Perasaan aneh Ardi

Start from the beginning
                                    

"Nah kan apa gue kata, udah lo jadian aja sama Barabas," Abraham menjentikkan tangannya setuju dengan perkataan murid tadi.

"Hehe gue nggak ada apa-apa kok sama Abas, kalau kalian mau deketin dia silahkan gue nggak larang," seketika Barabas menjambak rambut Nadine begitu mendengar penuturan gadis ini.

"Sakit Bas," ringis Nadine sambil memukul bahu Barabas cukup keras.

"Lo kenapa nutupin hubungan kita sih, bahkan kita tinggal satu rumah loh Nad," buru-buru Nadine menutup mulut Barabas, namun Nadine terlambat kini wajah teman-teman Nadine seperti sedang menahan tawa.

"Bu-bukan gitu," gugup Nadine ketika teman-temannya menatap dengan senyuman penuh arti.

"Si Abas belum dapet rumah disini, makanya nyokap ijinin dia tinggal di rumah gur," jelas Nadine menjawab rasa penasaran teman-temannya.

"Gila Nad, lo udah dapat yang baru aja, salut gue. Bas jangan lupa godain Nadine ya kan kalian serumah," ujar Ambara sambil menaik turunkan alisnya.

Namun mendengar penuturan Ambara barusan membuat Ardi seketika langsung bangkit dari duduknya dan melenggang pergi dari sana. Gerah. Begitulah deskripsi perasaannya saat ini.

"Mau kemana lo?" tanya Gatara namun di abaikan oleh Ardi begitu saja.

"Ck! Cemburu dia," ujar Gatara pelan sambil menggeleng kecil.

Gatara bangkit, dia ingin menyusul Ardi saat ini, di pikir-pikir kasihan juga melihat Ardi yang ternistakan teman-temannya.

"Gue nyusul Ardi dulu," Baru beberapa langkah tangannya sudah di cekal Nadine.

"Biar gue aja," ujar Nadine sambil tersenyum di hadapan teman-temannya.

"Ada urusan apa? Gue nggak mau ya balik-balik lo nangis," ujar Ambara memperingati Nadine untuk kesekian kalinya.

"Nggak apa-apa kok, ada yang mau gue bicarakan sama Ardi, gue duluan," Nadine melenggang pergi menyusul Ardi yang sudah hilang di belokan kantin.

"Kenapa kalian bilang gitu? Nadine mana bisa nangis," ujar Barabas heran dengan perkataan Ambara.

"Nah itu yang bikin gue bingung, dia nangis cuman gara-gara Ardi kemarin," ujar Riyana menjawab keheranan Barabas.

"Berarti Ardi sangat spesial di hidupnya," gumam Barabas sambil menyesap jus nya.

Nadine melihat Ardi yang berada di rooftop, angin yang berhembus membuat sebagian rambut Ardi mengalun alun, sebelum benar-benar menghampiri Ardi, dia merapihkan dulu penampilan nya.

"Hai," ujar Nadine ketika sudah berada di samping Ardi, seketika Ardi terkejut tapi tidak lama dia merubah raut wajahnya.

"Mm," Nadine tersenyum ketus, tetap saja Ardi tidak berubah sama sekali.

"Udah lama ya gue nggak gangguin lo lagi," ujar Nadine sambil melihat beberapa bangunan yang terlihat dari rooftop.

"Lo pasti seneng kan gue nggak ganggu lo lagi?" tanya Nadine yang membuat Ardi mengalihkan pandangannya menuju Nadine.

"Gue nggak seneng, gue pengen lo gangguin gue lagi," kalimat itu hanya sampai tenggorokan Ardi saja tanpa bisa keluar sedikitpun.

Nadine menghela napas panjang sambil memejamkan matanya, "gue mau berhenti perjuangin lo Di," ujar Nadine yang membuat Ardi seperti dihantam batu besar.

"Gue capek terus-terusan kayak orang bego, gue juga pengen bahagia seperti yang lainnya, tapi semakin gue ngejar lo, semakin jauh lo buat gue gapai." Ardi meremas pembatas rooftop ketika mendengar penuturan Nadine.

About Time (End) Where stories live. Discover now