Dibalik sikap dingin Abraham

Start from the beginning
                                    

"Bisa nggak sih jangan bentak?" sinis Nadine yang kini sudah merengkuh tubuh Ambara dan mencoba menenangkannya.

Ardi dan Barabas juga ikut menyusul teman-temannya yang kini sudah mulai bertengkar satu sama lain.

"Udah Nad," ujar Barabas mencoba menenangkan Nadine yang tersulut emosi.

Sedangkan Abraham sudah ditarik menjauh oleh Ardi karena bisa semakin runyam keadaannya apalagi saat ini mereka sedang mencari keberadaan Riyana.

"Sini cerita sama gue kalau lo lagi ada masalah," ujar Ardi mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Abraham. Kini mereka berdua sudah menjauh dari yang lainnya.

Abraham menghela napas panjang sambil memejamkan matanya, kini dada nya naik turun menandakan emosinya semakin tidak terkendali.

"Gue bukan anak dari bokap sama nyokap gue," ujar Abraham yang membuat Ardi tercengang mendengar penuturan Abraham.

"Lo bisa ceritain semuanya sama gue," ujar Ardi dengan wajah serius nya.

"Jadi bokap gue kecelakaan waktu pulang dinas sekitar empat hari yang lalu, gue sama nyokap ke rumah sakit buat lihat keadaannya. Bokap butuh donor darah secepatnya dan diantara gue, abang sama nyokap jelas gue yang lebih bisa mewarisi darah yang sama dengan bokap, tapi ternyata gue salah. Bahkan golongan darah gue juga berbeda dengan golongan darah nyokap dan dari sana gue tahu kalau gue bukan anak mereka. Setelah gue desak nyokap buat cerita akhirnya nyokap cerita dan ternyata gue anak hasil nemu Di, gue syok dengan keadaan yang lagi gue hadapi sekarang, gue di buang sama mereka Di, pantas aja Bang Reyhan benci sama gue ternyata gue bukan adik kandungnya," jelas Abraham sambil menjambak rambutnya kesal, Ardi yang mendengar penjelasan itu juga sama syok nya dengan Abraham.

Karena setahu Ardi keluarga Abraham ini termasuk keluarga yang harmonis, orang tua Abraham jelas menyayangi Abraham karena terlihat dari perlakuan mereka berdua.

"Gue tahu perasaan lo Ham, lo butuh bantuan apa dari gue? Bilang sama gue biar gue bisa bantu, lo jangan gegabah apalagi sampai lukai diri lo sendiri," ujar Ardi yang membuat Abraham terdiam tanpa kata. Ardi tahu watak Abraham si tukang nekat ini.

"Gue butuh waktu aja buat nerima semua ini, jujur gue sendiri belum percaya tapi memang ini kenyataannya," mendengar penuturan lirih Abraham membuat Ardi mengusap bahu Abraham pelan.

Dibalik sikap petakilan dan tidak pernah diam ini tersimpan sebuah fakta yang membuat Ardi terkejut bukan main, pasti teman-temannya yang lain juga akan merasakan hal yang sama seperti Ardi.

----

Ibra dan teman-temannya tidak habis pikir dengan Bima karena mengingat Riyana adik palsunya itu kini sedang di sandera tapi sampai saat ini mereka semua tidak menanggapi ancaman Ibra.

Ibra menatap Riyana yang sedang ketakutan di sana, keadaan Riyana buruk sekali, seragam kucel dan mata sembab karena menangis terus menerus dan sesekali juga dia pingsan.

"Deri," ujar Ibra setengah berteriak untuk memanggil Deri yang menjadi peran pelemparan surat ancaman tersebut.

Deri yang dipanggil pun langsung menghadap Ibra dengan rasa takut.

"Lo kemarin bener nggak sih hah kirim ancamannya?" tanya Ibra dengan sorot mata tajamnya.

"U-udah kok, lo tanya aja sama Faisal," ujar Deri sambil menunjuk Faisal, sontak yang ditunjuk menganggukkan kepalanya tanda setuju.

About Time (End) Where stories live. Discover now