Rencana menyingkirkan Gatara

Start from the beginning
                                    

"Kemana aja kamu Bima?" tanya Kamelia ketika melihat Bima yang baru masuk.

"Bima ada urusan Mah, kenapa lagi sih?" tanya Bima yang kemudian ditarik Kamelia ke dalam kamar Bima. Dia takut jika tiba-tiba Nugraha pulang dan mendengar semua obrolan mereka.

"Mamah ada satu rencana lagi biar papah kamu bisa sepenuhnya memberikan semua hak warisnya ke kamu," Bima menghela napas lelah. Lagi dan lagi dia harus berurusan dengan hal semacam ini.

Bahkan Kamelia tidak menanyai kenapa wajah Bima bisa babak belur seperti ini, dia hanya memanggil Bima ketika dia memiliki tugas yang harus Bima kerjakan. Tugas tidak terpuji.

"Mah bisa nggak sih stop lakuin ini? Toh Papah juga kelihatannya adil sama kita," ujar Bima yang membuat Kamelia mencengkram tangannya kuat.

"Apa susahnya sih dengerin ucapan Mamah? Apa yang kamu tahu hah? Kamu cukup lakuin apa yang Mamah mau!" Bima menatap Kamelia tanpa ekspresi. Bima benci dengan dirinya sendiri yang tidak bisa berontak seperti Gatara.

"Apa yang harus Bima lakukan?" tanya Bima dingin yang membuat Kamelia melepaskan cengkraman nya di tangan Bima.

"Papah kamu mengutus Bimo untuk melihat keseharian Gatara, jika Bimo memberi laporan baik terhadap papah kamu, maka pemenangnya adalah Gatara. Jadi tugas kamu adalah bikin Gatara seolah-olah bersalah dan melakukan tindakan kriminal," jelas Kamelia panjang lebar, Bima hanya mengangguk kecil yang kemudian pergi dari rumahnya.

Bima merasa kepalanya ingin meledak, ini salah satu alasan mengapa Bima membenci Gatara, karena hanya karena Gatara lah dia harus melakukan hal-hal yang dia sendiri tidak suka.

"Shit!" umpat Bima yang kemudian melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

------

Gatara sedari tadi disibukkan dengan pelanggan yang terus berdatangan, bahkan keringat di dahinya dia seka dengan kasar. Abraham yang sedari tadi memperhatikan Gatara pun menggeleng tidak mengerti, bagaimana ada sosok yang bisa sekuat Gatara dalam menjalani kehidupan nya.

"Ta," ujar Abraham ketika melihat Gatara sudah melayani para pelanggan.

"Kenapa? Ardi nggak ikut sama lo?" tanya Gatara yang sedang membereskan beberapa racikan kopi di sana.

Sudah menjadi hal biasa jika Ardi dan Abraham sering datang ke cafe. Ya, kalian tahu sendiri jika mereka bertiga adalah sekumpulan orang yang tidak memiliki basecamp.

"Bentar lagi kesini dia. Kenapa lo harus kerja sih Ta? Kalau lo butuh apa-apa masih ada kita kok disini," ujar Abraham yang membuat fokus Gatara teralihkan.

"Gue nggak mau ngerepotin orang lain, gue aja udah bersyukur kalau lo sama Ardi kasih tumpangan buat gue tinggal sementara waktu. Lagian gue nggak butuh dikasihani Ham, gue emang udah biasa juga sendirian kayak gini, lo bisa tanya sama Riyana," jelas Gatara panjang lebar yang membuat Abraham menganggukkan kepalanya beberapa kali.

"Salut gue sama lo. Kalau lo butuh apa-apa jangan sungkan buat ngomong sama gue atau nggak Ardi, kita selalu ada kok," Gatara tersenyum hangat, dia bersyukur bisa di pertemukan dengan orang-orang baik seperti mereka.

"Ucapan lo manis bener sih, ada sesuatu dibaliknya paling," Gatara terkekeh pelan ketika mendapat tatapan sinis dari Abraham.

"Iya nih, gue belum kerjain tugas Fisika sama Kimia gue boleh kan liat punya lo?" kini Gatara sudah tertawa terbahak mendengar ucapan Abraham yang berlogat ke cewek-cewekan sambil mencolek tangan Gatara secara sensual.

About Time (End) Where stories live. Discover now