🌼Tiga🌼

52.4K 6.7K 147
                                    

Happy reading guys
_____________________________________

Saat ini sekar sudah duduk rapi diatas kursi, walaupun ketika naik dia sedikit kesulitan lantaran tubuh mungilnya. Untunglah dengan sigap bi Arum membantunya untuk naik keatas kursi yang lumayan tinggi.

Hahhh menyusahkan sekali tubuh mungil ini, gumam sekar didalam hati.

"Dia siapa ayahanda?" Itu Abisatya yang bertanya, putra sulung dari Biduar.

"Perkenalkan dirimu" perintah Biduar dengan suara dingin. Sekar menelan ludah mendengar nada dingin dari ayahnya.

"Perkenalkan saya adalah Sekar Rengganis Biduar" ucap Sekar dengan tenang. Biar bagaimanapun juga jiwa yang berada didalam tubuh Sekar adalah Stefany, seorang dokter yang sudah dewasa dan banyak pengalaman hidup.

"Saya itu menanyakan identitasmu bukan namamu" ucap Abistya dingin.

Sekar merutuki dan menyumpah serapahai bocah kecil yang ada dihadapannya ini. Ciihhh sombong sekali. Namun Sekar pura-pura menunduk ketakutan.

"Cukup Abisatya" perintah Biduar tegas. "Dia bagian dari keluarga ini" seketika ketiga anak laki-laki Biduar menganga mendengar penjelasan ayah mereka.

"Ba-bagaimana bisa ayah?" Tanya Gardana kaget. Dia adalah putra kedua Biduar. Orangnya kalem, tidak terlalu berisik dan tidak terlalu pendiam. Dia selalu menjadi penengah diantara kedua saudaranya.

"Bodoh sekali kalian!" Sinis seseorang yang duduk disamping Sekar. "Jelas saja dia adalah adik kita. Adik yang disembunyikan oleh ayahanda semenjak dia dilahirkan ke dunia" Lingga, anak itu menatap sinis kearah Biduar. Selama ini dia yang sering melawan terhadap Biduar dibandingkan kedua kakaknya.

"Mana sopan santunmu Lingga!" Teriak Abisatya. "Dia itu ayahanda kita, kau harus hormat dan sopan padanya" Lingga tidak peduli, kini matanya fokus menatap gadis kecil yang sedang menunduk dalam disampingnya.

"Sudah hentikan. Kita berkumpul disini untuk makan malam bukan untuk adu mulut" ucap Biduar menengahi.

Sekar menatap piring berisi steak sapi dihadapannya. Tangan mungilnya mengambil pisau, namun jelas sekali kalau pisau itu sangat kebesaran ditangannya.

Gimana cara gue motong nih daging coba, tangan aja mungil begini.

Sekar menatap nanar tangan mungilnya, sudahlah sepertinya dia tidak akan makan malam ini.

Sreekkkk

Sebuah piring berisikan daging yang sudah dipotong kecil-kecil kini ada dihadapan Sekar.

"Makanlah adik kecil..." orang tersebut tersenyum lebar lalu menepuk pelan kepala Sekar, kemudian mengambil alih piring milik Sekar.

Sekar membalas senyuman dari Lingga. Iya, Lingga yang memberikan ia piring berisikan daging yang sudah sudah dipotong kecil.

"Terima kasih" ucap Sekar dengan senyum lebar hingga gigi susunya terlihat jelas.

Lingga hanya terkekeh melihat tingkah menggemaskan Sekar. Ketiga manusia lainnya yang berada dimeja makan terdiam melihat senyuman milik Sekar. Terutama Biduar, padahal tadi siang dia bertemu dengan Sekar namun gadis kecil itu tidak pernah tersenyum sama sekali padanya, melainkan malah ketakutan.

Setelah selesai makan, para pelayan memberikan puding sebagai makanan penutup. Mata Sekar berbinar, sudah lama sekali ia tidak memakan makanan ini. Mungkin hampir setengah tahun lamanya, karena dahulu ia disibukkan dengan kegiatan relawan di daerah yang terkena konflik.

Melihat binar dimata Sekar Lingga dan Biduar bersamaan mendorong puding bagian mereka kehadapan Sekar.

"Eh?" Sekar melongo ketika dua puding bertambah dihadapannya.

SEKAR حيث تعيش القصص. اكتشف الآن