CHAPTER 31

141 9 0
                                    

"Keadaan Pasien sedikit membaik. Jika besok keadaan Pasien semakin membaik, maka saya akan melepas selang pernafasan." Mendengar itu, Kelvin bernafas lega. Saat ini dia berada di ruangan Dokter yang menangani Kekasihnya.

"Setelah alat pernafasannya kami cabut. Kami akan memulai terapi rutin untuk tulang-tulang Pasien yang retak." Jelas Dokter itu. Kelvin hanya mendengarkannya dengan wajah datar khasnya.

"Lakukan. Apapun itu lakukan saja. Asalkan Sally bisa sembuh." Ucapan Kelvin membuat Dokter itu mengangguk. Mereka berbincang-bincang sejenak tentang keadaan Sally. Setelah itu Kelvin kembali keruang rawat Sally.

Di dalam ruang rawat Sally ada Diana dan Elina. Keluarganya yang lain sudah menjenguk dan mereka langsung pergi setelah menjenguk Sally.

"Bagaimana keadaan, Sally?" Tanya Elina seraya mengelus rambut panjang anaknya. Kelvin duduk sofa lalu menjawab pertanyaan Elina.

"Keadaannya sedikit membaik. Dokter akan melepas selangnya jika keadaann Sally besok membaik." Elina dan Diana bernafas lega. Tak lama mata Sally perlahan-lahan terbuka.

Sally mengerjab-ngerjabkan matanya lalu menoleh sedikit menatap ketiga orang tersayangnya. Kelvin tersenyum tipis. Diana dan Elina menatap Sally lembut.

"Good Morning, Princess." Sapa Elina seraya mengecup sudut bibirnya anaknya. Sally mengerjab.

"Selamat pagi." Sapa Kelvin lembut. Sally menatapnya. Senyum kecul terukir di bibirnya yang terjejal selang.

"Kalau begitu, Mommy akan pergi sebentar." Ucap Diana tiba-tiba. Semua orang menatap Diana.

"Apa terjadi sesuatu, Mom?" Tanya Kelvin. Diana tersenyum tipis seraya menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Ada beberapa hal penting yang perlu Mommy urus." Kelvin mengangguk seraya melihat Mommynya tengah berpamitan dengan Sally dan Elina lalu pergi dari ruang rawat Sally dengan Ponsel yang setia berada di telinganya.

Elina menatap jam tangannya yang saat ini menunjukkan pukul 9 pagi. "Kelvin, Sally. Mommy juga akan pergi."

Kelvin mengangguk sedangkan Sally hanya menatap Mommynya. Matanya mengerjab tanda setuju. Akhirnya Elina keluar dari ruangan setelah mengecup kening anaknya.

Dan tersisalah Kelvin yang menjaga Sally. Selama menjaga Sally Perusahaan Raksasa miliknya diurus oleh Sekertaris Pribadinya. Kelvin hanya memfokuskan pikirannya ke Sally tidak kepada yang lainnya.

Sally tau itu. Selama ini Sally dapat melihat ketulusan Kelvin menjaga dan merawat dirinya. Tapi Sally tidak mau jika Kelvin merawat dirinya tanpa memikirkan kesehatannya sendiri.

Sayang sekali dia tidak bisa berbicara karena terhalang selang menyebalkan ini. Jika saja bisa, mungkin Sally sudah mengusir Kelvin untuk pulang ke Mansionnya.

Kelvin berjalan dan duduk disamping bangsal Sally. Sally masih menatapnya membuat Kelvin tersenyum menggoda.

"Sayang, kenapa menatapku terus? Apa kau belum puas memandangi ketampananku setiap hari?" Ingin rasanya Sally menabok wajah menyebalkan Kelvin.

Sally memalingkan wajahnya dengan kesal. Kelvin terkekeh geli. Entah darimana datangnya sifat menggodanya itu. Tapi yang pasti menggoda Sally sangat menyenangkan.

Setelah itu ruangan VVIP Sally hanya ada keheningan. Tiba-tiba pintu ruang rawat Sally terbuka dan membuat Kelvin serta Sally sedikit terkejut. Sally menatap malas ke arah adiknya.

Kelvin menatap dingin Calon Adik Iparnya ini. "Tidak bisakah kau membuka pintu dengan santai?".

Marvis menoleh menatap Kekasih Kakaknya ini. Matanya bersitatap dengan mata Abu-abu kelam milik Calon Kakak Iparnya. Mata yang sangat menakutkan.

"Y-ya." Jawab Marvis dengan tergagap-gagap. Ingin rasanya Sally tertawa saat melihat adiknya ketakutan jika sudah berhadapan dengan Kelvin.

