🌼 Empat Puluh Satu🌼

15K 2.1K 59
                                    

Hai 🌚
Nungguin SEKAR up yah,,?

Tenang udah bisa baca kok ini 😌

Eh btw aku ngubah cover cerita ini loh, kalian udah lihat belum?

Gak pada kaget kan yah tadi pas ada notif up tapi covernya beda?

Menurut kalian bagus gak?
Comen yah

Happy reading
______________________________________

Pernahkah kalian berada dalam posisi ingin berteriak kesenangan namun harus tetap menjaga image? Mungkin itulah yang dialami Langit saat ini.

Ia mencoba biasa-biasa saja ketika Sekar memberi ia ijin untuk memasuki kamarnya, yah walaupun masih harus bersamaan dengan Biduar.

"Bagaimana keadaanmu nona Sekar?" Tanya Langit dengan wajah serius.

"Sudah mulai ada perubahan walaupun sedikit tuan" jawabnya dengan sedikit tersenyum.

"Baguslah. Saya harap nona Sekar segera sembuh. Kemarin Dimas ke sekolahan katanya anak-anak terus bertanya kapan ibu guru mereka akan segera sembuh"

Sekar menghela nafas mendengarnya.

"Saya juga sedang berusaha untuk segera sembuh tuan. Tapi bagaimanalah, penyakit ini tidak bisa langsung disembuhkan" Langit menggaruk pelipis mendengarnya.

"Maaf kalau saya berkata lancang nona"

"Eh?" Kaget Sekar. "Tidak apa-apa tuan. Saya juga sedang mengusahakan agar secepatnya pulih. Beberapa hari ini rasanya membosankan sekali didalam kamar terus-terusan"

"Ah maka dari itu tadi nona jalan-jalan keluar?"

Sekar menatap sekilas ayahnya lalu terkekeh pelan.

"Hahaha Iya, harus mengancam ayahanda terlebih dahulu baru dikasih"

"Itu kan kerjaanmu Sekar, suka sekali mengancam papah" cibir Biduar.

Sekar kembali tertawa hingga matanya menyipit, dan itu tidak terlepas dari perhatian Langit.

"Kalau boleh tau kenapa nona Sekar bisa terkena demam berdarah? Bukankah disini lingkungannya sangat bersih?"

"Itu karena dia sering berkeliaran ke hutan mencari tanaman obat, kadang juga nekat berkunjung ke pemukiman warga yang tempat tinggalnya sangat jauh dari kata bersih"

Sekar mendengus kala bertatapan dengan mata ayahnya.

"Putri saya ini cukup nakal dan keras kepala yang mulia"

"Ih papah!" Kesal Sekar.

Langit tertawa lebar melihat wajah kesal yang ditunjukkan Sekar untuk ayahnya.

Dan tawanya itu membuat perhatian Sekar menyeluruh berfokus padanya. Ia menyunggingkan senyum mendengar tawa lepas milik Langit.

"Ah maaf " ucap Langit sedikit malu ketika tawanya menyita perhatian semua orang.

"Tidak apa-apa. Sepertinya tuan hari ini cukup bahagia sekali yah, sampai tertawa lepas seperti tadi" Langit menggaruk tengkuknya karena malu.

🏵️🏵️

Sampainya dikediaman, tak henti-hentinya Langit menyunggingkan senyum. Ia rasa ini adalah hari yang paling mendebarkan untuknya setelah mengenal Sekar.

"Kenapa anak itu?" Tanya Arthur pada Dimas.

"Seperti biasa" ucap Dimas menyeringai.

Arthur menepuk jidatnya sendiri mengetahui alasan mengapa anaknya bisa tersenyum terus sedari tadi.

SEKAR Where stories live. Discover now