🌼Lima Puluh Tiga🌼

11.3K 1.8K 60
                                    


Langit meringis sendiri melihat penampilan Biduar saat ini. Badan yang dulunya tegap kini berubah menjadi kurus. Mata yang selalu menatap dingin kini berubah menjadi sayu.

"Syukurlah, berarti aku tidak membuat keputusan yang salah" gumam Langit di dalam hati.

Setelah seminggu menunggu, akhirnya ia memutuskan untuk mengajak Biduar beserta anak-anaknya untuk menjemput Sekar. Ia juga merasa sudah cukup waktu buat Sekar menenangkan diri.

Ia terlalu berpikiran sempit, nyatanya yang ia khawatirkan tidak sepenuhnya terjadi.

Memang benar Biduar sedikit kecewa, namun itu adalah hal yang wajar mengingat ia tidak bisa menemukan putrinya yang asli.

"Kalau tuan merasa tidak sehat, sebaiknya menunggu disini saja. Biar kami yang membawa Sekar untuk menemuimu nanti" ujar Langit prihatin.

"Tidak. Biarkan saya sendiri yang menjemputnya. Dia pergi karena ulah saya. Dia pergi karena kecewa dengan saya" jawabnya dengan suara bergetar.

"Yasudah ayah ikut saja" ucap Gardana menenangkan. "Yang penting selama perjalanan kesana ayah harus jaga kesehatan, jangan malas minum obat apalagi untuk makan. Mengerti?" Biduar mengangguk lemah.

"Apapun asalkan aku bisa bertemu putriku"

Daisy sudah sesenggukan di samping Abisatya. Ia senang mendengar kabar kalau Sekar sudah ditemukan. Selama dua bulan terakhir ini, ia tidak bisa tenang sama sekali.

"Sudahlah kamu jangan menangis terus" tegur Abisatya.

"Aku sedih tau hiks hiks"

"Apa yang kamu sedihkan hmm? Bukankah harusnya kau senang setelah tau Sekar akan pulang?" Bingung Abisatya.

"Justru karena aku senang makanya menangis bodoh" geram Daisy.

"Katanya tadi sedih makanya nangis, nah kenapa sekarang malah senang juga menangis?"

"Kamu heboh sekali ih! Pokoknya kamu harus bawa adik iparku kembali dengan utuh tanpa ada kekurangan sedikit pun" peringat Daisy.

"Dasar perempuan" gumam Abisatya dalam hati.

"Jangan ngeluh kamu!" Daisy memberikan cubitan pedas di perut suaminya.

Abisatya meringis lalu tetap mencoba cool ketika Lingga melotot padanya.

"Jadi kalian semua akan ikut dengan kami?" Tanya Dimas kemudian. Mereka berencana berangkat malam ini.

Perjalanan menuju pulau seberang bukanlah waktu yang singkat. Butuh seminggu untuk mereka hingga bisa sampai kesana. Apalagi mereka hanya akan naik kuda dan kereta saja, sehingga perjalanan mereka tidak bisa cepat.

"Iya kami semua akan ikut tuan" jawab Lingga setelah sedari tadi hanya diam saja. "Kami yang membuatnya pergi dari rumah ini, maka kami jugalah yang akan membawanya kembali" Langit menganggukkan kepalanya.

Sementara ia pergi menjemput Sekar, tugasnya untuk sementara di serahkan kepada ayahnya. Anak tidak tahu diri memang. Tapi walaupun begitu Arthur tetap bersuka cita menerima pekerjaan dari anaknya. Berharap setelah ini ia akan segera memiliki menantu agar bisa menimang cucu sebelum kematiannya tiba.

"Baiklah kalau semuanya sudah memutuskan untuk ikut. Kita akan berangkat malam ini juga. Lebih cepat lebih baik" perintah Langit yang langsung diangguki oleh yang lainnya.

🏵️🏵️

"Kamu tidak perlu mengajar hari ini Sekar" ucap Luke ketika melihat Sekar yang mulai bersiap-siap untuk pergi.

"Memangnya kenapa?"

"Tadi tuan Stevan mengatakan padaku kalau Vivi sedang berkunjung ke rumah saudaranya. Jadi hari ini dan untuk beberapa hari kedepannya kamu tidak perlu datang ke kediaman mereka" jelas Luke.

SEKAR Where stories live. Discover now