Tak lama ada seorang perawat masuk membawa sebuah obat. Yang Kelvin dan Marvis pastikan bahwa itu adalah obat untuk Sally. Perawat itu membungkuk perlahan kearah Kelvin dan mulai memberikan obat kepada Sally.

Perawat itu langsung keluar setelah memberikan obat kepada Sally. Berada satu ruangan dengan anak-anak Keluarga Berpengaruh membuatnya tak nyaman.

"Sepertinya Perawat tadi merasa ketakutan saat mengobati, Kakak." Ucap Marvis yang tentu tidak bisa Sally jawab. Kelvin memutar bola matanya malas.

"Bukankah kau masih sekolah? Kenapa kemari?" Tanya Kelvin datar. Marvis langsung cengengesan mendengarnya. Mata Sally juga melototi adiknya.

"Lihat Kakakmu marah. Lebih baik kau sekolah. Biar Kakak Kesayanganmu itu, aku yang menjaga." Marvis mengangguk lalu menunduk mengecup pipi Kakaknya dan pergi dari sana.

*****

Kelvin berjalan perlahan-lahan menikmati kesejukkan taman di Mansion Keluarganya. Malam ini, Kelvin disuruh pulang oleh Elina dan tentunya Kelvin membantah. Tapi saat matanya bertatapan dengan mata memohon Sally, Kelvin akhirnya setuju.

Kenzo, Keano, dan Katrine sudah tertidur. Belakang ini mereka sibuk dengan ujian akhir mereka. Kenzo yang akan segera lulus, Keano yang akan segera berkuliah, dan Katrine yang akan melanjutkan sekolahnya kekelas berikutnya.

Kehidupan Keluarganya belakangan ini baik-baik saja. Semuanya kembali seperti semula. Tidak ada lagi kesedihan yang meliputi Keluarganya. Kecuali satu masalah yang benar-benar Kelvin benci.

Masalah dengan Keluarga Besar Mommynya. Sampai saat mereka memang tidak menganggap Keluarga Besar dari Diana ada. Tapi mereka harus segera memberikan klarifikasi dihadapan Publik.

Kelvin memang tidak menganggap mereka ada. Karena sejujurnya, Kelvin ingin sekali memusnakan mereka dari muka bumi ini. Tapi karena mereka masih memiliki ikatan darah dengan Mommynya, Kelvin menahan keinginannya.

"Tidak tidur, Kel?"

Kelvin melirik sekilas orang yang datang menghampirinya. Siapa lagi kalau bukan Daddynya yang datang. Kelvin kembali fokus menatap langit.

"Tidak mengantuk. Bagaimana dengan, Daddy? Kenapa tidak menemani Mommy tidur?" Tanya Kelvin datar. Samuel menghela nafas lalu ikut menatap langit malam yanh dipenuhi oleh bintang. Sangat indah.

"Daddy sedang memikirkan masalah Keluarga kita dengan Keluarga Besar Lawman."

"Lalu, kenapa Daddy memikirkannya dengan serius? Apapun keputusan Mommy dan Daddy, akan aku terima. Lagipula mulai dari saat mereka menghina Katrine, detik itu juga mereka bukan lagi Keluargaku."

Samuel menghela nafas mendengar perkataan anak sulungnya. Seandainya Keluarga Lawman tidak menghina anak bungsunya mungkin sampai saat ini hubungan mereka masih baik-baik saja. Diana sempat sedih saat mendengar mereka menghina Katrine waktu itu.

Menghina Katrine karena mengalami gangguan kejiwaan. Memang apa salah Katrine. Katrine juga tidak ingin sakit seperti itu. Tuhan yang memberikan penyakit itu sebagai Ujian bagi Keluarga mereka.

"Daddy dan Mommy sepakat untuk memutuskan hubungan Kekeluargaan secara langsung. Penghinaan mereka tidak akan pernah Daddy dan Mommy lupakan."

Kelvin mengangguk. "Baguslah jika Daddy dan Mommy sudah memutuskannya. Tapi, Dad."

Kelvin menjeda ucapannya membuat Samuel menoleh menatap anaknya. "Tapi apa?"

"Daddy harus mendukung Mommy. Saat ini yang Mommy butuhkan adalah dukungan dari kita. Jadi, kita harus mendukungnya." Samuel tersenyum dan mengangguk.

"Ya, Daddy akan selalu mendukung Mommymu. Karena mau bagaimanapun juga, Mommymu adalah wanita yang Daddy sangat cintai."

__________________________________

TBC

MY FAMILYWhere stories live. Discover now