"Shinzou wa sasageyo!"

"Amarah kita didengar!"

Mikasa, Armin, dan Hitch seketika menoleh ke sumber suara. Salah satu pendemo mulai menyulut emosi. Menganggap bahwa perkataan dan amarah mereka telah didengar oleh sang penyelamat.

"Demi kemenangan kekaisaran Eldia yang baru!"

Seluruh pasukan militer terdiam melihat para pendemo yang mulai berteriak, makin menuntut keinginan mereka agar segera dilaksanakan.

"Shinzou wa sasageyo!"

Bagai raungan penuh keinginan. Sebaris kalimat sederhana dengan makna dalam mereka teriakan.

Tiga untaian kata yang selalu pasukan pengintai pakai kala melawan titan, kini digunakan oleh para warga paradise untuk kebebasan sang kunci penyelamat.

Namun, pada hakikatnya tujuan mereka sama.

Sama-sama menginginkan kebebasan. Bahkan jika harus mengorbankan jantung yang merupakan pusat kehidupan.

"Shinzou wa sasageyo!"

"Shinzou wa sasageyo!"

"Shinzou wa sasageyo!"

Ingatan tentang sang pelintas dimensi secara tiba-tiba muncul di ingatan Armin. Membuat iris matanya melebar.

"Mikasa... apa kau ingat apa yang dikatakan oleh gadis itu saat pertama kali dia kesini?"

Seketika Mikasa menoleh, menatap Armin dengan tatapan yang sama. Terkejut dan tidak percaya. Hitch sendiri sudah gemetar, ia sampai tidak bisa lagi berkata-kata.

"Sebentar lagi akan ada yang mati dan akan terjadi perpecahan di paradise ."

Angin kembali bertiup, menerbankan dedaunan kering. Bergerak pelan menuju lantai dua, dimana sosok gadis berhelaian [hair colour] di tempatkan.

Para warga paradise yang tengah meneriakan tiga kata diatas membuat sesuatu dalam diri bergejolak. Helaan nafas panjang keluar dari bibir sang gadis.

"Aku jadi merindukan Erwin."

Dalam satu gerakan, gadis itu melompat turun, berjalan menuju pintu keluar. Senyum tipis terukir di bibir sang gadis.

"Sekarang saatnya bertemu dengan sang tokoh utama kita."

~

[Name] merasa seharusnya ia tidak perlu datang menghampiri Komandan Pixis.

Hampir saja kepala [Name] berlubang karna bersikap kurang ajar pada komandan botak itu. Apalagi disana ada Klan Azumabito.

Yah, [Name] juga tidak peduli juga dengan anggapan nenek tua itu tentang dirinya.

Tetapi, berkat sikap kurang ajarnya itu, [Name] berhasil di izinkan ikut bersama pasukan pengintai.

Pada awalnya Pixis berniat memberikan satu pengawal dari pasukan militer untuk pengawasan sekaligus pengawalan. Namun, [Name] tolak mentah-mentah.

Kalian tau apa yang [Name] katakan kala itu?

"Tutup mulutmu, botak. Aku tidak pernah butuh anak buahmu yang kurang becus itu. Jangan marah dengan perkataanku. Karna buktinya kalian saja tidak pernah berani menghadapi titan secara langsung."

Sasuga tokoh utama kita. Dengan senang hati saya akan memberikan penghargaan tokoh paling kurang ajar se-isekai.

Connie, Jean, Hange, Mikasa, dan Armin saja sampai menelan ludah takut. Padahal bukan mereka yang mengatakan hal kurang ajar itu pada Pixis.

ISEKAI | AOT X ReadersUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum