LH 01: MR. PERFECT

Start from the beginning
                                    

Rangga mendelik. "Halah, orang Lilis maunya sama gue. Tanya noh sama Dalvin, ya gak, Vin?"

Dalvinmelviano meninggalkan live.

Fanboynya_lislishitampink
KUTANGHAHAHHAHA. Mangkanya jgan halu. Orang si Dalvin stujunya Lilis ama gw. Miris banget idup lo Rang

Yudha.sisa_Y4n6
HUA HUA HUA HUA

"Hidup gue sama si Yudha mirisan si Yudha noh, nangis-nangis dia."

Fanboynya_lilishitampink
Kenapa lo Yud?

"Si Yudha diputusin pacar ke 99nya noh."

Fanboy_lilishitampink
Yg mana? Pacar si Yudha gk ke itung sma gw.

"Sama aja kayak lo bego, sama-sama manusya tydak punya hati nurani tydak cem eyke."

Fanboy_lilishitampink
Jijik anjr gw liatnya

"Bentar dulu." Rangga menghentikan live-nya disaat bulu kuduknya merinding. Matanya perlahan-lahan memutar menatap ke arah samping kanannya.

Suara ketukan sepatu membuatnya segera berlari ke dalam kelas, hingga tanpa sadar kursi yang dia tempati terjatuh.

"Orangnya udah dateng, beresin-beresin oy!" teriak Rangga saat sudah sampai di depan kelas.

"Siska, listrik lo berantakan!" teriak Rangga pada Siska.

"Lipstik bego!" teriak Siska marah.

"Heh kembaran Ipul! Itu pulpen lo, taro ke tas buru! Bisa kena santet gue kalo dia tahu kelas gak rapi."

"Jamil sama Jamilah jangan pacaran mulu! Lo berdua mau gue jadiin kambing congek hah!"

"Itu tuh yang lagi nonton bokep berduaan di pojok belakang, duduk buruan!"

"Woy Dewi uler! Baju lo rapihin noh, buruan oy! Bisa-bisa gue turun jabatan dari Ketua Kelas jadi babunya Mang Jamal." Rangga berujar sambil ngegas.

Rangga menghela nafas lega saat suasana kelas benar-benar rapi dan hening. Hanya suara ketukan sepatu yang menggema dengan lantai yang terdengar.

Semua orang yang ada dikelas XI MIPA 1 kian tegang saat seseorang membuka pintu dan menampilkan wajah datarnya seperti biasa.

Dia meneliti seisi kelas dengan tatapan menilai, "Kursi didepan pintu kelas jatoh."

Pernyataan itu membuat seisi kelas menahan nafasnya kala cowok itu berbicara.

Aldiano Pratama, cowok yang paling disegani oleh seluruh siswa SMA Adijaya. Cowok yang jabatannya sebagai Ketua Eskul Fisika itu memiliki sifat yang Perfectionist melebihi siapapun.

Cowok bermata sipit itu memiliki mata sempurna yang mampu melihat ketidak beraturan orang.

"Gini loh bro, lo tahukan disekolah kita tuh banyak banget hantunya. Palingan juga tuh han-"

"Kursi nomor 4 barisan ketiga dari kanan, geser 3,5 derajat ke arah utara." Semua orang menoleh ke arah Siska, kursi yang disebut tadi. Sementara Siska hanya mengerjap-erjapkan matanya, bibirnya masih berantakan bekas Lipstik tadi.

"Novel karya amyourlyca, Sweet Enemy. Halaman 97 kelipet, pot bunga dimeja guru geser 5 jari ke kiri."

"Cewek rambut pendek, anting lo ilang satu, ada di bawah meja nomor 5 barisan ke 1 dari kanan." Nuri, yang disebut melongo. Kemudian meraba telinganya, benar saja antingnya hilang satu.

Dia melirik ke arah kursi Dino, cowok itu tampak mengambil antingnya. Dan dilambai-lambaikan ke arah Nuri.

Nuri berterimakasih dalam hati pada Aldi, pasalnya anting itu pemberian Mamahnya. Jika hilang, bisa-bisa dia digeprek.

Semuanya melongo ditempat, memang sudah terbiasa dengan sifat Aldi. Namun sampai sedetail itu? Benar-benar mahakarya Tuhan yang luar biasa.

Aldi menghela nafasnya pelan, dia melirik ke arah Rangga yang sedari tadi melongo. Kemudian beralih lagi menatap ke depan.

"Kancing baju lo salah ngancingin, kancing ketiga ada di ke empat, itu awal kesalahannya." Aldi berujar tanpa menatap Rangga, kemudian berlalu ke tempat duduknya.

Sementara Rangga, cowok itu tampak grasak-grusuk ditempatnya. Dia langsung memperbaiki tatanan kancingnya.

"Anj*ng, pantes aja adek kelas pada lari ngeliat gue tadi. Karena ngeliat perut bohay dan onepack gue rupanya." Rangga bergumam sambil mengelus perutnya.

Aldi tak langsung duduk, dia menyempatkan diri berhenti ditempat Siska. Dan mengambil sesuatu di saku celananya, kemudian memberikannya kepada Siska.

"B-buat apa?" tanya Siska dengan pipi semerah tomat saat Aldi memberinya tisu.

"Blush on ketebelan, bedak dipipi kanan tebelnya 3 cm dipipi kiri 4 cm, lipstik dibibir lo acak-acakan." Siska melongo di tempatnya, baru saja dia hendak terbang ke langit talpi langsung dijatuhkan ke bumi dengan tidak estetiknya.

Aldi kembali ke bangkunya dengan tenang, guru yang masuk ke kelasnya tampak tersenyum ramah. Seperti biasa, kelas XI Mipa 1 menjadi kelas terapi dan tertenteram di SMA Adijaya.

"Selamat pagi anak-anak." Guru perempuan itu lagi-lagi tersenyum setelah anak kelas XI Mipa 1 balik menyapa.

"Sekarang tolong buka buku Bahasa Indonesia halaman 37 kita akan membahas tentang Teks Eksplanasi. Ba-"

"Teks Eksplanasi, halaman 40. Bab kedua setelah Teks Prosedur." Aldi menjawab memotong ucapan Bu Anggi. Memang tidak sopan, tapi mampu membuat semua orang berdecak kagum.

Bu Anggi tampak tersenyum kikuk, "Oh iya anak-anak maklum mata ibu su-"

"Rabun dekat, Ibu menggunakan kacamata min bukan plus. Sebaiknya Ibu mengganti kacamata Ibu." Bu Anggi tampak mengepalkan tangannya merasa geram dengan tingkat kecerdasan anak muridnya itu.

"Oke, kita mulai saja ya. Aldi, bisa jelaskan apa itu pengertian teks eksplanasi, menurut para ahli, ciri, struktur dan kaidah kebahasaan Teks Eksplanasi itu sendiri tanpa melihat buku," ujar Bu Anggi penuh penekanan. Sepertinya Bu Anggi dendam pada Aldi.

Bu Anggi tampak tersenyum miring saat Aldi terdiam. "Oke, sepertinya Aldi tidak bisa menjawab. Ad-"

"Teks Eksplanasi adalah teks yang berisi proses mengapa dan bagaimana peristiwa alam, ilmiah, sosial, budaya dan lainnya dapat terjadi. Peristiwa alam dan sosial yang terjadi di sekitar kita selalu memiliki hubungan dan proses sebab akibat."

"Menurut para ahli ...." Aldi menjelaskan sambil menatap Bu Anggi. Bu Anggi buru-buru melihat Buku Paket Bahasa Indonesianya, sesekali melirik ke arah Aldi yang sedang menerangkan.

Bu Anggi speechless, semua anak kelas XI Mipa 1 bertepuk tangan.

"Anjir, gini amat gue punya saingan." Si Ranking dua, Naumi berbicara.

"Gila gak sih pas ngejelasin, teges bangett." Siska bergumam tidak jelas sedari tadi.

"Rahim gue kinclong ngeliat Aldi ngomong kek gitu." Jamilah yang menoleh ke belakang menatap Aldi, bahkan kepalanya berputar 360 derajat hanya untuk melihat Aldi.

"Jamilah, Jamil melotot noh." Salah satu Siswi berujar memperingati Jamilah, membuat Jamilah melotot.

"Nama gue Mila! Bukan Jamilah."

"Kamu kan Milea, aku Dilan yang," ujar Jamil membuat Jamilah mendelik.

"Itu temen gue tuh." Rangga live Ig, followersnya berkembang pesat setelah dia menyiarkan langsung bagaimana Aldi menjelaskan.

"Bagaimana bisa dia menjawab tanpa kehilangan satu kata pun dari buku?" batin Bu Anggi masih tidak percaya.

Bu Anggi berjalan ke arah Aldi, dia menepuk bahu Aldi dua kali. Aldi tampak melirik tangan Bu Anggi yang menepuk bahunya. "Bener kata orang, kamu itu Mr. Perfect."

***
TBC

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT💗

Jangan lupa share cerita ini ke temen-temen kalian juga dan makasii yang udah mampir💗

Logic & Heart Where stories live. Discover now