Monokrom 7

143 114 7
                                    

Song For to Day: Heather, By: Conan Gray.

Follow ig: wini.bighwr

Suasana sore perlahan berubah menjadi sejuk di saat angin menerpa permukaan kulit Alle.

Alle menatap langit yang mulai berubah menjadi jingga saat matahari terbenam menyembunyikan diri.

Kalian mungkin bertanya-tanya di mana Alle sekarang, ia tengah berada diatas tebing tinggi, terdapat ombak yang menghantam sisi tebing dibawah sana.

Ini adalah tempat rahasia di mana hanya Alle dan sang pencipta tahu, ia juga lupa kapan pertama kali ia menemukan tempat ini.

Tapi entah kenapa ini menjadi tempat favorit bagi Alle, setiap kali Alle merasa kesepian ia akan meluangkan waktu untuk mampir ketempat ini.

Di sini Alle merasa ditemani oleh suara ombak yang selalu datang setiap kali angin menuntun air untuk merangkul dinding tebing.

Alle merasa setiap kali ombak menghantam dinding, itu seperti seseorang tengah melompat dengan kuat kepelukan nya.

ia memikirkan wanita cantik yang selalu ada ketika Alle merasa sedih, wanita yang selalu ada setiap suasana hati Alle berubah-ubah.

Tak terasa matanya berkaca-kaca, ia merasa sedih saat menerima kenyataan bahwa dia tidak akan pernah melihatnya lagi.

"Mama lea rindu, di sini lea sendiri, nggak ada yang mau jadi temen lea, semua dari mereka tidak pernah menganggap lea nyata, bahkan papa lebih sibuk dan mentingin pekerjaan dibanding lea."

Alle berkata sembari berdiri dari duduknya.

"suatu hari kalau lea udah nggak kuat lagi, jangan paksa lea buat bertahan, lea akan benar-banar berhenti, lea cuman pengen ketemu mama, lea nggak sanggup ngadepin ini."

Tanpa sadar Alle menggeser sedikit badannya agar lebih dekat dengan ujung tebing.

"I just wanted to meet mom, i gave up, i also wanted to go, so far away they couldn't find me anymore."

Sambung Alle, ia menunduk putus asa, pikirannya sekarang tertuju pada air dibawah sana, bagaimana jika ia melompat, apakah terasa menyenangkan.

"kalau mau lompat nggak usah mikir dulu!"

Alle menaikkan kepalanya, ia kaget saat mendengar suara laki-laki dari arah belakang tempat ia berdiri.

Laki-laki itu juga tidak tahu siapa gadis yang tengah berdiri di sana. Ia memilih untuk menunggu gadis itu menyahut.

"kalau mau bunuh diri langsung lompat aja!nggak usah mikir dulu, kelamaan tau nggak."

Lanjut laki-laki itu setengah berteriak, Alle tersenyum miris, bahkan orang yang tak dikenal juga menyuruh ia untuk pergi.

Alle hanya mengikuti naluri nya, ia melangkah bersiap untuk melompat dari tebing itu.

Sontak laki-laki dibelakang Alle panik saat melihat gadis itu perlahan melangkahkan kaki mendekati ujung tebing, dengan tampang datar laki-laki itu berjalan cepat menarik tangan gadis itu.

"lo Gilaak!"

Bentak laki-laki itu yang ternyata adalah Alden, Alle melihat tatapan benci terpencar jelas dimanik mata Alden.

Alle tertawa mengejek, "bukan urusan lo!"

Jawab Alle, ia menarik cepat genggaman tangan Alden dari pergelangan tangan nya.

Saat tau ternyata gadis itu adalah Alle, Alden langsung memalingkan wajah ke arah lain.

"hai cupu, gue pikir nggak ada yang peduli lagi sama gue, makasih meski gue tau lo ngga ikhlas."

Lirih Alle dengan ekspresi putus asanya.

Alden menatap datar pada Alle, antara peduli tak peduli laki-laki itu pergi meninggalkan Alle begitu saja.

Sakit, tentu saja Alle merasakan itu.

© © ©

Alle berjalan melewati meja makan tanpa menghiraukan Emy yang memanggil dirinya. Ia tau mama tiri itu akan mengomel tidak jelas pada Alle karna pulang larut malam.

"lea dari mana saja kamu? Ini sudah yang keberapa kali kamu tinggalin makan malam."

"nggak usah sok peduli."

Alle melanjutkan berjalan menuju kamar, ia sudah sangat lelah, tujuan Alle saat ini hanya berbaring dikasur empuk tanpa diganggu oleh siapapun.

Tidak biasa kali ini Alle mengunci pintu kamar, mungkin ia sedikit menghindari kontak dengan kakaknya, ia masih kecewa pada Regan perihal video kemarin.

Didalam kamar Alle mengganti seragam jadi kaos oblong pendek, ia melompat ke atas kasur yang sejak tadi didambakan nya.

Alle menatap langit-langit kamar, ia kembali teringat pada Alden, kenapa laki-laki itu pergi begitu saja setelah Alle berterimakasih padanya tadi.

Ia juga heran kenapa Alden sampai mengetahui tempat itu.

Sungguh apa yang ia lakukan tadi adalah hal tergila yang ada dipikiran Alle. Diluar kesadaran Alle begitu putus asa tadi.

Alle jadi marah pada dirinya yang terlihat begitu lemah, ia menghentakkan kaki pada ujung kasur dan membalikkan badan menjadi telungkup.

Ceklek!
Terdengar suara gagang pintu yang dibuka, nampak Selly yang muncul dari balik pintu, ia melihat Alle tak menghiraukan keberadaan nya.

Selly memilih untuk masuk kemudian duduk dikursi dekat meja belajar Alle, Selly memandang punggung Geyrel yang tengah membelakangi nya itu.

"cewek gila! Lo ngga makan?"

Tanya Selly dengan intonasi sedikit kasar, Alle sedang tidak ingin diganggu, ia sangat lelah dan berharap bisa tidur nyenyak malam ini.

Selly mengedikkan bahu tak peduli melihat Alle yang tidak acuh sedikit pun. Ia beranjak dari sana hendak membiarkan Alle beristirahat sebentar.

Sebelum menutup rapat pintu Selly melirik sekilas pada Alle. "gue tau lo kuat, tapi jangan paksain buat nggak makan, kecuali lo mau cepet mati."

Setelah itu Selly menutup rapat kamar Alle. Saat menyadari sesuatu, seketika itu juga Alle langsung menegakkan badannya menatap pintu yang sudah tertutup rapat itu.

"gue nggak salah kan? Perasaan tadi gue udah ngunci pintu, trus kenapa cewek stres itu bisa masuk."

Alle bergumam sendiri sembari menatap horor ke arah pintu.

_______-______________________________

Ngga tau ceritanya kek gimana, kalau ada yang gak nyambung langsung komen aja yaa.

Atau ada saran dan kritik bisa berkomentar bebas.

Next.

Monokrom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang