🌼Dua Puluh Empat🌼

23K 3.1K 48
                                    


"Pah..." Sekar menggoyang-goyangkan lengan Biduar yang sedang mengamati banyak berkas di mejanya.

"Papah marah?" Biduar tetap diam.

"Sekar minta maaf pah. Yang dibilang Sekar itu memang kenyataan. Sekar memang punya kelainan, tapi Sekar anggap bahwa ini adalah anugrah dan juga kelebihan, karena tidak banyak orang yang seperti Sekar. Hanya beberapa orang yang Tuhan kasih , itupun hanya bagi orang-orang yang mampu saja" Sekar menatap lekat ayahnya.

"Disini tidak ada yang boleh merasa bersalah. Papah tidak salah, ini kehendak Tuhan. Jadi Sekar mohon pah, jangan pernah merasa bersalah lagi. Sekar tidak masalah berbeda dengan manusia lain, bahkan Sekar bangga karena menjadi bagian dari kelainan yang aku miliki sekarang. Seperti mata Sekar, kalaupun ada yang memiliki kelainan seperti Sekar, tapi tidak banyak yang punya dua iris mata yang berbeda. Jadi Sekar itu cukup unik papah" ucapnya dengan senyum lebar.

Sekar berharap dengan penjelasan ini, rasa bersalah ayahnya akan sedikit berkurang.

Lama Biduar terdiam sambil memandangi putri kecilnya. Kemudian senyumnya mengembang. Membuat senyum Sekar kembali merekah.

"Kamu benar. Anak papah memang istimewa, sangat istimewa" Biduar merengkuh Sekar kedalam pelukannya. Menciumi puncak kepala Sekar berkali-kali. Lalu malam itu, sebagai permintaan maafnya kepada sang ayah, Sekar mau memenuhi persyaratan yang diberikan padanya. Tidur bersama untuk malam itu saja.

Nanti setelah dewasa, Sekar akan menolak mentah-mentah permintaan itu, makanya Biduar sedikit memaksa.

Kini Sekar senyum-senyum sendiri mengingat kejadian malam itu. Sekarang dirinya sudah berumur empat belas tahun, berarti sudah 5 tahun berlalu ketika ayahnya mengambek.

Lucu kalau ia mengingatnya kembali.

Diumurnya sekarang, dia sudah terbilang dewasa. Faktanya, kalau dihitung dengan umurnya dahulu berarti usianya sekarang sudah 38 tahun. Sudah sangat dewasa malahan.

Sekar sekarang paham akan dunia yang ia masuki dan tempati saat ini.

Dunia yang berbeda sekali dengan dunianya dahulu. Di dunia lama, peradaban sudah sangat maju, tapi disini masih dalam tahap proses.

Dimana ilmu teknologi baru saja mengalami perubahan, itupun baru di benua Barat. Karena pemikiran mereka sangat maju, tidak seperti pemikiran orang-orang di benua Timur.

Negara yang ia masuki memang sudah merdeka dan memiliki sistem pemerintahan bukan kerajaan.

Dari yang Sekar pelajari selama ia berada disini adalah, negara ini dari dulu tidak ada yang menjajah dalam bentuk peperangan. Dunia ini cukup damai. Hanya saja mereka berlomba-lomba dalam perekonomian.

Negara ini terkenal dengan negara tropis dan penghasil sumber makanan terbesar, bisa dibilang hampir sama dengan dunianya dahulu.

Sayangnya di negara ini tidak semua golongan bisa mencicipi pendidikan, dan hal itulah yang membuat negara ini jalan ditempat. Tidak pernah berkembang.

Oleh karena itu Sekar bertekad membantu mereka yang tidak bisa merasakan pendidikan, yah walaupun hanya sekedar mengajari membaca dan berhitung. Tapi itu sudah lebih dari cukup.

Lima tahun terakhir ini ia sudah mendirikan sebuah sekolah untuk golongan biasa. Tidak hanya laki-laki, para kaum wanita juga boleh ikutan. Bahkan bapak-bapak juga ibu-ibu yang memiliki waktu luang di ijinkan untuk bergabung.

Untuk itu juga Sekar mengajarkan dan memberitahu mereka bahwa kaum wanita juga harus bangkit, jangan diam saja ketika diperlakukan tidak adil.

Tidak ada yang berani mengusik kegiatan Sekar, karena ia tidak pernah meminta sepeserpun biaya kepada negara. Beruntung juga ia adalah anak dari seorang menteri pertahanan yang sangat disegani di negaranya.

SEKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang