Twenty One💥

1.2K 187 70
                                    

"AYAH TANGANNYA GERAK!" Reflek, semua orang yang awalnya duduk lesehan di lantai beralaskan karpet, berdiri menuju ranjang tidur ayah Tiway.

"Ayah.."

"Ayah.."

"Akhirnya bangun juga..."

"Cepetan panggil dokter." Suruh om Jaehyun, diangguki oleh Renjun dan Haechan kemudian pergi.

Ayah membuka matanya perlahan, lalu ditutup. Cahaya lampu ruangan itu terasa seperti menusuk matanya. Kembali membuka matanya, ditutup lagi. Semuanya terlihat buram. Ketiga kalinya, ayah membuka matanya lebih perlahan. Cahaya lampunya kini sudah beradaptasi pada mata ayah. Sayang, semuanya masih buram. Ia menyipitkan matanya, dan berhasil. Ia bisa melihat semuanya dengan jelas.

Semua tersenyum bahagia setelah tiga hari koma, akhirnya siuman. Ningning tak henti-henti nya menangis bahagia dan memeluk Winter. Ia merasa, usahanya tiap jam yang selalu menemani ayahnya itu tidak sia-sia. Memangnya yang lain tidak menjaga ayah? Bukan seperti itu. Semua menjaga ayah, tapi yang selalu menjaga setiap saat adalah Ningning.

Ayah mengerang kesakitan sambil memegang pelipisnya.

"Sakit.." Itu kata pertama yang ayah ucapkan. Selang beberapa detik kemudian, ayah mengeluarkan air mata.

"Ayah dipecat..." Semuanya menunduk. Sangat memprihatinkan.

"Maafin ayah..."

"Ngga, ayah ga salah. Ayah ga salah..." Giselle mencoba menenangkan ayahnya. Tapi itu justru membuat ayah Tiway semakin menangis.

"Maafin ayah... m-maafin ayah... Argh!" Ayah menjerit kesakitan sambil memegang kepalanya. Semuanya panik. Saat itu juga Haechan, Renjun, dokter dan suster langsung bergegas masuk.

Ayah semakin menjerit dan semakin kencang memegang kepalanya. Suster mencoba meraih tangan ayah, tapi tidak bisa. Tangan ayah itu sudah sangat menekan kepalanya. Wajahnya memerah, membuat keadaan semakin panik. Kecuali dokter dan susternya.

"Sebaiknya, kalian semua untuk sementara keluar terlebih dahulu dari sini." Ucap dokternya. Semua orang menurut, walaupun perasaannya mengatakan tidak ingin pergi dan tetap menemani ayah.

Semuanya menunggu diluar. Baru saja sudah senang akhirnya ayah Tiway siuman, tetapi gejala itu kambuh lagi. Ya, sakit kepala yang sangat luar biasa.

"Ayah... hiks.." Tangis sendu Ningning memeluk kedua lututnya. Padahal disamping ada kursi, tapi ia memilih duduk dilantai. Mark ikut duduk disampingnya, mencoba meraih kepala Ningning untuk menyender pada bahunya.

Dokter dan suster itu pun keluar dari ruangan inap ayah. Sontak semuanya langsung menatap dokter penuh harapan.

"Sepertinya untuk sekarang saya beri tahu untuk kalian semua. Tuan Lee sudah diberi obat tidur, jadi ia kembali tenang. Untuk kembali sadar, mungkin membutuhkan waktu beberapa jam atau bahkan hari. Kalian harus berusaha untuk tidak membuatnya banyak pikiran. Itu bisa membuat gejalanya kambuh. Jika tuan Lee sudah sadar, beritahu saya secepatnya agar bisa memberikan obat sebelum operasi."

"O-operasinya harus sesegera itu dok?" Dokter mengangguk sebagai jawaban Karina.

"Kalau tindakan operasi ditunda terus, akan berakibat fatal dan kemungkinan tuan Lee tidak akan selamat."

"Saya mohon dok, lakukan apa saja yang terbaik untuk teman saya agar kembali pulih." Om Jaehyun pun matanya mulai berkaca-kaca.

"Pasti, tuan. Jadi, untuk sekarang usahakan tuan Lee tidak banyak pikiran. Saya permisi dulu.." Selepasnya dokter dan suster itu pergi, mereka kembali masuk kedalam. Ayah Tiway kembali tidur seperti semula. Padahal, mereka sangat ingin bisa mengobrol sedikit bersama ayahnya saat sudah siuman.

Never Quiet Down || NCT Dream x AESPAWhere stories live. Discover now