Fifty Eight💥 ➹ His Name Is Huang Renjun

1.1K 127 34
                                    

"Baru kemaren Taeyong ke Kanada, masa disuruh pergi lagi sih, Yah?!"

"Ya kamu pikir lah, emang perusahaan bakal sukses dengan sendirinya?!"

"Tapi Taeyong belum ada genap seminggu pulang, Yah! Ayah pikir Taeyong gak punya anak apa?!"

"Gak usah bantah. Lusa nanti berangkat ke China."

Telepon langsung dimatikan secara sepihak oleh Ayahnya Taeyong. Tentu membuat Taeyong kesal, ia langsung melempar hp kecil miliknya ke sembarang arah.

Ia menghembuskan nafas kasar. Secara tidak langsung, Ayahnya sudah membuat Taeyong kena mental. Bukan hanya tertekan dengan pekerjaan, ia juga tertekan oleh bahasa negara tetangga yang belum sama sekali dimengerti. Sekarang ia harus belajar bahasa China juga.

Taeyong menoleh kebelakang saat ada yang memanggil nama dirinya. "Ay–yah, a–yy–ahh,"

Taeyong berjongkok dan menggendong Mark. Ya, Mark lah yang sudah memanggil Taeyong. Mood buruknya sudah tersembuhkan oleh Mark yang gemas.

"Udah bisa ngomong ya?"

"Ayy–yahh!" Mark teriak sambil menepuk tangan untuk dirinya sendiri. Taeyong mencubit pipi Mark pelan.

"Gemes banget sih, hm?"

"Ayahhh!" Teriaknya sekali lagi sambil tersenyum gembira. Begitupun dengan Taeyong yang tertawa melihat kelakuan Mark.

"Udah minum susu belum?"

"D-dahhh!!"

"Uhh pinter," Tangannya mengusap pelan rambut Mark yang tipis dan halus. Menghela nafasnya dan kemudian Mark meminta turun dari gendongannya. Ia menurunkannya dan membiarkan Mark berjalan sendiri walaupun masih tertatih-tatih.

Taeyong memanggil Sihye, si baby sitter yang saat ini disewa untuk menjaga anaknya dipanggil.

"Ya, ada apa tuan?" Tanyanya ramah.

"Nanti saya akan pergi lagi keluar negeri. Dan saya ingin bertanya, kamu sanggup tidak kalau menjaga tiga anak sekaligus?" Sihye ini langsung melempar pandangannya kecil kearah lain sedikit membungkuk. Apakah keberatan? Pikir Taeyong. "Tenang saja, nanti gajimu akan saya tambahkan jika memang benar kamu mengurus ketiga anak saya dengan baik. Lagipula ada Mama yang pasti bantu kamu kok walaupun gak seberapa,"

Raut wajah Sihye berubah. Tidak munafik bukan, siapa orang yang tidak mau gajinya dilebihkan walaupun pekerjaannya akan bertambah juga bebannya?

"Ya baik tuan, saya akan usahakan."

"Bagus, saya percayakan kepadamu dan tolong jangan kecewakan saya."

.

.

.

Lusanya, tepatnya hari ini jam 4 pagi. Taeyong sudah rapi bahkan sudah ada taksi yang menunggu didepan rumah. Mama mertuanya menggendong Mark yang terus melihat datar kearah Taeyong. Tidak ada Ayah mertuanya karena kemarin ia sudah berangkat ke Australia.

Saat Taeyong masuk kedalam taksi, barulah Mark menangis dan sadar kalau ia akan ditinggal. Taeyong menurunkan kaca mobilnya dan melihat tidak tega kearah Mark yang wajahnya sudah memerah. Ia melambaikan tangannya kearah Mark dan segera menutup kembali kaca mobilnya. Terdengar suara tangis Mark semakin pecah. Taeyong langsung menyuruh sopir tersebut untuk segera menancap gas agar tidak terlambat sampai ke bandara.

Never Quiet Down || NCT Dream x AESPAWhere stories live. Discover now