu."

Alvarro menolehkan kepalanya pada Arabbel yang duduk di sebelahnya, "ngerti maksud gue?"

"Hm...." Arabbel menganggukkan kepalanya. "Mungkin gak sih ak--"

"Mungkin. Selama lo gak mau mastikan semua hal bisa jadi dugaan," potong Alvarro.

"Aku belum selesai ngomong!"

Alvarro tersenyum kecut, "lo cuma mau bilang gimana kalau lo seandainya sakit keras 'kan?"

Arabbel terdiam. Memang itu yang ingin ia ucapkan tadi. Alvarro bisa menebaknya.

"Gue gak munafik, Bel. Gue takut lo punya penyakit serius. Gue gak mau nenangin lo dengan bilang lo baik-baik aja, yang nantinya malah bikin lo semakin gak peduli sama kondisi lo."

Arabbel menekuk kedua lututnya ke atas, meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut dan dagunya di atas punggung tangan. Mereka berdua duduk di pinggir kolam renang sembari menunggu Villara dan Agatha yang katanya terjebak macet.

Di dalam rumah besar ini hanya ada Alvarro dan dirinya. Villara dan Agatha masih belum kembali. Bik Fifi, setelah mengantar barang sehabis dari mini market tadi ia langsung pulang ke rumahnya untuk mengurus anaknya. Ya, masih ada satu satpam di rumah ini. Tapi ia berjaga di depan gerbang rumah, di pos satpam.

Suara klakson mobil yang terdengar dari gerbang membuat mereka refleks saling pandang. Mereka segera beranjak dari kolam renang ini untuk menghampiri Villara dan Agatha yang sudah kembali.

🥀🥀🥀🥀🥀

Arabbel masuk ke dalam rumahnya bersama Villara. Mereka sampai di rumah saat jam sudah hampir menunjukkan pukul sembilan malam. Sepertinya Arabbel sudah sangat lelah seharian berada di luar rumah.

Ia berjalan masuk tanpa ada semangat dengan tas ransel yang masih ia gendong di pundak kirinya.

"Kenapa?" tanya Leonnel yang baru saja turun tangga tapi langsung di peluk oleh Arabbel.

Arabbel tak menjawab, ia hanya membenamkan wajahnya di dada Leonnel sementara Leonnel mengusap kepalanya.

"Ngantuk, capek juga adeknya, Bang," jawab Villara yang berjalan menyusul Arabbel.

Goresan ARABBELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang