Alden Garendra

47 13 0
                                    

Song For to Day: At my Worst, By Pink sweet

Alden memasukkan beberapa buku pelajaran kedalam tas, jika dilihat dari cara laki-laki itu berpakaian nampak seperti anak kuliahan yang akan pergi kekampus.

Tapi siapa sangka ternyata ia adalah seorang remaja SMA pada umumnya, dari ekspresi dan raut wajahnya sangat menjelaskan kedewasaan dan ketegasan yang ada pada diri Alden.

Alden melangkah keluar dari kamar, sekarang jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam, terbilang larut jika ia beralasan akan pergi belajar kelompok pada pamannya.

Saat menuruni anak tangga terakhir, laki-laki itu menghentikan langkahnya ketika melihat seorang pria paruh baya tengah duduk diruang tamu.

"Paman_

"mau kemana kamu?!"

Belum sempat Alden menyelesaikan kalimat nya, laki-laki paruh baya dengan suara tegas dan terbilang masih tangguh itu menatap Alden.

Abraham Kasino dia adalah paman Alden, Abraham mengambil hak asuh Alden dari ibu laki-laki itu saat masih berumur sembilan tahun.

Bertanya soal latar belakang keluarga Alden, ia adalah anak yang dicampakkan oleh ibu dan ayah kandung nya sendiri, sekarang Alden tinggal bersama sang paman jauh dari keluarga kandungnya.

Alden tahu semua seluk beluk tentang kehidupan keluarganya yang terbilang sangat, entahlahh ia sangat membenci itu.

Abraham pamannya adalah seorang angkatan militer, dia Tentara angkatan laut dan baru saja melepas jabatannya di umur ke lima puluh tiga, diusia yang terbilang sudah tua namun tak menutup sikap wibawa dan tegasnya dalam mendidik Alden yang sudah seperti anak nya itu.

"Saya akan pergi mengerjakan beberapa tugas sekolah dirumah teman saya." ujar Alden.

Abraham begitu keras mendidik Alden, laki-laki itu melarang Jerom berbicara secara informal kepadanya, ia harus menggunakan bahasa yang formal dan sopan, jagan pernah berpikir kalau laki-laki paruh baya itu tidak menyayangi Alden.

"saya tidak pernah mengajarkan kamu untuk berbohong." tegas Abraham.

Alden memasang wajah datar, ia menundukkan kepala. "Maaf paman."

Abraham berdiri dari duduknya, ia mendekat pada Alden kemudian menepuk pundak laki-laki itu.

"pergilah! Saya tahu kamu akan kemana." tukas Abraham seolah mengerti apa yang ingin disampaikan Alden padanya.

Alden menatap Abraham sendu, "Saya minta maaf paman." ujar laki-laki itu kemudian berlalu pergi meninggalkan Abraham dengan nafas berat.


© © ©

Pagi sekali Alden sudah siap akan berangkat kesekolah, ia menaiki motor sport hitam kemudian tancap gas menuju sekolah, sesampainya disana Alden menatap sekeliling yang nampak sepi.

Masih sangat pagi, hanya satu dua murid yang lewat, itupun karna mereka ada jadwal piket, Alden membenarkan sedikit posisi kacamata dan turun dari motornya, melangkah menuju kelas yang sudah pasti belum ada siapa-siapa disana.

Sesampainya dikelas, benar saja belum ada siapapun disana, Alden berjalan ke mejanya sembari menaruh tas dibawah meja, laki-laki itu mengeluarkan sepasang earphone dari saku celana kemudian memasang ditelinga ia menenggelamkan wajahnya dilipatan tangan.

Tak lama kemudian terdengar satu persatu murid yang datang memasuki kelas, perlahan suara celotehan mereka terdengar semakin ramai, Alden merasakan seseorang duduk disampingnya.

Alden mengangkat kepalanya dan melirik sekilas ke samping, ia mendapati seorang gadis dengan rambut dicepol, lengan kemeja dilipat, dan sedikit polesan liptin di bibirnya.

Ia membuang muka jijik, kenapa gadis itu tiba-tiba mendekatinya, belakangan ini ia selalu diganggu oleh tamu tak diundang ini, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba saja gadis sinting ini mengganggu ketenangan Alden.

Alden membuka kacamata dan menaruhnya di atas meja, namun kembali diambil oleh gadis itu.

"lo lebih cocok kalau pakai kacamata." Ujar gadis itu yang ternyata adalah Alle, ia kembali memasangkan kacamata Alden yang sempat laki-laki itu lepas.

"Hh" sempat diam beberapa saat hingga Alden terkekeh geli.

"lo suka sama gue?" tanya Alden.

Sontak Alle mengangkat sebelah alis nya, ia menatap lucu pada Alden, gadis itu seperti menahan sesuatu yang sebentar lagi akan meledak.

"Pftt,, Bwahaha Hhhhh, Hhhhhhhh hhhhhhhh, lohhh, gi_laa_k."

Tawa Alle pecah setelah berusaha menahannya, ia tertawa seperti orang gila tanpa mempedulikan tatapan heran dari murid lain, bahkan gadis itu sampai memegangi perutnya yang terasa keram karna terlalu berlebihan.

Alden menatap datar pada Alle, gadis itu masih belum menyudahi aksi gilaa nya, "udah ketawanya?" Ujar laki-laki itu dingin.

Alle menghentikan tawa dan mengusap ujung mata yang sedikit mengeluarkan air, gadis itu menatap tanpa dosa pada Alden.

"udah." tukas Alle.

"sinting!" maki Alden yang mendapat tatapan tidak suka dari Alle.

Alle mendekatkan wajahnya pada Alden, laki-laki itu spontan memundurkan kepalanya yang terlalu dekat dengan gadis stress itu.

Alle tersenyum jenaka, ia mengangkat tangan kemudian menunjuk dirinya. "gue_ suka sama lo?" Alle melihat dari ujung rambut hingga ujung kaki Alden seolah menelisik penampilan laki-laki itu.

"dari segi apanya?" Ejek Alle tertawa.

Ekspresi Alden langsung berubah dari datar menjadi dingin dan penuh kebencian. "bagus, gue harap itu nggak akan pernah terjadi!" tekan laki-laki itu.

Setelahnya Alden beranjak dari sana menyisakan Alle yang menatap penuh dendam pada laki-laki itu, Alle mengepalkan kedua tangannya, "gue bakal buktiin ke lo."

Sejak tadi teman Alle, Geby dan Misya memperhatikan interaksi mereka berdua, Misya menahan tawa saat mendengar ocehan dua orang manusia yang menurutnya sama-sama aneh.

Misya mendekati Alle, terlihat gadis itu menahan amarah ketika bagaimana Alden memperlakukan nya tadi. "Cieee ada yang ditolak nih." timpal Misya.

"diihh gilak sumpah, tuh cowok cuek amat taik." Umpat Alle.

"jodoh kalii." ujar Misya asal.

"yakalii, amit-amit gue." tukas Alle kemudian ikut beranjak dari sana.

"mau kemana lo?" tanya Misya bersamaan dengan Geby yang ikut berdiri mengikuti Alle.

"cabut lagi tuh anak." Sela Geby, "ikut aja gak usah banyak tanya." kemudian menarik paksa tangan Misya.

_______-______________________________

Maaf telat Up nya.

Monokrom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang