"Jaga ucapan kamu, Ara engga kaya gitu." Air matanya keluar seiring kalimat yang ia lontarkan, hatinya sakit, kenapa Adam dengan mudahnya mengatakan itu. Kemana Adam yang ia kenal?

Adam tersenyum remeh, "Apa yang gue bilang bener kan? Lo kok jadi nakal gini sih? Kekurangan duit lo sampe nikah umur segini?"

BUG!
BUG!
BUG!

Adam terhempas ke lantai karena mendapat serangan mendadak dari Erlan, laki-laki itu memukul Adam tanpa ampun, Erlan bahkan tidak peduli darah yang mulai nail dari selang infusnya. Berani sekali bocah ingusan ini mengatai istrinya yang tidak-tidak, ini yang dinamakan sahabat? Cih

"Udah kak, udah hiks. Adam gasalah, ini salah Ara, hiks." tangis Ara pecah melihat sahabatnya dipukul tanpa ampun oleh Erlan.

Ara ingin membantu Adam namun ditepis oleh laki-laki itu, Adam bangun dan mengusap darah di sudut bibirnya. Pukulan Erlan yang tiba-tiba membuatnya tidak dapat menghindar.

Sedangkan Erlan masih menatap tajam Adam yang kini balik menatapnya sinis, "Ini yang kamu sebut sahabat, Ra? Dia bahkan gamau dengerin penjelasan kamu dulu." Erlan tersenyum remeh ke arah Adam, tangannya masih terkepal kuat, ia bahkan tidak peduli dengan rasa nyeri di perutnya yang terluka.

"Adam, please dengerin penjelasan Ara dulu. Nanti Adam bebas, masih berteman sama Ara lagi atau engga." ucap Ara lirih.

Ara menarik nafas pelan, ia menatap sebentar Erlan lalu mengalihkan pandangan ke arah Adam. "Ara dijodohin, Adam ingat, Ara pernah ijin dari sekolah selama 2 hari? Itu karena Ara menikah, maafin Ara yang nyembunyiin ini dari kamu dan Cacha. Ara minta maaf Adam, sekarang terserah kamu, masih mau berteman atau engga sama Ara. Kamu pasti kecewa kan? Gimana Cacha ya, Dam." Ara tertawa lirih membayangkan jika Cacha juga ada disini, ini hal yang ia takutkan, mereka akan salah paham mengenai pernikahnnya yang mendadak ini.

"Sorry." Adam menunduk. "Sebenarnya gue udah tau kalo lo nikah Ra, Cacha juga tau. Kan ortu kita diundang , waktu itu kita sempet marah mau kesana langsung, tapi si geri anjing kesayangan Cacha sakit jadi kita gajadi ketemu lo deh." Adam tertawa cengengesan membuat satu pukulan di tengkuknya dari Erlan dan lemparan bantal sofa dari Ara.

"ADAM TAU GAK? YANG ADAM LAKUIN ITU JAHAT TAU. ADAM GA MIKIRIN PERASAAN ARA? ADAM BILANG ARA HAMIL DILUAR NIKAH? SEGITU HINA KAH ARA, APA UCAPAN ITU MEMANG DARI HATI ADAM YANG KESAL KARENA ARA ENGGA NGASIH TAU KALO UDAH NIKAH?"
teriaknya marah.

"HATI ARA SAKIT ADAM, SAKIT RASANYA. KAK ERLAN BAHKAN TADI SEMPAT MUKUL KAMU ADAM!"

Ara mengusap kasar air matanya, Erlan yang melihat istrinya menangis, menarik Ara kepelukannya. Diusapnya rambut sang istri, ia menatap Adam membunuh. Yang ditatap hanya menampilkan senyum tipis sambil mencakupkan kedua tangannya seolah memohon maaf.

Ceklek

"Ar-" ucapnya terpotong saat melihat temannya menangis di pelukan seorang pria yang ia pernah lihat mengantar Ara ke sekolah.

"ARA, LO KENAPA? BILANG SAMA CACHA SIAPA YANG BUAT ARA KAYA GINI?"

Cacha segera menghampiri Ara dan memeluk gadis itu, ia menatap Adam meminta penjelasan. "Lo kan yang buat Ara nangis." tuduhnya ke Adam yang diangguki Ara

Bug!

Cacha memukul kepala Adam menggunakan tas yang ia bawa." Lo hobi banget sih Dam bikin anak orang nangis, ada lakinya juga lagi, gede juga nyali lo."

ELARA (TERBIT)Where stories live. Discover now