35-MBA

404 55 2
                                    

Hari demi hari telah berlalu, tidak terasa sudah sebulan Alana pergi dari rumah. Malam hari telah tiba, Alana keluar dari kamar kecil setelah selesai ritual sore harinya.

Alana mengeringkan rambut dengan handuk yang berada di tangannya, kemudian melihat Sisi yang baru saja tiba.

Beberapa hari yang lalu, saat Alana di usir dari rumah oleh Candra dan Vivi, Sisi menemukannya pingsan di jalanan saat hujan deras melanda ibukota.

"Dari mana aja lo?" tanya Alana.

"Biasalah. Nyari angin," jawab Sisi seadanya, Alana melihat Sisi yang berjalan perlahan ke kamar mandi. Gadis itu berjalan sempoyongan, mungkin karena lelah ia tidak terlalu bisa mengontrol keseimbangan nya.

Alana merasa canggung untuk tinggal lebih lama lagi di rumah Sisi, meski gadis itu hanya tinggal bersama mamanya karena papa nya yang super sibuk dengan kerjaan, tapi tetap saja ia merasa kurang enak dengan keluarga Sisi.

Alana akan segera menerima gaji pertamanya dari hasil kerja kerasnya selama sebulan belakangan ini.

Tak lama kemudian saat Alana telah selesai berganti pakaian, hujan turun begitu deras di luar.

Angin, debu dan daun yang telah berguguran karena kekeringan berpadu jadi satu berterbangan ke sana kemari.

Hal itu membuat horden kamar Sisi berterbangan tak karuan, Alana bergegas untuk menutup jendela.

Langkahnya terhenti ketika melihat Alfaro yang mondar-mandir tak karuan di depan rumah Sisi, seolah tidak memikirkan cuaca yang tidak bersahabat malam ini.

Lelaki itu mengetahui kabar bahwa Alana tinggal di rumah Sisi dari sahabatnya, Yanto.

Tanpa sadar Alana menitikkan air matanya, Alfaro mendapatinya di depan jendela kemudian lelaki itu langsung dengan cepat memasuki mobil dan mengendarainya untuk cepat pergi dari tempat itu.

Semenjak kejadian waktu itu mereka tidak pernah saling tegur, bahkan jika di sekolah sekalipun.

Alana selalu di permalukan satu bulan belakangan ini, tetapi gadis itu memutuskan untuk tidak terlihat lemah, ia tidak bersalah tidak ada yang perlu di takutkan, ini hanya akan bersifat sementara.

****

Alana tengah mengancing seragam sekolahnya, Sisi menatap Alana dengan penuh rasa iba.

"Jadi gimana? Sepulang sekolah nanti langsung kerja paruh waktu?"

Alana melihat Sisi, gadis itu menampilkan senyuman ceria seperti biasa, seolah tidak terjadi apa-apa terhadapnya belakangan ini.

"Mau gue antarin nanti?"

Alana menggeleng. "Gak usah, gue udah cukup ngerepotin keluarga lo." Alana tersenyum gadis itu berucap demikian sembari mengelus pelan bahu Sisi.

"Ayok berangkat," seru Alana dengan semangat.

Sisi tersenyum sumringah. "Let's go."

***

Alana tiba di sekolah sendirian, karena tadi gadis itu memilih di turunkan di persimpangan jalan untuk membeli bolpen di tempat fotocopy terdekat dari sekolah, karena stok bolpen di tempat pensilnya sudah masuk ke masa tenggang.

Semua masih sama seperti pertama kali tuduhan itu berdatangan, semua mata mengarah ke sumbernya, Alana.

Gadis itu berjalan dengan santainya menyusuri setiap pasang mata yang menatapnya dengan tertawa geli.

My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)Onde histórias criam vida. Descubra agora