dua belas

216 12 0
                                    

Tangannya meraih satu batang korek api, menggosokkannya agar muncul cahaya api, lalu di arahkan nya menuju lilin aroma terapi.

Kayla meniup korek api tersebut agar mati, dan dibuangnya ke tempat sampah yang persis di bawah kaki nya.

Aroma vanila mulai menyebar di seluruh ruang kamarnya. Sesekali Kayla memejamkan matanya, menarik napas lalu membuangnya dengan perlahan. Dengan begitu dirinya akan merasa rileks.

Apa yang hari ini dan hari-hari kemarin terjadi sebenarnya bukan hal yang sangat besar, namun tetap saja Kayla memikirkannya. Ingin rasanya cuek tapi tetap saja pasti terlintas pikiran itu.

Akhirnya Kayla memutuskan untuk merenungkannya malam ini, karena sebuah masalah bukan untuk diabaikan tapi dihadapi, sekecil apapun itu masalahnya. Dengan begitu ia mulai meruntutkan alur yang terjadi beberapa hari belakangan ini. Apa yang salah? Bagaimana bisa? Kenapa? Satu persatu mulai ia renungkan.

"Gabisa, gue gabisa berpikir sendiri."

Kayla langsung mengetik pesan kepada sahabatnya Sarah.

Sarah

"Sarah....." Ketiknya, namun tidak langsung ada jawaban dari Sarah, karena tidak online.

"Sarahhh...."
"Sarahhh"
"Lo kemana sih pas gue butuh...."
"Baru jam 11 malem Lo udah tidur?"
"Sarahhhh"
"Urgent nih...."

Dua puluh menit lebih Kayla sudah menunggu balasan dari Sarah. Sepertinya Sarah sudah tidur, karena waktu mulai menuju pukul dua belas malam.

Kayla mengacak rambutnya kasar, merasa ia belum pernah merasakan hal yang seperti ini. Jadi dengan apa dan bagaimana harus menyikapinya dirinya masih merasa butuh bimbingan. Saat di kepalanya hanya ada Sarah tetapi sahabatnya yang sudah terlelap tidak mungkin memberikan saran atas keluh kesahnya malam ini.

Sebenarnya dari tadi pun Zano mengetuk-ngetuk pintu kamar Kayla, tetapi tidak dibukanya. Sepertinya kakaknya itu haus akan penjelasan Kayla yang tadi tidak mengabarinya untuk pulang dengan apa dan siapa. Lelah tidak dibukakan oleh Kayla Zano pun pergi ke kamarnya.

Katanya punya kakak laki-laki bisa diajak kerjasama dan menyelesaikan masalah, tapi Kayla merasa tidak bisa menceritakan masalah ini kepada Zano, jadi dirinya hanya merenung sampai detik ini.

Kantuk mulai menyerang dirinya, tapi tetap saja Kayla berusaha tetap duduk tegap di kursi meja belajarnya.

"Apa kak Kainan beneran suka sama gue?" -Tanya Kayla dalam batin.

"Masa iya sih?"

"Ahh gausa di pikirin Kayla, tenang-tenag. Anggap esok adalah hari baru dan hari kemarin lupakan. Lupakan Kayla!"

Setelah meyakinkan dirinya untuk memilih melupakannya, Kayla beranjak dari kursinya dan langsung merebahkan dirinya ke kasur kesayangannya.

Kayla tidak langsung tertidur, karena masih ada perasaan gusar. Namun, otaknya juga tidak bisa bohong kalau sudah menyatakan lelah untuk berpikir selarut ini. Lambat-laun matanya mulai terpejam dan terlelap.

🌻🌻🌻

Seperti biasa Kainan langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, karena hari ini ia ingin berangkat lebih awal dari biasanya, bahkan sekarang pukul 05.30 dirinya sudah berangkat. Tujuannya hanya satu, agar saat datang ia tidak bertemu banyak orang terutama seorang gadis yang ingin ia hindari kontak mata pada hari ini, Kayla.

Sesampainya di parkiran motor, sangat sepi bahkan Kainan mampu memilih parkiran motor sesukanya tanpa harus menggeser-geser motor lainnya untuk dirinya parkir seperti biasa saat parkiran penuh. Selesainya meletakan helm di kaca spion motornya, ia langsung berjalan menuju kelas.

K.A.Y.L.ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang